Nero, Kaisar Romawi Paling Kejam Sepanjang Masa (Bagian 2)

Nero, Kaisar Romawi Paling Kejam Sepanjang Masa

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Nero, Kaisar Romawi Paling Kejam Sepanjang Masa - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Merasa tidak mendapat penonton yang setia di Roma, Nero mengadakan dan memimpin rombongan teater untuk pertunjukan keliling di Yunani selama setahun, dan orang-orang Yunani menikmatinya. Karena kegembiraan sesaat, dia pun menganugerahkan hak otonomi kepada Yunani, karena orang Yunani mengerti dan bisa menikmati keseniannya.

Karena berfoya-foya terhadap pemakaian uang dalam jumlah sangat besar, dalam waktu cepat ia sudah mengeruk habis kas negara.

Sifat jahatnya keluar

Pada malam tanggal 18 Juli 64 M, terjadi kebakaran besar di Roma. Berlangsung selama 39 hari, 3 daerah musnah terbakar, 7 rusak berat, sementara sisanya tinggal puing. Rakyat Roma mengalami bencana yang tak pernah ada sebelumnya, mereka luntang-lantung tak bertempat tinggal.

Ada yang melihat, dalam menghadapi kondisi lautan api yang menelan seluruh kota itu, Nero malah berpakaian opera, berdiri di menara, dan memetik instrumen Lira, melantunkan sebuah balada yang ada hubungannya dengan musnahnya Troya, menikmati pemandangan kobaran api yang menjilat-jilat.

Ada rumor di sana-sini mengatakan bahwa Nero sendiri yang melakukan pembakaran itu, dan dialah yang memerintahkan pembakaran terhadap Roma supaya bisa mendirikan sebuah kota baru.

Setelah kebakaran besar terjadi, ia tidak pergi menolong rakyat korban bencana, malah sibuk melakukan pembangunan besar-besaran dan bikin "rumah emas" untuk pribadi. Dekorasi dalam istananya dihiasi emas, intan permata, dan mutiara. Bingkai langit-langitnya ditatah gading, dan bisa berputar serta menaburkan bunga dan menyemperotkan parfum ke bawah.

Istana baru itu terletak di tempat paling sentral kota Roma, dengan aneka bunga, pemandangan gunung, dan danau. Kolam mandi di dalamnya dapat mendatangkan air laut sekaligus air dari mata air. Ketika bangunan mentereng dan mewah itu rampung dibangun, Nero memuji dan mengagumi dengan gembira, "Ini baru mirip tempat tinggal manusia."

Untuk menghadapi kecaman dari kebakaran yang disengaja, Nero memilih penganut Nasrani untuk mengemban tanggung jawab. Pertama-tama, ia menuduh merekalah yang melakukan pembakaran secara sengaja, lalu menuduh mereka "bermusuhan terhadap umat manusia".

Karena kebanyakan penganut Nasrani waktu itu orang miskin, budak belian, dan orang asing, menindas mereka jadi sangat mudah.

Saat Nero dalam kedudukan yang sangat kuat dan lupa daratan, tiba-tiba di Italia bagian tengah kota Napules muncul seorang ahli kebatinan. Dia berteriak dengan keras dari bawah tembok, dan mencela Nero adalah raja lalim serta bengis, dan mengatakan bahwa arwah Bunitanix tidak akan membiarkan dia selamanya.

Ahli kebatinan itu dijebloskan ke penjara. Setiap orang mengira pasti dia bakal mati karena siksaan berat. Namun, di luar dugaan, tak sampai setengah hari dia sudah lolos dari penjara. Sejak saat itu, orang Roma menyebutnya ahli kebatinan pembalas dendam.

Nero, yang marah besar karena dipermalukan, mengutus orang untuk mencarinya ke semua tempat, namun gagal. Setahun kemudian, ahli kebatinan itu meninggal dunia, bukan karena dibunuh tapi karena sakit. Kalimat terakhir yang diucapkan sebelum meninggal adalah, "Kekaisaran Nero pasti tidak lebih dari 15 tahun." Kala itu, kekuasaan Nero sudah memasuki 11 tahun setengah.

Sepeninggal ahli kebatinan itu, Nero berubah menjadi orang yang lebih curiga. Kalau melakukan sesuatu juga lebih gila-gilaan. Dia membunuh orang terus-menerus, tega melakukan cara sekejam apa pun. Pengawal yang dekat dengan Nero mengatakan bahwa Nero sering mendengar suara teriakan arwah Bunitanix, dan dia takut bercampur benci.

