Rahasia Kekaisaran Romawi yang Tak Pernah Diungkap Sejarah

Rahasia Kekaisaran Romawi yang Tak Pernah Diungkap Sejarah

Naviri Magazine - Kekaisaran Romawi (Roma) adalah kerajaan yang besar dengan wilayah kekuasaan sangat luas. Ia pernah mengalami zaman keemasan, dengan tentara perang yang disegani semua bangsa. Pada suatu masa, Romawi berada di puncak kejayaan, sekaligus awal dari kehancurannya. Pada saat yang bersamaan, ajaran Kristus sedang berkembang, menerangi umat manusia di wilayah kekaisaran ini.

Karena kebencian terhadap agama, menurut catatan sejarawan Roma, Tacitus, Kaisar Nero sengaja membakar kota Roma, lalu menimpakan kesalahan kepada kaum Kristen. Kemudian, Kailelius juga mengambil tindakan yang serupa.

Dalam 15 hari di Istana Nihemiya, ia menciptakan dua musibah kebakaran, dan memfitnah bahwa semua kebakaran tersebut merupakan perbuatan kaum Nasrani, memaksa kaisar pada waktu itu, Dioklesian, mengambil tindakan yang kejam untuk melawan mereka.

Demi membangkitkan perasaan anti-Nasrani di masyarakat, pemikir Romawi kuno telah menyusun desas-desus yang khusus ditujukan pada mereka, misalnya akan membunuh pengikut Yesus yang ke gereja, dan mengatakan bahwa segala perbuatan jahat masyarakat Romawi kuno dilakukan kaum Nasrani.

Pada waktu itu, Kaisar Nero pernah memerintahkan untuk memasukkan tidak sedikit kaum Nasrani ke gelanggang aduan. Para pembesar Roma tertawa terbahak-bahak memandangi orang-orang yang dalam keadaan hidup dicakar dan digigit hingga mati oleh binatang buas.

Dia bahkan berpesan agar mengumpulkan kaum Nasrani lebih banyak, lalu dijadikan satu ikatan bersama rumput kering untuk dijadikan obor, dan dibariskan ke tengah-tengah taman bunga, kemudian dibakar pada saat menjelang malam, menerangi pesta di taman kekaisaran.

Kaisar Markus Aurellius juga sangat kejam dalam menindas kaum Kristen. Menurut sejarawan Shafu, "Mayat orang yang dikubur hidup-hidup, berserakan di jalan-jalan. Dan mayat itu dibakar setelah dipotong-potong anggota tubuhnya, kemudian abu tulang yang tersisa ditebarkan ke sungai."

Tahun 250 M, penguasa lalim Decius mengeluarkan perintah, yang memerintahkan agar kaum Nasrani harus melepaskan kepercayaan agamanya. Jika tidak, akan menerima pengadilan gubernur jenderal setempat. Pejabat pemerintah yang menjadi kaum Nasrani akan diganjar hukuman sebagai budak, atau harta bendanya akan disita. Dan akan dihukum mati bagi yang bersikeras.

Pada rakyat biasa, kondisinya lebih mengenaskan lagi. Tahun 303 M, Raja Dioklesian mengeluarkan perintah "penindasan terhadap agama mulai digencarkan oleh pemerintah kekaisaran Romawi," penghancuran gereja oleh massa, perampasan kitab suci, dan pembunuhan terhadap pastur atau pendeta.

Dalam sejarah, penindasan terhadap kaum Kristiani perempuan merupakan hal yang mengejutkan. Beberapa buku sejarah menceritakan beberapa peristiwa yang terjadi antara tahun 209 M hingga 210 M. Konon dikatakan, bahwa para wanita yang telah mengucapkan janji suci kaul kekal, dipaksa untuk menerima cobaan yang berat antara kesucian diri dan kepercayaan pada agama.

Seperti yang telah diketahui, sistem hukum Romawi kuno sangat modern, dan sistem perlindungan hukumnya sudah matang. Namun sistem hukum yang sempurna tidak mencegah kekejaman penguasa terhadap penindasan keyakinan warga, mengadili dan menghukum malah menjadi semacam pola kekuasaan mereka.

Pada masa Romawi kuno, seorang pengawas bernama Plinius melapor kepada Kaisar Trajanus, dengan mengatakan, "Siapa pun yang dituduh sebagai kaum Nasrani, aku pernah menanyai apakah mereka benar-benar seorang Kristiani. Jika mereka mengaku, aku lalu menakuti mereka dengan hukuman, dan kemudian bertanya lagi. Jika mereka tetap bersikeras mengaku sebagai Kristiani, aku akan memerintahkan untuk menghukum mati mereka."

