Fakta di Balik Fenomena Remake Film di Hollywood

Naviri Magazine - Remake atau reboot adalah istilah untuk menyebut film yang dibuat dengan memperbarui film yang telah ada sebelumnya. Dengan kata lain, film remake adalah film yang dibuat ulang. Tentu dengan pembaruan yang lebih bagus dan lebih modern dibanding film sebelumnya.

Jadi, remake atau reboot adalah film-film yang dibuat ulang dengan melakukan casting ulang para aktornya, mengadaptasi cerita yang sama dengan kemasan yang berbeda atau lebih modern, dengan penyesuaian yang dibuat di sana-sini untuk kembali dinikmati oleh generasi penonton versi aslinya, sekaligus supaya bisa menarik minat dari generasi baru.

Kebiasaan Hollywood untuk me-remake film tidak hanya terjadi belakangan ini, namun telah dimulai semenjak tahun 1940-an, atau hampir 80 tahun lalu. Fakta itu menunjukkan bahwa sebenarnya alasan membuat ulang sebuah film bukan karena mereka kehabisan ide, namun ada beberapa alasan atau latar belakang lain, dan berikut ini uraiannya.

Ide cerita layak diceritakan kembali

Ini adalah kesalahpahaman yang paling sering timbul di kalangan penonton. Tak cuma satu atau dua film yang pernah di-reboot lebih dari satu kali. Contohnya adalah film King Kong yang versi aslinya dibuat pada 1933, dan saat ini telah di-reboot tiga kali, yaitu pada 1976, 2005, dan 2017.

Jelas, ada sesuatu yang spesial yang membuat sebuah film layak dibuat ulang, dan ide cerita tentang monster raksasa yang merupakan antihero adalah cerita fantastis yang layak diceritakan kembali.

Pada akhirnya, tujuan sebuah film adalah untuk menyampaikan cerita dan pesan, dan cerita yang luar biasa tentu akan membuat orang akan kembali menonton film favoritnya dalam kemasan terbaru.

Kecanggihan teknologi

Teknologi di industri perfilman saat ini memungkinkan para pembuat film untuk membuat hal-hal yang sebelumnya tidak dapat dibuat. Kualitas kamera, teknologi editing dan scoring, serta yang paling terasa adalah teknologi CGI, membuat sebuah scene menjadi terasa sangat asli.

Sebagian orang mungkin pernah bertanya-tanya kenapa franchise Star Wars yang pertama kali muncul pada 1977 harus dimulai dengan Episode IV. Nah, teknologi adalah jawabannya. Saat itu belum ada teknologi yang memungkinkan untuk membuat kemegahan dan setting yang diperlukan untuk menyampaikan cerita dari Episode I.

Dengan teknologi saat ini, para pembuat film akan dapat menyampaikan cerita lama dengan kemasan baru, yang membuat film lebih hidup.

Mengulangi kesuksesan komersial

Tak bisa dipungkiri, faktor komersial juga menjadi variabel penting di balik pembuatan sebuah film. Meskipun baru akan ketahuan seberapa sukses secara finansial setelah film tersebut rilis, namun pada tahap pra-produksi faktor ini akan menjadi pertimbangan tersendiri.

Tak mungkin para pembuat film akan membuat film berbiaya sangat tinggi, jika mereka tak yakin bakal sukses secara finansial. Sebuah franchise lama yang sukses tentu akan menjadi salah satu poin yang memperkuat alasan para pembuat film untuk membuat versi barunya, dengan harapan akan mampu mengulangi kesuksesan finansialnya.

Memperluas dan mengembangkan cerita

Tidak semua film reboot menduplikat cerita originalnya secara mentah-mentah, namun ada pula yang menggunakan referensi karakter yang sama untuk ide cerita yang berbeda, dan bahkan lebih meluas lagi.

Marvel Cinematic Universe adalah contoh bagus film reboot yang berhasil "meminjam" karakter Spiderman dari Sony, dan menggunakannya untuk digabungkan di dunia yang berisi superhero-superhero lain. Spiderman versi terbaru bukan Spiderman versi Sam Raimi yang melawan Green Goblin, namun Spiderman yang dimentori langsung oleh Tony Stark/Iron Man, dan memegang peran penting di The Avengers.

Seperti halnya Spiderman, The Mummy juga merupakan franchise reboot, dan akan bergabung dengan kawan-kawan monsternya di New Monster Universe, yang telah dimulai dari Dracula Untold (2014). Godzilla (2014) pun merupakan versi Godzilla yang hidup di dunia dimana King Kong (2017) eksis.

Baca juga: Aktor-aktor yang Diprediksi Akan Memerankan James Bond