Penemuan DNA Manusia Kuno dan Pencarian Asal Usul Manusia

Penemuan DNA Manusia Kuno dan Pencarian Asal Usul Manusia

Naviri Magazine - Sebagai makhluk yang bisa berpikir, salah satu pertanyaan besar manusia adalah asal usul mereka. Sejak dulu, manusia bertanya-tanya, bagaimana asal usul manusia dimulai? Pertanyaan itu lalu membawa manusia pada upaya penjelajahan yang nyaris tanpa henti dari masa ke masa.

Penemuan DNA dari 16 manusia yang hidup di Afrika sampai 8.500 tahun yang lalu, bisa menulis ulang sejarah benua tersebut dan menjelaskan asal usul manusia. Temuan itu mengungkapkan wawasan baru tentang habitat populasi manusia di benua itu, antara 8.000 dan 1.000 tahun lalu. Demikian dilansir Daily Mail.

Meski ini bertentangan dengan kepercayaan populer, mereka menunjukkan bahwa diversifikasi awal manusia modern terjadi di barat Afrika. Meski demikian, waktu detailnya belum begitu jelas.

Periset dari Harvard Medical School mengurutkan genom kuno dari 16 individu dari berbagai belahan di Afrika, untuk mengumpulkan kembali sejarah manusia di benua ini.

Dr. David Reich, seorang penulis laporan studi tersebut, mengatakan, "DNA purba mampu memberikan pandangan yang luar biasa ke dalam sejarah manusia, kebanyakan di benua Eurasia."

"Kami sangat antusias untuk membawa DNA purba ini, sekaligus untuk menjawab pertanyaan tentang prasejarah Afrika, dan kami beruntung memiliki rekan-rekan di bidang arkeologi yang tertarik dengan ini serta sampel yang sesuai juga."

Untuk merekontruksi struktur populasi Afrika sebelum penyebaran produksi pangan, para peneliti mengurutkan DNA dari Afrika sub-Sahara kuno. Reich mengatakan, "Mendapatkan DNA purba dari benua Afrika sangat sulit, kami hanya perlu menggunakan sampel terbatas yang tersedia."

Sampel mereka mencakup tiga individu dari bagian barat Afrika Selatan yang berasal dari masa 2.300-1.200 tahun lalu, dan 12 sampel dari Afrika bagian timur dan selatan-tengah.

Dua belas tempat itu termasuk empat dari wilayah pesisir Kenya dan Tanzania yang berasal dari 1.400-400 tahun g lalu, satu dari Tanzania yang mencapai sekitar 3.100 tahun yang lalu, dan tujuh dari Malawi berkisar antara 8.100 sampai 2.500 tahun lalu.

Para peneliti menggabungkan data DNA dengan data yang dihasilkan sebelumnya dari individu dataran tinggi Etiopia, yang berusia sekitar 4.500 tahun silam.

Sebagai perbandingan, tim periset juga menyertakan data 584 individu Afrika dari 59 populasi yang beragam saat ini, dan 300 genom cakupan tinggi dari 142 populasi dunia.

"Ini bukan studi pertama DNA purba dari Afrika, tapi ini mengalikan sepuluh kali jumlah sampel yang dipelajari di benua ini. Jadi saya pikir ada sejumlah temuan baru yang dramatis." kata Reich yang laporan tertulisnya telah diterbitkan dalam jurnal Reconstructing Prehistoric African Population Structure.

DNA purba ini sangat mirip dengan manusia yang tinggal di tempat yang sama saat tulang ditemukan. Namun, ada beberapa pengecualian menarik yang menyoroti pencampuran di antara berbagai kelompok.

Misalnya, analisis genom ini menunjukkan bahwa populasi yang berhubungan dengan penduduk asli Afrika bagian selatan memiliki distribusi lebih luas pada masa lalu.

Latar belakang genetik tipe Afrika selatan ini ditemukan oleh pemburu dari Malawi dan Tanzania di timur Afrika. Pemburu ini hidup antara 8.100 dan 1.400 tahun lampau.

Mereka juga menemukan bahwa penyebaran petani dari Afrika barat pada akhirnya mempengaruhi populasi awal pemburu tersebut dengan beberapa pergantian sepenuhnya. Pergerakan kelompok gembala sebelum petani juga bisa dilacak.

Penelitian tersebut juga menemukan seorang gadis berusia 3.100 tahun di Tanzania. Setidaknya ia berbeda dengan temuan kaum yang lebih tua di Afrika Timur.

Namun sepertiga keturunan sang gadis bisa dilacak ke petani awal di Near East. Artinya, Near East menyebar ke Afrika Timur setidaknya 3.100 tahun lalu. Apalagi gen Near East juga ditemukan dalam kerangka dari Afrika Selatan berumur sekitar 1.200 tahun.

Sementara kebanyakan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa diversifikasi awal garis keturunan manusia modern terjadi di Afrika Selatan antara 200.000-100.000 tahun silam, kelompok periset terbaru membantahnya.

Data baru menunjukkan bahwa Afrika Barat juga kemungkinan memiliki keturunan yang substansial pada silsilah manusia modern. Bahkan mereka terbelah lebih awal dibanding kecenderungan pada masyarakat adat di Afrika bagian selatan. Meski demikian, sekali lagi, Reich pun belum jelas soal detail masanya.

Para periset juga dapat menentukan gen spesifik yang mungkin menjadi kunci bagi manusia untuk menyesuaikan diri dengan gaya hidup pemburu di Afrika bagian selatan.

"Ini penelitian terbatas demi menyatakan perubahan biologis dari waktu ke waktu karena sampelnya pun terbatas. Tapi kami menunjukkan pratinjau sebuah kejadian," imbuh Reich.

Mereka menemukan bukti bahwa peran penting gen penerima rasa pada masa lalu yang belajar menghindari tanaman beracun. Evolusi adaptif ini juga bisa dilihat pada kalangan penduduk asli yang tinggal di Gurun Kalahari di Afrika bagian selatan dalam merespons radiasi ultraviolet matahari.

Para periset mengatakan bahwa memahami keanekaragaman genom masa lalu tidak hanya dapat membantu merekonstruksi sejarah tak tertulis, tetapi juga untuk memandu studi genetika medis terhadap populasi yang beragam.

Itu sebabnya mereka berencana terus menggunakan DNA purba untuk mempelajari sejarah populasi purba di Afrika dan di seluruh dunia. Reich menyatakan, merekontruksi asal keragaman genom pada populasi saat ini sangat penting.

Related

Science 628783946698521637

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item