Kisah Anak-anak Pelaku Kejahatan Mengerikan

Kisah Anak-anak Pelaku Kejahatan Mengerikan

Naviri.Org - Anak-anak identik dengan hal-hal baik, karena pikiran mereka masih bersih. Atau, setidaknya, anak-anak tidak menghadapi beban berat sebagaimana umumnya orang dewasa. Namun, bukan berarti anak-anak tidak bisa melakukan kejahatan.

Umumnya, kejahatan dilakukan orang dewasa, dan latar kejahatan itu bisa dendam pribadi, bisa pula karena tuntutan kebutuhan (misal mencuri untuk makan). Terkait hal itu, anak-anak tentu belum mengenal dendam. Kalau pun sudah mengenal, belum tentu mereka dapat melakukan kejahatan terkait dendam yang dirasakan. Anak-anak juga belum menghadapi tuntutan hidup yang memaksa mereka melakukan kejahatan.

Tapi apakah benar begitu? Nyatanya, di dunia ada anak-anak yang melakukan kejahatan mengerikan, yaitu pembunuhan. Korban mereka bukan hanya orang lain di luar keluarga, namun juga orang tua mereka sendiri. Berikut ini kisah mereka.

Barry Dale Loukaitis

Bary Dale Loukaitis pertama kali membunuh ketika usianya masih 14 tahun. Ia pergi ke sekolah dengan memakai pakaian koboi sambil membawa tas. Namun, tak disangka isi tas yang dibawa Barry bukan alat tulis dan buku, tetapi senapan berburu dan pistol milik ayahnya. Tidak hanya itu, Barry juga membawa 78 pak amunisi dalam tasnya.

Saat berada di sekolah, tiba-tiba Barry menembak dengan membabi buta di kelas matematika, sehingga menimbulkan banyak korban. Korban akibat tembakan membabi buta Barry adalah dua orang siswa tewas dan satu siswa dinyatakan kritis berat. Barry bahkan menembak guru matematikanya, Leona Caires, di dadanya.

Masih belum cukup, Barry juga sempat menyandera seorang siswa selama kurang lebih sepuluh menit, sampai kemudian ia diringkus oleh guru olahraga yang bernama John Lane. Akibat kejahatannya, Barry dihukum penjara seumur hidup sebanyak 2 kali, ditambah hukuman penjara selama 205 tahun. Dan kecil kemungkinan mendapatkan pembebasan bersyarat.

Robert dan Jeffrey Dingman

Robert dan Jeffrey Dingman adalah kakak beradik yang memutuskan untuk membunuh orangtuanya sendiri, hanya gara-gara persoalan sepele, karena mereka menganggap orangtuanya terlalu cerewet dan menerapkan aturan menyebalkan. Keduanya tega melakukan kejahatan tersebut setelah merencanakan pembunuhan terlebih dahulu.

Setelah merencanakan aksi kejahatan dengan matang, keduanya memutuskan untuk menembak mati orangtuanya. Tembakan pertama yang mengarah kepada orangtuanya dilakukan oleh sang adik, Jeffrey. Namun, karena tembakan tersebut hanya melukai orangtuanya, sang kakak Robert kemudian menembak kembali orangtuanya hingga dipastikan benar-benar tewas.

Jon Venables dan Robert Thompson

Jon Venables dan Robert Thompson adalah dua anak asal Liverpool, Inggris, dan telah melakukan kejahatan serius terhadap seorang balita bernama James Patrick Bulger, yang masih berusia 2 tahun. Keduanya melakukan penculikan, penyiksaan, bahkan pembunuhan sekaligus. Tidak tanggung-tanggung, keduanya menculik balita tersebut dari supermarket yang saat itu sedang bersama ibunya.

Kemudian, keduanya membawa balita tersebut ke balik rel kereta api yang jaraknya sekitar 4 km dari supermarket. Di rel kereta api itu keduanya menendang, memukul, dan melempari balita malang tersebut dengan batu.

Masih belum cukup, keduanya bahkan membunuh korban dengan cara memotong-motong tubuh korban. John Venables dan Robert Thompson tertangkap, setelah polisi menemukan bukti-bukti dari rekaman CCTV bahwa keduanya terlihat jelas dalam rekaman kamera sedang menggandeng tangan dan membawa pergi balita malang tersebut.

