Resensi Film Black Panther, Superhero dari Wakanda

Resensi Film Black Panther, Superhero dari Wakanda

Sutradara: Ryan Coogler
Produser: Kevin Feige
Naskah: Ryan Coogler, Joe Robert Cole 
(Berdasarkan Black Panther karya Stan Lee, Jack Kirby)
Aktor: Chadwick Boseman, Michael B. Jordan, Lupita Nyong'o, 
Danai Gurira, Martin Freeman, Daniel Kaluuya, Letitia Wright, 
Winston Duke, Angela Bassett, Forest Whitaker, Andy Serkis
Musik: Ludwig Göransson
Sinematografi: Rachel Morrison
Produksi: Marvel Studio

Naviri.Org - Wakanda adalah negeri fiktif, namun dijabarkan dengan peta lokasi yang berdekatan bahkan bersisian dengan negara-negara dan daerah lain yang nyata, sehingga Wakanda tampak nyata. Dalam kisah Marvel, Wakanda memang sengaja dirahasiakan atau sengaja mengucilkan diri dari dunia luar, karena menyimpan kekayaan besar berupa vibranium. Bagi dunia luar, Wakanda hanyalah salah satu negara dunia ketiga.

Dari luar, Wakanda adalah negara penghasil tekstil dan pertanian, tak lebih dari itu. Negara dengan kekayaan alam melimpah, maju lewat ragam teknologi canggih ini, sengaja disembunyikan. Para raja, turun temurun, memutuskan untuk membuat negeri ini tak terlacak. Mereka khawatir pihak asing bakal merampas kekayaan alam utama yang menjadi jantung negara ini, vibranium—logam langka dan disebut terkuat di dunia.

Seperti apa kuatnya vibranium bisa dilihat dari kuatnya perisai Captain America yang dilapisi logam tersebut. Tapi lebih penting, cakar Black Panther yang terbuat dari vibranium mampu menciptakan goresan pada perisai Captain America.

Di Wakanda, vibranium menjadi bahan dasar banyak hal. Bisa dibilang jadi sumber kejayaan negara yang sengaja mengisolasi diri dari dunia tersebut.

Meski menyembunyikan identitas negeri yang asli dari dunia luar, Wakanda menyebar banyak mata-mata di penjuru negeri. Ada yang setia, ada pula yang tidak. Muncul pula yang berpandangan untuk mengubah kebijakan mengisolasi negara. Sebagai negara di kawasan yang tertidas, dengan kekayaan vibranium dan kemajuan teknologi, Wakanda dinilai—seharusnya—bisa membantu masyarakat Afrika di seluruh dunia untuk melawan penjajah.

Hal itu menjadi PR bagi Raja Wakanda yang baru, T’Challa (Chadwick Boseman), yang menang dari pertarungan kelayakan menjadi raja dari Kepala Suku W’Kabi (Daniel Kaluuya). Keinginan W’Kabi senada dengan keinginan Nakia (Lupita Nyong’o) mantan kekasih T’Challa. Keduanya ingin Wakanda membuka diri, tak lagi mengisolasi terhadap dunia luar, apalagi terus menggunakan topeng negara miskin.

Secara garis besar, Black Panther hanya kisah klise yang berputar di antara upaya balas dendam, perebutan takhta, keinginan mengubah sistem, atau menjaga pola dari leluhur. Tapi sutradara sekaligus penulis skenario Ryan Coogler mampu meracik cerita cukup apik.

Ryan Coogler menyuguhkan cerita negeri Afrika dengan penuh kebanggaan. Film ini dimainkan oleh nyaris seluruh aktor-aktris Afro-Amerika. Belum lagi lanskap alam eksotis, tetabuhan yang gaduh nan etnis, serta warna-warni kontras cerah mewarnai negeri imajinatif, Wakanda.

Padu padan yang dihadirkan dalam film ini menarik. Aksi tarung fisik di Wakanda, berkelindan dengan baku hantam senjata, serta adegan kejar-kejaran mobil di jalanan Busan. Musik etnis dan ketukan-ketukan hip-hop melebur dalam adegan-adegan tertentu.

Durasi film yang cukup panjang dikemas Coogler dengan jalinan cerita cukup apik. Ia memberikan porsi yang pas untuk mengenalkan masing-masing karakter tokohnya, sehingga tak ada glorifikasi terhadap sang jagoan utama yang kelak bergabung dengan Avengers.

Di Black Panther, penonton bisa asyik menyimak bagaimana Shuri (Letitia Wright) satu-satunya adik T’Challa yang super jenius juga kocak, memegang kendali atas banyak kemajuan ilmu teknologi di Wakanda. Jenderal Okoye yang serius dan memegang teguh prinsip leluhur, serta bersumpah setia pada Wakanda. Atau Nakia, mantan kekasih T’Challa yang kerap membuat sang raja ‘membeku’ sesaat. Dengan pemikiran yang revolusioner, Nakia tak bisa berdiam diri di Wakanda tatkala mengetahui di luar sana banyak negeri yang kesusahan dan tertindas.

Bahkan seorang Erik Killimonger (Michael B. Jordan), salah satu antagonis di film ini, tampil dengan lapisan karakter yang tak bisa dibenci begitu saja hanya karena ia jahat. Erik punya motif dan alasan tersendiri saat datang ke Wakanda, selain untuk menuntut balas serta merebut takhta T’Challa.

Namun, ini pun jadi kelemahan, lantaran T’Challa sang tokoh utama tak menampakkan sikap seperti raja berlapis superhero. Aksi-aksinya didukung penuh teknologi buatan sang adik, beberapa keputusannya banyak dipengaruhi oleh Okoye dan Nakia. Betapa keberadaan perempuan di pusaran T’Challa ini demikian aktif.

Ia tak hadir sebagai orang yang memiliki gagasan murni dari dirinya—sehingga wajar tak akan muncul glorifikasi terhadap sosok raja ini. Bahkan ia berutang nyawa dan bisa kembali jadi Black Panther berkat W’Kabi dan Nakia. Di sisi lain, hal ini menunjukkan tak ada sistem patriarki di Wakanda. Tokoh perempuan yang mendampingi T’Challa sangat punya peran besar.

Baca juga: 10 Film yang Layak Ditonton Sepanjang 2018

Related

Film 4460893829588727520

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item