Dalam Industri Digital, Indonesia Menjadi Pemimpin Pasar di Asia

Dalam Industri Digital, Indonesia Menjadi Pemimpin Pasar di Asia

Naviri Magazine - Sebagai negara dengan populasi sangat besar, Indonesia juga memiliki jumlah pengakses internet yang sama besar. Dalam hal bisnis, ada banyak uang berputar dalam kenyataan ini.

Mobile Marketing Association (MMA) Indonesia mengungkap belanja iklan Indonesia bisa mencapai Rp 40 triliun dalam setahun. Persentase porsi itu baru 6 persen dari total belanja iklan secara keseluruhan yang masih akan terus berkembang.

"Spending digital ini mostly dari mobile. Indonesia, uang belanja iklan yang bisa diukur oleh Nielsen kalau tanpa digital sebesar Rp38 triliun, sementara setelah ditambahkan digital jadi Rp40 triliun," ungkap Program Director MMA Asia Pacific, Azalea Aina.

Azalea menjelaskan, masih besarnya potensi peningkatan belanja iklan digital bisa dilihat dari semakin besarnya pengguna smartphone atau ponsel pintar di dalam negeri. Menurutnya, peningkatan jumlah pengguna smartphone jauh lebih besar dibandingkan pertumbuhan pembukaan rekening tabungan perbankan.

Untuk bisa memanfaatkan secara maksimal potensi yang besar tersebut, Country Manager MMA Indonesia, Shanti Tolani, menambahkan, para pelaku marketing digital harus memerhatikan perubahan pola perilaku penggunaan internet di Indonesia.

"Saat ini, Indonesia adalah mobile first market. Artinya, pengguna internet lebih banyak yang terkoneksi melalui perangkat mobile ketimbang desktop," jelas Shanti.

Saat ini di Indonesia, sebut Shanti, terdapat 97 persen pengakses internet yang menggunakan smartphone sebagai perangkat utama, dari yang tadinya hanya 58 persen.

Adapun pengguna perangkat lain seperti desktop dan tablet terus menurun sejak tahun 2012. Pada tahun 2012 lalu, sebesar 85 persen pengguna internet mengakses melalui perangkat desktop atau personal computer (PC), angka tersebut pada 2017 tinggal 70 persen. Sementara pengguna tablet hanya 19 persen.

Transformasi iklan yang tadinya sangat terpusat pada iklan-iklan televisi ke ranah yang lebih digital pun semakin dibutuhkan. "Transformasi sangat dibutuhkan untuk melihat ke masa depan, dan membangun visi dan strategi ke sana," jelas Shanti.

MMA meresmikan cabang di Indonesia yang dibentuk pada 19 Desember 2018. MMA hadir di Indonesia dalam bentuk MMA Forum dan Smarties Award, forum dan penghargaan untuk brand dan pengiklan di Indonesia, yang digelar oleh MMA APAC.

MMA merupakan satu-satunya asosiasi perdagangan global yang menyatukan seluruh ekosistem pemasar, agensi iklan, dan penjual teknologi yang saling terlibat.

"MMA hadir untuk membantu menciptakan lanskap pemasaran seluler yang berkelanjutan di Indonesia," tutur Shanti.

Berdasarkan data Nielsen, perusahaan-perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang informasi global dan media, setiap tahunnya menghabiskan Rp38 triliun untuk belanja iklan, yang tersebar di berbagai media mainstream dalam negeri.

Namun, data tersebut belum termasuk dengan belanja iklan yang disalurkan melalui platform-platform digital. Nielsen pun mencatat, setelah memasukkan berbagai belanja iklan digital dalam perhitungannya, belanja iklan Indonesia bisa mencapai Rp 40 triliun dalam setahun.

Pemimpin pasar digital Asia

Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara pemimpin pasar digital ekonomi di Asia. Peluang itu bisa dilihat dari sisi jumlah pengguna internet, infrastruktur telekomunikasi yang mulai merata, serta maraknya kehadiran startup atau perusahaan rintisan.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roeslani, memproyeksikan bahwa pada 2025 Indonesia berpotensi memiliki pasar ekonomi digital hingga mencapai sekitar Rp2.000 triliun. Sementara, untuk pasar Asia pada 2025 mencapai USD 240 miliar, atau sekitar Rp3.480 triliun (kurs Rp 14.500).

"Kalau kita lihat dari angka-angka itu, Indonesia menjadi leader Asia Tenggara," kata Rosan.

Rosan menjelaskan, untuk mencapai itu semua, Indonesia perlu memanfaatkan bonus demografi yang diperkirakan dimulai pada 2030 mendatang. "Tentunya kita harus melakukan banyak hal, termasuk bagaimana kita memanfaatkan bonus demografi yang kita sedang alami sekarang dan akan berakhir pada tahun 2040," tandasnya.

Sektor ekonomi digital Indonesia saat ini memang sedang bergairah, dan akan terus berkembang. Menurut analisis Ernst & Young, peningkatan mencapai 40 persen setiap tahun.

Kementerian Perdagangan memperkirakan, transaksi e-commerce di Indonesia pada 2020 akan mencapai $40 miliar AS (Rp578,5 triliun). Padahal, nilai bisnisnya hanya $12 miliar pada 2014.

Indonesia masuk dalam jajaran negara yang masyarakatnya paling aktif menggunakan internet di dunia. Hal tersebut tampak dalam laporan bertajuk Global Digital Reports 2019, hasil penelitian situs layanan manajemen konten HootSuite dan agensi marketing sosial We Are Social.

Data penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa di negara berpendapatan rendah dan menengah, warganya lebih sering menggunakan internet ketimbang di negara dengan pendapatan tinggi.

Negara Asia Tenggara menguasai posisi lima besar dalam daftar warga paling aktif berinternet. Filipina menempati peringkat teratas, Thailand ada di posisi ketiga, sementara Indonesia di peringkat Kelima.

Related

News 2062042222421245684

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item