Kisah Diktator Haiti, di Antara Zombie dan Voodoo

Kisah Diktator Haiti, di Antara Zombie dan Voodoo

Naviri.Org - Haiti adalah negara yang lekat dengan kediktatoran, karena—salah satunya—negara itu dipimpin dari ayah ke anak, yang sama-sama memegang kekuasaan seumur hidup. Karenanya, meski berkonsep negara, Haiti tak jauh beda dengan kerajaan yang menempatkan pemimpin karena trah atau keturunan, bukan karena pilihan rakyat.

Sebelumnya, Haiti dipimpin oleh seorang diktator bernama Francois Duvalier. Ketika Francois Duvalier meninggal dunia, anaknya menggantikan kursi kepemimpinannya. Sang anak, bernama Jean-Claude Duvalier, ternyata sama seperti ayahnya. Bukan hanya dalam hal kediktatoran sebagai pemimpin, namun juga lekatnya ayah dan anak itu dengan praktik-praktik sihir Haiti, yaitu voodoo.

Kematian Jean-Claude Duvalier menandai perayaan anti-voodoo oleh kelompok oposisi di seantero Haiti. Hari itu, 21 April 1986, para pendeta voodoo jadi sasaran amuk massa terhadap sang diktator. Massa merusak dan menjarah rumah para pendeta, menghancurkan barang-barang yang biasa dipakai untuk ritual, hingga corat-coret vandalisme untuk memastikan bahwa ke depan Haiti mesti lepas dari praktik berbau klenik.

Diktator berjuluk Baby Doc itu punya keyakinan yang serupa dengan ayahnya, Francois Duvalier, alias Papa Doc. Jean-Claude berkuasa mulai tahun 1971 atau tahun di mana ayahnya meninggal dan menanggalkan status presiden seumur hidup yang disandang sejak 1957. Kala Jean-Claude naik sebagai presiden termuda di dunia (19 tahun), rakyat Haiti berharap korupsi, otokrasi, dan kemiskinan akan berakhir. Namun rupanya Jean-Claude sewatak dengan ayahnya, bahkan jauh bertangan dingin lagi.

Lekatnya keluarga Duvalier dengan voodoo bisa ditelusuri dari perkenalan Francois Duvalier muda dengan seorang dukun voodoo kenamaan bernama Baron Samedi. Tahu bahwa Samedi populer di kalangan masyarakat, Duvalier mendaulatnya sebagai rekanan untuk mengawali karier di bidang politik, demikian dalam catatan CVLTNation.

Haiti era 1940-an masih dikuasai oleh segelintir minoritas kulit putih. Duvalier, kelahiran Port-au-Prince pada 1907, menjadikan kondisi tersebut untuk menguatkan nasionalisme kulit hitam dan ia menjadi motor utama penggeraknya.

Ia menentang kebijakan segregasi atau pemisahan tempat tinggal berdasarkan ras sebagaimana yang terjadi di Afrika Selatan. Kala itu Haiti berada dalam jurang kemiskinan—satu fakta sosial yang jadi bahan kampanye Duvalier untuk menaikkan pamor di kalangan masyarakat awam.

Duvalier mempelajari voodoo selama bertahun-tahun dan amat sangat paham akan kekuatannya atas kepala mayoritas masyarakat Haiti. Ia kemudian memutuskan untuk memakai pakaian dan topi serba hitam—persis sebagaimana baju yang dikenakan Samedi. Ia juga meniru volume serak dan keras Samedi saat berpidato di muka umum sembari bergestur kaku ala zombie.

Konsep awal zombie kerap dikaitkan dengan cerita rakyat Haiti sebagai mayat yang dihidupkan dengan kuasa mantra dan kekuatan sihir. Konsep ini kemudian diasosiasikan dengan voodoo, sebuah tradisi keagamaan spiritis-animis yang melibatkan metode guna-guna kepada orang lain melalui boneka. Meski berkaitan, konsep zombie ternyata tidak berperan penting dalam praktik voodoo, tetapi justru laku di dunia perfilman Hollywood.

Duvalier mengenal berbagai macam ritual voodoo, ruh yang mewujud sebagai utusan di dunia material, simbol-simbol yang rumit dan misterius, juga ketukan drum yang ramai dipukul selama menjalani ritual. Duliver memposisikan voodoo sebagai akar kebudayaan asal Afrika yang pantas dibanggakan rakyat Haiti.

Sikap ini sontak mendapat dukungan dari para dukun voodoo Haiti. Duvalier makin mudah menarik simpati rakyat, termasuk dengan menyebarkan rumor tentang ritual pribadi sebelum memutuskan sikap atas isu-isu nasional.

Pada 1957, ia maju menjadi calon presiden dan hanya bersaing dengan Louis Dejoie, seorang tuan tanah dan industrialis dari wilayah utara. Dejoie, yang berkulit terang sebab bukan orang asli Haiti, kalah oleh Duvalier yang sukses menyebarkan sentimen nasionalisme kulit hitam di Haiti.

Sayangnya, janji-janji manis Duvalier semasa kampanye untuk membangun ekonomi Haiti lebih baik hanya omong kosong. Begitu duduk di kursi kepresidenan, Duvalier berubah jadi diktator yang membawa Haiti ke jurang kegelapan.

Ada yang mengatakan obsesi Duvalier atas voodoo tak lepas dari pengaruh ibunya yang dulu berprofesi sebagai pendeta voodoo perempuan (profesi yang cukup jarang di Haiti hingga akhir 1880-an). Meski demikian, pengamat politik meyakini Duvalier hanya memanfaatkan perkara gaib tersebut hanya untuk mempertahankan tampuk kekuasaannya.

Perilaku mistis Duvalier inilah yang tergolong paling mengganggu dibanding perilaku serupa diktator lain.

Menurut laporan LA Times, ia kerap mendatangkan pendeta voodoo ke istana kepresidenan untuk melakukan ritual dan terlibat di dalamnya. Ia kadang tidur di makam pahlawan kemerdekaan Haiti, Jean-Jacques Dessalines, untuk berkomunikasi dengan "hantunya". Kepala musuh politik yang sudah terpenggal juga pernah dikirim ke istana agar Duvalier bisa "ngobrol" dengan roh korban.

“Hanya para dewa yang mampu mengambil kekuasaan dari tanganku,” katanya suatu hari, beberapa saat usai ia menyatakan diri sebagai presiden seumur hidup.


Related

Mistery 2701345461553156784

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item