Kisah dan Sejarah Lengkap Nabi Muhammad (Bagian 2)

Kisah dan Sejarah Lengkap Nabi Muhammad

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah dan Sejarah Lengkap Nabi Muhammad - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebagian ayat ada pula yang diterjemahkan oleh Muhammad sendiri melalui percakapan, tindakan, dan persetujuannya, yang terkenal dengan nama As-Sunnah.

Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama, menjadi panduan dan cara hidup bagi "mereka yang menyerahkan diri kepada Allah", yaitu penganut agama Islam.

Selama tiga tahun pertama, Nabi Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajarannya adalah para anggota keluarga serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zayd, dan Bilal.

Namun, pada awal tahun 613, Nabi Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh bangsa Arab, seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidillah bin Harits, Amr bin Nufail, masuk Islam dan bergabung membela Muhammad.

Akibat halangan dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam disiksa, dianiaya, disingkirkan, dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pengikutnya membuat lahirnya ide berhijrah (pindah) ke Habsyah.

Negus, raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya, dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Nabi Muhammad, pada tahun 622, hijrah ke Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.

Hijrah ke Madinah

Di Mekkah terdapat Ka'bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka'bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut.

Nabi Muhammad mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (di kemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Nabi dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah, secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad), dan orang-orang Islam Mekkah.

Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Mekkah. Mereka menemui Nabi di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Nabi akhirnya setuju untuk berhijrah ke kota itu.

Mengetahui banyak masyarakat Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha menghalang-halangi, karena beranggapan bila dibiarkan berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain.

Setelah berlangsung selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekkah akhirnya berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah atau "Madinatun Nabi" (kota Nabi).

Di Madinah, pemerintahan (khalifah) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Nabi Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (shalat) dan bermasyarakat di Madinah. Quraish Makkah, yang mengetahui hal ini, kemudian melancarkan beberapa serangan ke Madinah, tetapi semuanya dapat diatasi oleh umat Islam. Satu perjanjian damai kemudian dibuat dengan pihak Quraish. Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian diingkari oleh pihak Quraish dengan cara menyerang sekutu umat Islam.

Penaklukkan Mekkah

Pada tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Nabi Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Nabi Muhammad kembali pada tahun berikutnya.

Nabi Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya kembali maka ia menaklukkan Mekkah secara damai. Nabi Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka'bah, dan memberikan amnesti umum serta menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah.

Pernikahan

Selama hidupnya, Nabi Muhammad menikahi 11 atau 13 wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 tahun, ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun, hingga Khadijah wafat. Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia, sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib, pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.

Sepeninggal Khadijah, Nabi Muhammad disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya ia menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar), dimana Nabi akhirnya menikahi keduanya. Setelah itu Nabi tercatat menikahi beberapa wanita lagi, sehingga mencapai total sebelas orang, dimana sembilan di antaranya masih hidup sepeninggal Nabi.

Para ahli sejarah, antara lain Watt dan Esposito, berpendapat bahwa sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah untuk menikah, karena budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).

Status dari beberapa istri Nabi Muhammad menjadi sumber perdebatan dalam sejarah. Maria al-Qibtiyya dikatakan seorang budak, atau seorang budak yang dibebaskan. Di sisi lain, terdapat perdebatan tentang umur Aisyah saat dinikahi.

Baca lanjutannya: Kisah dan Sejarah Lengkap Nabi Muhammad (Bagian 3)

Related

Moslem World 1681501751169326942

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item