Menyaksikan Kehebatan Kapal-kapal Tradisional Indonesia
https://www.naviri.org/2019/06/menyaksikan-kehebatan-kapal-kapal.html
Naviri Magazine - Kita sering mendengar bahwa nenek moyang kita seorang pelaut. Sebagai pelaut, nenek moyang kita pun sangat akrab dengan kapal, kendaraan yang digunakan untuk melayari lautan. Karenanya pula, nenek moyang kita pasti memiliki kapal-kapal hebat, dan begitulah kenyataannya.
Berikut ini adalah sebagian kapal terkenal yang pernah dihasilkan nenek moyang kita, yang sekarang dicoba dibuat replikanya.
Kapal Golekan Lete
Kapal ini berasal dari Madura, dan banyak ditemui di hampir semua pelabuhan besar pantai utara Jawa-Madura, terutama di pelabuhan Kali Mas, Surabaya, Jawa Timur.
Kapal Majapahit
Kapal ini dibuat berdasarkan relief yang ada di Candi Panataran di Jawa Timur. Kapal ini menunjukkan kejayaan bahari kerajaan Majapahit pada abad 13-15. Tiruan kapal ini diberi nama Damar Segara, yang berlayar dari Semarang menuju Thailand.
Kapal Cadik Borobudur
Kapal ini melambangkan kejayaan bahari kerajaan Sriwijaya, yang dibuat berdasarkan relief di Candi Borobudur, Jawa Tengah. Replika ini dibuat untuk menelusuri kembali jalur Kayumanis (the Cinnamon Route) dari Jakarta menuju Ghana, Afrika Selatan, dengan jarak tempuh sekitar 11.000 mil laut dalam kurun waktu 6 bulan.
Kapal Nade
Kapal asal Sumatera ini merupakan armada pelayaran yang meliputi wilayah Sumatera, Selat Malaka, dan perairan laut Kalimantan. Kapal ini berjasa saat terjadi bencana tsunami di Mentawai tempo hari. Pemerintah kabupaten Mentawai mengerahkan kapal Nade untuk mengangkut bantuan kemanusiaan bagi korban tsunami Mentawai.
Kapal Lancang Kuning
Lagu lancang kuning adalah lagu rakyat yang sangat populer di Riau, negeri yang dijuluki Bumi Lancang Kuning. Dalam sebuah versi sejarah Melayu, kapal Lancang Kuning yang legendaris itu tenggelam di Tanjung Jati, perairan Bengkalis. Tak terurai dengan jelas apakah musibah itu akibat human error ataukah karena keganasan alam yang tak teratasi oleh kemampuan manusia.
Kapal Papua
Replika kapal asal Papua ini dibuat berbeda dengan kapal-kapal dari daerah lain. Bentuknya besar, panjangnya tak kurang dari 15 meter. Jayapura 02, demikian nama itu terpahat di badan kapal ini. Di bagian hulunya terpancang patung ayam jago dari kayu.
Kapal Pledang
Perburuan paus dilakukan sepanjang tahun, namun pada musim leva (musim melaut) semua pledang wajib berlayar dan berburu paus. Musim leva jatuh sekitar bulan April sampai Oktober.
Dalam satu pledang masing-masing kru mendapat tugas dan sebutan khusus. Pelempar tombak disebut lamafa, tugasnya menghujamkan tempuling (tombak khusus) tepat pada titik lemah ikan paus. Lamafa berdiri di anjungan perahu, dan dibantu seorang asisten yang mengatur pergerakan tali di belakangnya.
Pendayung pledang disebut matros atau ABK. Sedangkan nahkoda, atau yang disebut lama uri, duduk di buritan kapal, tugasnya memegang kemudi dan mengendalikan arah pledang.
Semua daging paus dibagi rata berdasarkan hukum adat. Termasuk di dalamnya kewajiban memberi bagian kepada kaum jompo dan janda-janda. Khusus hati paus hanya diberikan kepada lamafa dan pemilik pledang yang pertama kali berhasil menikamkan tempuling ke tubuh paus.
Kapal Jung
Kapal Jung adalah sejenis kapal layar, yang banyak terdapat di perairan Asia Tenggara sampai ke pantai timur Afrika.