Starbucks Hingga McDonald Kian Sepi Gara-gara Boikot Anak Muda


Boikot besar-besaran terhadap sejumlah merek mulai dari Starbucks, McDonald hingga Coca-cola telah berdampak terhadap pendapatan perusahaan waralaba asal Amerika Serikat tersebut di Timur Tengah.

Tren boikot merek-merek tersebut di Timur Tengah kian kencang didorong kemarahan terhadap AS dan Eropa. Negara-negara itu dinilai tidak berbuat lebih banyak untuk membuat Israel mengakhiri serangannya di Gaza. Sehingga banyak pembeli di wilayah tersebut serta negara-negara Muslim menghindari merek-merek besar asing dan kini beralih ke produk lokal.

Seperti seorang mahasiswa komunikasi di Kairo, Nayera Ahmed, telah berhenti membeli produk atau mendatangi Starbucks di wilayah tersebut sejak perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023. Jaringan kedai kopi Amerika ini telah muncul dalam beberapa daftar boikot konsumen yang beredar di media sosial Mesir.

"Saya dan teman-teman, dulunya selalu pergi ke Starbucks, sekarang sayang sekali jika kami tak terlihat di salah satunya. Setidaknya hanya itu yang bisa kami lakukan. Mengapa saya membeli dari perusahaan-perusahaan Barat ini?" kata Ahmed dilansir Bloomberg, Ahad (28/1/2024).

Aksi Ahmed dan kalangan muda lainnya saat ini menjadi tren di beberapa wilayah Timur Tengah dan negara lainnya. Di Kairo, banyak kedai Starbucks dan McDonald’s yang biasanya ramai dikunjungi pelanggan kini sepi. Hal ini membuat produsen merek soda lokal Mesir meningkat penjualannya tiga kali lipat sejak perang dimulai karena konsumen menghindari Coca-Cola dan Pepsi.

Dalam beberapa pekan terakhir, Chief Executive Officer McDonald's Corp., Chris Kempczinski menyampaikan, perusahaannya merasakan dampak besar pendapatan di Timur Tengah karena penyebaran informasi yang salah tentang perusahaannya.

Sementara itu, saham Americana Restaurants International Plc – operator waralaba Timur Tengah untuk KFC, Pizza Hut, Krispy Kreme dan Hardee’s – turun sebanyak 27 persen di bursa saham Saudi dalam beberapa bulan setelah perang Gaza. Beberapa analis juga memperkirakan akan terus terjadi penurunan keuntungan dari boikot.

Hal ini merupakan reaksi balik yang mencerminkan era baru manajemen krisis bagi merek-merek konsumen terbesar di dunia – dan khususnya merek-merek Amerika Serikat. Meski perusahaan telah mengeluarkan pernyataan publik untuk menekankan netralitas dukungan mereka terhadap Gaza.

Namun gerakan ini terus meningkat dalam tiga bulan sejak perang dimulai, dengan seruan boikot yang masih menyebar.

Related

News 4543377442868619307

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item