Pi Day, Perayaan Matematika yang Kontroversial

Naviri.Org - Setiap tahun, tepatnya pada tanggal 14 Maret, dunia merayakan Pi Day. Sebegitu populer perayaan tersebut, sampai Google menjadikan Pi Day sebagai Doodle pada Rabu, 14 Maret 2018. Pi Day didasarkan pada nilai konstanta p (pi), 3,14. Dalam format kalender Amerika Serikat, 3,14 dikonversi menjadi bulan 3 tanggal 14.

Meski begitu, Pi Day menimbulkan perdebatan, khususnya dari pendukung konstanta tau (t). Michael Hartl, ilmuwan komputer jebolan California Insitute of Technology, membuat hari saingan Pi Day, yakni Tau Day.

Hartl percaya bahwa konstanta Tau-lau yang lebih layak dirayakan, karena memiliki bentuk lingkaran yang sejati. Sedangkan Pi hanya mewakili setengah lingkaran. Tau sejatinya adalah nilai dua kali lipat dari Pi. Dalam matematika, Tau digambarkan dengan rumus 2p dan memiliki nilai 6,28.

Pi merupakan representasi dari perimeter dan diameter sebuah lingkaran. Intinya, Pi setengah lingkaran dan Tau merupakan lingkaran penuh.

Hartl memiliki alasan yang kuat kenapa dunia harus beralih dari Pi ke Tau. "Kenapa sebuah lingkaran harus digambarkan dengan dua bentuk setengah lingkaran? Kenapa kita tidak menggambar lingkaran utuh?" kata dia, seperti dilansir laman The Independent.

Gerakan anti-Pi dimulai oleh Robert Palais, profesor matematika dari Universitas Utah, Amerika. Dia membuat sebuah esai tentang bagaimana mudahnya menghitung satu lingkaran dengan konstanta Tau.

Seperti dilansir laman Scientific American, Palais menyebut penggunaan Pi dalam menghitung lingkaran sangatlah rumit. Misalnya, sepertiga lingkaran sama dengan dua pertiga Pi. Sedangkan tiga perempat lingkaran sama dengan satu setengah Pi. "Ya, itu rumit," kata Palais.

Sebaliknya, dalam format Tau, menurut dia, lingkaran jadi lebih sederhana. "Sepertiga lingkaran ya sama dengan sepertiga Tau," kata Palais.

Baca juga: Di Masa Lalu, Angka Nol Dianggap Angka Setan