Mengapa Ada Orang yang Selamat Setelah Terapung Lama di Lautan?

 Mengapa Ada Orang yang Selamat Setelah Terapung Lama di Lautan?

Naviri Magazine - Bencana bisa terjadi, termasuk di lautan. Karena suatu hal, orang bisa terdampar atau terapung-apung sendirian di lautan luas, sampai berhari-hari. Bertahan hidup di lautan tentu jauh lebih sulit daripada bertahan hidup di darat, apalagi jika selama terapung itu tidak ada makanan yang bisa dimakan dan minuman yang bisa diminum.

Baru-baru ini, ada seorang anak muda Indonesia yang menjadi sorotan media internasional, karena berhasil selamat setelah terapung di lautan selama 49 hari. Aldi Novel Adilang, pemuda asal Sulawesi tersebut, hanyut ketika perangkap ikan terapung atau rompong yang ditumpanginya terlepas dari tambatannya, akibat angin kencang pada pertengahan Juli lalu.

Ia berakhir di perairan dekat pulau Guam di Samudera Pasifik, ketika panggilan daruratnya dijawab sebuah kapal berbendera Panama menuju Jepang, pada 31 Agustus.

Dengan persediaan makanan terbatas, remaja 18 tahun itu menyambung hidup dengan makan ikan dan minum air laut yang disaring dengan bajunya.

"Mulai satu minggu setelah bahan makanan habis, saya mengail terus, ikan manta, ikan rebus, ikan bakar. Itu makanan saya selama hanyut," tutur Aldi Novel Adilang kepada wartawan.

Pengalaman Aldi, yang kerap disamakan dengan cerita novel "Life of Pi", menjadi salah satu kisah dramatis tentang manusia yang berhasil bertahan hidup dalam kondisi ekstrem di tengah laut.

Tapi apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh kita saat terjebak di lautan?

Di tengah laut, tubuh manusia dihadapkan pada dua tantangan besar, yakni kekurangan air dan kondisi ekstrem.

"Tubuh pun merespons dengan dua cara, yang disebut osmoregulasi dan termoregulasi," kata Ahmad Ridwan, asisten profesor fisiologi hewan di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB.

Osmoregulasi adalah penyesuaian agar tingkat cairan di dalam tubuh terjaga untuk bertahan hidup. Sel tubuh manusia terdiri dari 90 persen air. Jika jumlah itu berkurang sampai 70 persen, maka sel akan terganggu berat.

Salah satu cara menjaga tingkat cairan di dalam tubuh ialah dengan menahan (retensi) air, supaya tidak keluar. Ini artinya harus menahan kencing dan berkeringat.

Sedangkan termoregulasi adalah upaya tubuh untuk mempertahankan diri agar perubahan temperatur tidak terlalu ekstrem. Suhu tubuh manusia harus dipertahankan di kisaran 37 derajat Celsius.

Ridwan menambahkan bahwa dalam keadaan asupan energi rendah, tubuh akan melambatkan laju metabolisme sampai pada tingkat yang paling rendah, sehingga terjadi penghematan energi. Kondisi ini disebut Basal Metabolic Rate (BMR).

"Satu-satunya cara adalah dengan rest (istirahat), tidur. Harus melakukan aktivitas seminim mungkin," ujarnya.

Baca juga: Kisah Pemuda Manado yang Terapung-apung 49 Hari di Lautan

Related

Insight 7917140320327303879

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item