Namun, Jon Venables dan Robert Thompson tidak dihukum penjara, karena Inggris tidak memiliki undang-undang yang mengatur hukuman untuk anak di bawah umur. Karena itulah keduanya hanya ditahan di rumah sakit jiwa, sampai mereka berusia 18 tahun.

Kilas balik dasar hukumnya, Jon Venables dan Robert Thompson melakukan kejahatan tersebut saat berusia 10 tahun, sehingga keduanya hanya ditahan di rumah sakit jiwa selama 8 tahun. Saat ini, diketahui mereka berdua sudah dibebaskan dan mendapat identitas baru agar tidak menjadi amuk massa dari para tetangga ataupun keluargan korban.

Daniel Bartlam

Daniel Bartlam tega membunuh ibunya sendiri karena terispirasi oleh cerita opera sabun berjudul ‘Coronation Street’. Entah apa yang merasukinya, pembunuhan yang dilakukan Bartlam tidak tanggung-tanggung. Dia membunuh ibunya dengan cara yang terbilang sangat kejam, yaitu memukulkan palu kepada ibunya dari kepala dan seluruh badan berkali-kali, hingga sang ibu tewas mengenaskan.

Setelah ibunya tewas, Bartlam bahkan berusaha untuk menghilangkan bukti kejahatannya dengan cara membakar tubuh ibunya bersama dengan rumahnya. Kepada polisi, dia mengaku ada seorang penyusup di rumah mereka yang membunuh ibunya.

Namun, Polisi tak mudah dikecohkan begitu saja oleh Daniel Bartlam. Berkat bantuan penyelidikan detektif, Daniel akhirnya mengakui perbuatannya, dan menerima hukumannya dengan patuh, yaitu hukuman penjara minimal 16 tahun.

Joshua Phillips

Joshua Phillips merupakan pelaku pembunuhan Maddie Clifton, yang saat itu masih berusia 8 tahun. Awalnya, kasus hilangnya Maddie Clifton yang terjadi di Florida itu hampir tidak meninggalkan jejak sama sekali, trik kejahatannya nyaris sempurna. Sehingga meskipun polisi sempat memeriksa dan menginterogasi beberapa orang yang diduga tersangka, polisi kembali membebaskan mereka karena kurangnya bukti.

Polisi bahkan sempat mengumumkan untuk menghentikan pencarian Maddie, namun keputusan tersebut ditolak oleh masyarakat sekitar dan sukarelawan yang ada di sana. Pencarian Maddie dihentikan ketika ibu Joshua menemukan mayat Maddie Clifton yang malang itu di kamar putranya, Joshua Phillips.

Ibu Joshua yang bernama Melissa saat itu sedang membersihkan kamar anaknya. Melissa mengaku curiga karena melihat ada cairan yang keluar dari bawah kasur. Betapa terkejut dirinya, saat melihat bahwa mayat Maddie ada di bawah kasur, sehingga saat itu juga Melissa berlari panik keluar sambil berteriak histeris minta tolong.

Setelah tertangkap dan dintrogasi, Joshua mengakui bahwa dirinya mencekik Maddie menggunakan kabel telepon, memukulinya dengan alat pemukul baseball, dan menusuknya sebanyak 11 kali. Atas perbuatannya, Joshua pun dihukum seumur hidup.

Marcelo Pesseghini

Marcelo Pesseghini, bocah berumur 13 tahun asal Brazil, tega membunuh seluruh anggota keluarganya dengan cara menembak mereka dengan pistol milik ayahnya yang diketahui seorang anggota Polisi. Marcelo membunuh seluruh keluarganya pada malam hari saat semua anggota keluarganya berkumpul dan sedang asyik menonton TV di ruang tamu.

Ia menembak kedua orangtuanya, nenek serta bibinya dengan pistol milik ayahnya, kemudian keesokan harinya ia berangkat ke sekolah dengan wajar seolah-olah tidak pernah ada kejadian mengerikan tersebut. Namun, disebutkan bahwa pada akhirnya Marcelo menyesali perbuatannya, sehingga ia pun bunuh diri menggunakan pistol yang sama, yakni milik ayahnya.

Baca juga: Gulabi Gang, Kelompok Wanita Pemburu Para Pemerkosa

Related

World's Fact 6318399167547010683

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item