Pembunuhan secara kejam oleh Nero akhirnya menimbulkan tantangan rakyat Roma. Saat itu, Nero terus-menerus curiga terhadap orang di sekelilingnya, dan dia mencurigai ada sebuah komplotan makar sedang kontra dengannya. Dalam kondisi gelap mata, dia pun mengumumkan bahwa seluruh negeri dalam kondisi darurat perang.

Seluruh Roma diselimuti suasana ketakutan. Begitu dia menyebut nama seseorang, maka orang tersebut akan dihukum mati. Banyak anggota parlemen, birokrat senior, tokoh terkemuka, serta petugas pasukan pengawal, dihukum mati. Ada beberapa orang dipenggal kepalanya, beberapa lagi diperintahkan untuk bunuh diri, dan sejumlah lagi dibelah perutnya. Bahkan guru dan Shonyka sang penasihat pun dipotong kedua tangannya.

Pengkhianat massal 

Kemewahan Nero yang luar biasa, kekuasaannya yang mengerikan, pembunuhan secara gila-gilaan, dan penindasan sewenang-wenang, membangkitkan perlawanan dari lembaga tinggi negara. Rakyat juga benci terhadapnya. Kalangan rakyat kecil, tentara, orang terkemuka dan terpandang hingga pejabat tinggi, serta parlemen, tidak tahan terhadap pemerintahan tirani itu.

Akhirnya, pada 68 M, gubernur jenderal sementara dari Provinsi Kaolu dan Spanyol mengimbau agar rakyat bangkit untuk memberontak. Sementara pasukan Roma memberontak di daerah Kaolu, bahkan induk pasukan di Spanyol dan Afrika Utara yang jauh pun menyusul memberontak.

Pasukan-pasukan yang ada di masing-masing daerah menuju Roma, pejabat daerah pun satu per satu mengumumkan pembelotannya terhadap Nero. Lembaga tinggi negara di Roma menghapuskan tahta kerajaan Nero, memproklamirkan bahwa dia ilegal, sekaligus merupakan musuh rakyat.

Pasukan tentara beserta rakyat mengepung istana, hendak memberi perhitungan kepada Nero. Sampai saat itu, Nero sudah ditentang oleh rakyatnya, dan ditinggalkan pengikutnya. Dia minta tolong pada pengawal istana untuk membantunya dalam pelarian, tapi ditolak.

Dia menulis sepucuk surat agar rakyat mengampuninya, tetapi ia tidak berani keluar dari istana untuk menyerahkannya. Dia tahu dosanya sudah amat berat. Akhirnya, pada malam hari, dengan mengenakan mantel tanpa lengan, dia melarikan diri dengan menunggangi kuda bersama empat orang pengikutnya.

Nasib yang memalukan

Nero kabur ke sebuah rumah mantan budak istananya. Dia duduk di ruang bawah, dan membiarkan budaknya menggali sebuah kubur di belakang rumah untuknya. Nero berkata, "Dunia telah kehilangan seorang seniman yang hebat!"

Saat itu, pesuruhnya datang memberi tahu, lembaga tinggi negara mengumumkan bahwa Nero adalah musuh rakyat, serta bermaksud mengeksekusi mati Nero dengan cara leluhur, yakni hukuman mati dengan cambuk.

Nero tahu bahwa itu berarti akan melucuti bajunya, lalu memakai pasung kayu untuk menopang tengkuknya, dan cambuk akan diayunkan oleh algojo, hingga akhir napasnya. Nero yang kejam kini ketakutan setengah mati, dan dia merasa lebih baik bunuh diri untuk mengurangi penderitaan, lalu memutuskan untuk melakukan itu.

Sebelum ajal tiba, Nero tak lupa untuk mempertunjukkan kebolehannya. Dia pegang belati tajam, lalu mengayunkan ke sana kemari, tetapi tidak berani menusuk tenggorokannya sendiri. Sebab dia tidak punya keberanian. Lalu, dengan tak diduga, dia memohon pada pesuruhnya untuk bunuh diri lebih dulu, memperagakan untuknya, tapi ditolak. Kaisar yang lalim itu sebenarnya seorang pengecut bernyali kecil.

Pada saat menjelang fajar, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara teriakan manusia dan pekikan kuda. Tempat persembunyian Nero telah diketahui. Nero, yang sudah putus asa, meletakkan sebilah belati ke tangan seorang pesuruhnya, lalu menggenggam tangan sang pesuruh untuk menusukkannya ke lehernya.

Lalu dia berteriak kencang dan tersungkur ke dalam genangan darah. Tamat sudah riwayatnya. Nero meninggal pada usia 31 tahun, setelah bertahta 14 tahun, persis seperti yang diucapkan sang ahli kebatinan dulu.

Baca juga: Kisah Revolusi yang Meruntuhkan Kekuasaan Tsar di Rusia

Related

History 5331796085244241971

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item