Pentingnya Menahan Diri dari Perkataan Buruk kepada Sesama

  Kisah Jabir bin Abdullah al-Ansari, Sahabat Nabi yang Luar Biasa

Naviri Magazine - Sabda Rasulullah saw berikut ini mungkin sudah sering kita dengar: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (HR. Bukhari)

Namun memang, mengaplikasikannya tidak semudah mengatakannya. Pada kenyataannya, terkadang masih keluar dari mulut kita, kata-kata yang kurang melibatkan kebijaksanaan akal dalam mengeluarkannya.

Hadis lain turut mengingatkan kita bahwa, “Seorang mukmin bukanlah pengumpat dan yang suka mengutuk, yang keji dan yang ucapannya kotor.” (HR. Bukhari)

Tidak main-main, kedua hadis di atas menyandingkan baiknya kata-kata yang keluar dari mulut kita dengan keimanan kita. Jika beriman, maka tidak akan sembarangan berkata-kata, apalagi sampai mengumpat, berkata kotor atau keji. Jika keburukan masih keluar dari mulut, berarti keimanan perlu dievaluasi kembali.

Al-Qur’an juga menyebutkan tentang buruknya perkataan ini, khususnya dalam hal mengumpat dan mencela, seperti pada surat Al-Humazah ayat 1-3 berikut:

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya.” (QS. Al-Humazah: 1-3)

Salah satu penyebab seseorang mengumpat atau mencela orang lain adalah perasaan lebih baik dari orang tersebut. Dalam ayat-ayat di atas, para pengumpat dan pencela begitu membanggakan dan mencintai hartanya, sehingga bersifat kikir lagi sombong. Ia merasa akan selamanya hidup dalam gelimang harta, dan merasa lebih tinggi dari orang lain karenanya.

Demikian sedikit kesimpulan yang dapat diambil dari Tafsir Al-Mishbah mengenai ayat-ayat tersebut. Kesombongan semacam ini tentu harus kita hindari sebagai manusia beriman.

Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 11 juga menjelaskan mengenai hal tersebut.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelar yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak bertobat maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Bagaikan teko yang menuangkan apa yang ada di dalamnya, begitu pun manusia, apa yang keluar dari mulutnya mencerminkan dirinya. Maka, menjelekkan orang lain sama saja menunjukkan keburukan diri sendiri, selain memancing kebencian dan permusuhan serta ejekan dari orang lain.

Allah Maha Mengetahui kebaikan dan keburukan seseorang. Dia yang lebih pantas menilai. Jauh lebih bijaksana dan bermanfaat bagi kita, dengan segala keterbatasan kita, untuk memperbanyak introspeksi, membudayakan teladan, dan saling mengingatkan dengan kelembutan.

Jangan sampai apa yang kita pandang sebagai keburukan pada orang lain menjadi perusak keimanan kita, karena mengejek atau mencelanya.

Related

Moslem World 792390950475249955

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item