Lalu Raja Trajanus memberikan tanggapan dan berkata, "Caramu menangani para tertuduh Kristen sangat tepat." Peristiwa ini dikenal dengan "kasus Cyprianus yang dipancung".

Pendeta Cyprianus menolak melepaskan kepercayaan untuk "mengoreksi kesalahannya dan menjadi manusia baru". Pengadilan lalu memastikan bahwa dakwaannya dinyatakan sah dengan tuduhan "menghimpun secara rahasia kelompok yang melakukan tindak kejahatan", juga atas dakwaan "memusuhi semua malaikat Roma", maka akhirnya ia dijatuhi hukuman pancung.

Penindasan terhadap kepercayaan agama tidak bisa dipahami oleh orang yang berhati baik, karena hal ini disebabkan oleh sifat iri hati, sewenang-wenang, dan kejam. Jika dipandang dari sudut sejarah, keyakinan agama selalu muncul pada masa kemerosotan moral dan kebejatan jiwa manusia.

Kekuatan yang baik akan langsung menyerang terhadap bermacam kejahatan yang telah terpupuk lama. Penindasan terhadap keyakinan hanya sebuah ekspresi perbandingan kekuatan antara yang baik dengan yang jahat.

Raja Roma, Domitian, pernah memerintahkan untuk menggeledah dan menangkap kaum Nasrani secara besar-besaran dan dihukum mati, bahkan adik sepupunya sekeluarga juga tidak dilepas. Raja Domitian menindas kaum Kristiani karena mereka tidak bersedia menyebutnya malaikat. Semasa hidupnya, ia menghendaki rakyat menyebutnya sebagai "tuhan kami, malaikat kami".

Raja Dioklesian, demi berhasil menyatukan kekaisaran Romawi, menghendaki semua rakyat Roma menganut satu kepercayaan. Karena itu, kaum Kristiani menjadi suatu kerisauan bagi dirinya. Kemudian, dia memerintahkan untuk menghancurkan gereja, dan kaum Kristiani dipaksa untuk meninggalkan keyakinannya, atau memilih kematian.

Pada masa Romawi, penganut Nasrani berpegang teguh pada kesucian, cinta kasih, kearifan dan keadilan, semua ini tampaknya bukan pemikiran yang praktis pada saat itu. Karena ditimbulkan dari rasa kasih, kaum Nasrani menolak untuk memasuki gelanggang menonton pemandangan adu manusia antara penjahat perang dengan budak belian, mereka melepaskan budak belian mereka sendiri tanpa syarat.

Tidak sedikit pendeta yang mengritik pola hidup orang Roma yang mewah dan berfoya-foya, yang menyebabkan timbulnya rasa tidak senang beberapa orang. Kehidupan individu kaum Nasrani yang polos dan sederhana, telah memerosotkan suasana kemewahan di masyarakat, menjadi semacam perbandingan kuat yang mengancam banyak orang, terlebih bagi penguasa.

Pada masa Romawi kuno, Uskup Paulus dibawa menuju ke gelanggang. Pengawas berkata, asal dia menolak Kristen di hadapan massa, maka akan diberi kebebasan. Paulus mengatakan, "Selama 80 tahun aku tetap mengabdi pada Tuhanku, Dia tidak pernah berlaku tidak adil terhadapku. Bagaimana bisa aku menghina penyelamatku?"

Pengawas bermaksud membakar Paulus. Dengan tenang Paulus berkata, "Kau ingin menakutiku dengan bara api. Kekuatan api hanya akan membakar selama 1 jam, kau malah melupakan api neraka yang tidak pernah padam selamanya." Tidak lama kemudian, sekelompok massa yang brutal menyembul keluar, lalu membakarnya hidup-hidup.

Pada saat itu, banyak sekali pengikut setia Kristen yang bukan hanya tidak mengerang dalam kobaran api, malah memuji-muji malaikat dalam kobaran bara api. Semua moral bobrok masyarakat Roma ini merupakan hal yang tidak bisa dipahami. Dalam sejarah, kaum Kristen mengabdikan dirinya untuk suatu kepercayaan yang diyakini.

Baca juga: Di Uni Emirat Arab, Rakyat Tidak Perlu Bayar Pajak Penghasilan

Related

Insight 3799421882778216852

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item