Pengamat Politik Ramai-ramai Sorot Politik Dinasti Jokowi (Bagian 2)


Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Pengamat Politik Ramai-ramai Sorot Politik Dinasti Jokowi - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

4. Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti

Ray Rangkuti berpendapat masuknya anak dan menantu Presiden Jokowi dalam bursa Pilkada 2024 merupakan sesuatu yang tidak wajar. Pendapat ini ia sampaikan dalam dialog di Kompas TV pada Kamis, 14 Maret 2034. Pihaknya mengatakan Indonesia sudah di ambang darurat dinasti politik.

“Ini sebetulnya sudah tidak wajar. Kita sudah berada dalam kondisi darurat dinasti politik,” katanya.

Menurut catatan Ray Rangkuti, per 2020 lalu, setidaknya ada 117 daerah yang dikuasai oleh dinasti politik. Ia memprediksi besar kemungkinan praktik ini akan merajalela pada 2024 saat Pilkada dilaksanakan. Kondisi ini, kata dia, bahkan sudah terjadi dalam Pemilihan anggota legislatif (Pileg) pada 14 Februari lalu. Ray menyebut pemilihan anggota dewan 2024 juga didominasi praktik politik dinasti.

“Kelihatan juga dinasti politik sangat banyak mendominasi kemenangan untuk kursi di DPR. Jadi baik legislatifnya maupun eksekutifnya, kita didominasi oleh dinasti politik,” katanya.

5. Pengamat Politik Yoes C Kenawas

Pengamat Politik Yoes C Kenawas mengatakan dinasti politik yang dibangun Presiden Jokowi merupakan pilihan politik yang tidak beretika. Yoes melihat, sebagai seorang politisi Jokowi melakukan berbagai cara untuk melanggengkan kekuasaan. Jokowi membuat politik dinasti sebagai upaya memperpanjang kekuasaan setelah terbentur aturan tiga periode.

“Memang secara natural politisi itu pada dasarnya ingin berkuasa selama mungkin dan seluas mungkin. Dan begitu terbentur aturan, maka membentuk dinasti politik adalah sebuah pilihan meski bukan pilihan etikal,” kata dia dalam keterangannya, Rabu, 13 Maret 2024.

Menurutnya, fenomena yang terjadi saat ini adalah kesempatan langka bagi seorang politisi. Sehingga, membangun dinasti merupakan jalan yang dipilih Jokowi dengan mengesampingkan etika. Dengan begitu, Jokowi masih bisa memengaruhi pemerintahan. Jokowi dengan ambisinya masih bisa mencampuri berbagai kebijakan di pemerintahan yang akan datang.

“Ini lebih ke arah kesempatan tidak datang dua kali bagi seorang politisi seperti Joko Widodo yang sebentar lagi habis masa jabatannya,” ujarnya.

6. Pengamat politik Ujang Komarudin

Menanggapi fenomena sanak keluarga Jokowi ramai terjun ke Pilkada 2024, pengamat politik Ujang Komarudin menyebut kondisi dinasti politik di Indonesia sudah dalam taraf mengkhawatirkan. Tindakan yang dilakukan Jokowi dan keluarganya menurut Ujang tidak bisa dipandang sebelah mata atau sekadar menyamakan dengan dinasti politik di luar negeri.

“Ya memang negeri ini darurat dinasti politik. Di luar negeri juga dinasti politik ada, terjadi, tapi di luar negeri itu yang dimunculkan itu adalah keluarga-keluarga, anak-anak yang latar belakang bagus, berprestasi, punya pengalaman gitu,” ujar ujang kepada awak media, Jumat, 15 Maret 2024.

7. Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Nyarwi Ahmad

Presiden Jokowi dinilai sebagai satu-satunya presiden RI yang paling sukses membangun dinasti politik pasca reformasi. Penilaian atau sindiran ini dilontarkan oleh pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada(UGM), Nyarwi Ahmad. Praktik politik dinasti Jokowi demi melanggengkan kekuasaannya semakin lama makin meluas.

“Putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, maju sebagai calon wakil presiden setelah dirinya menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Ada juga menantu Jokowi, Bobby Nasution yang merupakan Wali Kota Medan digadang-gadang bakal maju di Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2024,” ujarnya, Selasa, 12 Maret 2024.

8. Ekonom senior, Faisal Basri

Ekonom senior, Faisal Basri, mengungkapkan ada sejumlah cara yang dilakukan Presiden Jokowi sebelum merusak demokrasi demi memungkinkan dinasti politik hadir. Guna mewujudkan ambisi itu, kata Faisal Basri, Jokowi merangkul para konglomerat ke dalam lingkarannya. Setelah demokrasi dirusak, sambung Faisal, Gibran bisa maju menjadi cawapres.

“Malu membicarakan demokrasi karena sudah dirampok oleh Jokowi. Karena dia tahu demokrasi yang genuine (asli) tidak memungkinkan dinasti politik hadir,” kata Faisal dalam Seruan Salemba yang dihadiri sejumlah akademisi di Kampus Universitas Indonesia Salemba, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Maret 2024.

Related

News 8909366875139663806

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item