Diktator-diktator Pemuja Mistik dan Perdukunan
https://www.naviri.org/2018/02/diktator-pemuja-mistik.html
Naviri.Org - Sejarah dunia pernah diwarnai dengan kediktatoran, dan kisah-kisah tentang mereka merentang dari Afrika sampai Asia. Seorang diktator umumnya menginginkan bisa berkuasa seumur hidup, dan mengabaikan aspirasi rakyat. Dalam upaya untuk bertahan dalam kekuasaan seumur hidup, para diktator itu kadang tidak hanya menggunakan tangan besi, namun juga memanfaatkan praktik mistis dan perdukunan.
Di Haiti, misalnya, pernah ada diktator bernama Francois Duvalier yang terkenal sangat lekat dengan praktik mistis dan biasa dikelilingi para dukun voodoo yang ia percaya. Ketika Francois Duvalier kemudian meninggal dunia, ia digantikan oleh anaknya, yaitu Jean-Claude Duvalier. Sama seperti sang ayah, Jean-Claude Duvalier juga dekat dengan kalangan dukun serta lekat dengan praktik mistis. Jean-Claude Duvalier juga menyatakan diri sebagai pemimpin seumur hidup di Haiti.
Dalam urusan dukun dan praktik mistis, Duvelier tak sendirian. Diktator dari beberapa negara juga tak lepas dari hal-hal berbau mistis.
Presiden seumur hidup Uganda yang berkuasa sejak 1986 hingga sekarang, Yoweri Museveni, dua tahun lalu mengaku pernah melakukan praktik sihir selama memimpin pemberontakan pada 1980-an. Dukun yang mendukung perjuangannya “menyembelih seekor ayam, dan sebagai pemimpin kelompok perlawanan, saya harus melompatinya tiga kali,” katanya.
Demikian pula Jacob Zuma, orang kuat Afrika Selatan yang berkuasa sejak 2009. Zuma tumbuh ketika apartheid masih berlangsung dan membelenggu orang kulit hitam. Sistem apartheid ini, sebagaimana pengakuannya pada awak media, membuat Zuma mempraktikkan ilmu sihir untuk melawan orang kulit putih. Ia juga menyalahkan kekuatan sihir oposisi saat partainya dikalahkan oleh Aliansi Demokratik dalam suatu pemilihan di Western Cape.
Terlepas dari mereka benar-benar meyakini ajaran voodoo atau ritual gaib lain, orang-orang ini tahu jika kepercayaan asli yang banyak dianut warga di negaranya adalah elemen penting untuk mendongkrak dukungan. Meski sebagian rakyat Afrika sudah makin rasional dan modern dalam berpolitik, masih ada golongan masyarakat tradisional yang sikapnya juga hanya bisa dipengaruhi dengan memakai pendekatan tradisional.
Diktator penggemar mistik tak hanya muncul di Afrika, tetapi juga di kawasan lain.
Di Asia Tenggara, misalnya, bisa dicontohkan dengan betapa kentalnya nuansa mistik di tubuh elite junta militer yang menguasai Myanmar dari generasi ke generasi. Dalam sebuah laporan unik yang diangkat Sunday Times sekitar satu dekade silam, junta militer Myanmar yang masih berkuasa secara penuh kerap mengeluarkan kebijakan nasional berdasarkan urusan klenik.
Lazim diketahui bahwa tiap klan yang memimpin junta militer di Myanmar pasti punya ahli nujum untuk memprediksi masa depan. Saat junta militer di bawah komando Jenderal Than Shwe ingin memindahkan ibu kota dari Yangon ke Mandalay, keputusan ini rupanya didasarkan pada saran ahli nujumnya.
Ahli nujum itu berkata, jika ibu kota tak dipindahkan, rakyat Myanmar akan mendapat musibah besar. Pemindahannya pun mesti tepat pada 6 November 2005 pukul 07.37 pagi—dan sang jenderal pun nurut.
Tradisi ini dipertahankan sejak Myanmar masih di bawah kekuasaan Inggris. Tanggal dan jam kemerdekaan negara yang dulu bernama Burma itu pun dipilih berdasarkan rekomendasi ahli nujum paling fenomenal seantero negeri, yakni pada 4 Januari 1948 pukul 4.20 pagi.
Jenderal Ne Win yang naik ke tampuk kekuasaan pada 1962 juga seorang penggemar klenik. Ia pernah meluncurkan uang kertas senilai 45 dan 90 kyat hanya karena nominalnya bisa dibagi habis dan dikalikan 9 – angka keberuntungannya.
Kebijakan ini membikin rakyat Myanmar yang tadinya relatif sejahtera pelan-pelan menuju ke arah krisis dan kemiskinan. Klenik lain yang dilakukan Ne Win dalam tindak-tanduk keseharian, misalnya, berjalan mundur tiap kali melewati jembatan pada malam hari, konon demi menghindari nasib buruk.
Jangan lupa juga pada Soeharto, yang barangkali orang-orang Indonesia sudah tahu jika kehidupannya tak bisa dilepaskan dari perkara klenik.
Selama tiga dekade mengomandani rezim Orde Baru lewat tangan besi, sang diktator punya staf pribadi urusan kebatinan bernama Soedjono Hoemardani, demikian yang dituturkan dalam Hari-Hari Terakhir: Jejak Soeharto Setelah Lengser, 1998-2008 yang disusun dari kompilasi laporan jurnalistik portal online Detik.
Soeharto sangat 'kejawen'. Dalam perspektif Jawa, tidak ada orang berkuasa dan tidak ada pemimpin yang hebat tanpa memiliki kesaktian yang kuat. Kesaktian ini, dalam tradisi Jawa, merupakan hasil dari laku prihatin. Praktinya bermacam-macam, dari puasa atau bertapa (tempat favorit Soeharto katanya di Gunung Lawu), juga mewujud dalam bentuk benda-benda seperti cincin, ikat kepala, dan keris. Soeharto bisa berumur panjang konon karena menjalani ritual mistik ini, demikian kata Soedjono.
Awal Januari 2008, ketika Soeharto sakit keras, banyak yang datang ke Cendana untuk mendoakannya—termasuk yang berbau ritual mistis. Contohnya Mbah Lim, paranormal asal Tegal ini diizinkan untuk melakukan ritual keselamatan di halaman kediaman Soeharto. Kepada media, ia mengatakan ritualnya diharapkan mampu membuat Soeharto keluar dari kondisi kritis.
Entah karena ritualnya gagal atau memang sudah jadi kuasa Tuhan, Soeharto meregang nyawa pada 28 Januari 2008, tepat pada usia 86 tahun. Ia dimakamkan di Astana Giribangun, Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah.
Sampai sekarang pun masih banyak calon kepala daerah yang berziarah ke tempat tersebut. Lewat macam-macam ritual, permohonannya serupa: agar punya karier politik sementereng The Smiling General.
Baca juga: Perjalanan Hidup Mugabe, Sang Diktator Zimbabwe