Mengenang AFI, Akademi Fantasi Indosiar

Mengenang AFI, Akademi Fantasi Indosiar

Naviri.Org - AFI, yang merupakan singkatan Akademi Fantasi Indosiar, adalah acara pencarian bakat yang dulu pernah sangat populer di Indonesia. Sebegitu populer, hingga pada masa-masa itu nyaris semua orang akan duduk di hadapan televisi, dan menyaksikan acara tersebut. Sayang, AFI kemudian berhenti tayang pada 2006. Kemudian, pada 2013, AFI sempat muncul kembali, namun berhenti tayang lagi, sampai sekarang.

Para penonton setia AFI pasti mengingat saat-saat dramatis, ketika menyaksikan sekelompok muda-mudi saling menghambur di atas panggung. Mereka memeluk salah satu kawannya. Terdengar isak histeris. Beberapa orang lain menuju panggung dari pintu masuk lain. Mereka tetap bertangisan, lalu berpelukan.

Momen seperti itu nyaris bisa dilihat setiap minggu di stasiun televisi Indosiar, 2003. Tahun itu Indosiar menayangkan Akademi Fantasi Indosiar (AFI). Tayangan ini merupakan waralaba dari acara La Academia dari Meksiko yang pertama tayang pada 2002.

Karena merupakan tayangan waralaba, konsep AFI dan La Academia pun tak berbeda. Kontestan berjumlah 12 hingga 14 orang. Mereka dijaring dari audisi. Setelah terkumpul peserta pilihan, mereka akan dikarantina dalam sebuah asrama. Nantinya akan ada mentor yang mengajarkan mereka kemampuan yang dibutuhkan untuk bertahan di industri hiburan. Mulai menyanyi, menari, juga akting.

Setiap minggu akan ada konser eliminasi. Untuk menentukan pemenangnya, dipakai sistem SMS dan telepon. Para peserta—disebut sebagai akademia—dengan jumlah dukungan terendah akan tereliminasi. Saat momen eliminasi itu, 3 peserta dengan dukungan terendah akan berkumpul di atas panggung. Momen pembacaan eliminasi itu yang kemudian jadi dramatis.

Ketika akademia yang pulang resmi diumumkan, kawan-kawan satu angkatannya akan menghambur, menangis sejadi-jadinya. Para penonton akan tersentuh hatinya. Mereka yang di rumah bertekad akan mengirimkan sms sebanyak-banyaknya agar jagoan mereka tak dieliminasi.

AFI sukses sebagai tayangan yang mengaduk dan menguras emosi penontonnya. Pembuatnya sadar bahwa banyak penonton televisi menyenangi acara yang memiliki kisah emosional. Hasilnya, muncul kisah-kisah yang sendu. Semisal tentang Veri Afandi, juara AFI musim pertama, yang diceritakan sebagai anak tukang becak. Begitu pula konsep eliminasi yang mengharu biru.


Related

Entertaintment 3142028323777650339

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item