Kasus Aneh yang Tidak Bisa Dipecahkan Detektif Mana pun (Bagian 2)

 Kasus Aneh yang Tidak Bisa Dipecahkan Detektif Mana pun

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kasus Aneh yang Tidak Bisa Dipecahkan Detektif Mana pun - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Dugaan menyeruak bahwa mereka dibunuh oleh suku pribumi Mansi. Namun teori tersebut ditolak, karena tidak ditemukan bekas perkelahian, dan hanya ditemukan jejak kaki para korban di sekitar tubuh mereka. Para penyelidik menemukan bukti bahwa mereka suka rela meninggalkan kemah pada tengah malam karena kemah tampaknya dibuka dari dalam (tak ada bukti ada “sesuatu” yang merangsek masuk).

Bahkan ada bukti bahwa beberapa pendaki keluar terburu-buru dengan bertelanjang kaki. Namun suhu pada malam itu sangat rendah (minus 25-30 derajat celcius) dan saat itu ada badai tengah berkecamuk.

Apa yang menyebabkan mereka begitu panik sampai melarikan diri di tengah badai salju? Apa yang mereka lihat atau dengar saat itu? Lalu mengapa dua tubuh ditemukan tanpa baju, sedangkan beberapa tubuh lainnya ditemukan “bertukar pakaian” dengan teman-teman mereka yang lain?

Berbeda dengan teman-teman mereka lainnya yang meninggal karena kedinginan dan hipotermia, keempat korban yang ditemukan terkubur diperkirakan tewas karena luka-luka pada tubuh mereka. Seorang dokter forensik yang memeriksa tubuh mereka mengatakan bahwa luka-luka tersebut tidak mungkin dilakukan oleh manusia, karena kekuatan yang diperlukan untuk menimbulkan luka tersebut harus sangat besar.

Kondisi mayat mereka mirip dengan kondisi seseorang ditabrak mobil. Tapi di tengah gunung bersalju, apa yang mungkin menabrak mereka hingga mengakibatkan luka seperti itu? Ada yang berpendapat hal tersebut disebabkan longsor salju. Namun di sekitar lokasi itu tidak ditemukan bekas adanya longsor. Lalu mengapa mayat salah satu wanita dalam tim itu ditemukan tanpa lidah?

Otopsi pada korban menemukan dosis radioaktif yang sangat tinggi pada pakaian dan tubuh korban. Kulit korban pun berubah menjadi kecokelatan (bahkan ada yang menyebutkan oranye), dan rambut mereka berubah menjadi abu-abu.

Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa di Kholat Syakhl ditemukan jejak radioaktif yang mungkin bisa menjelaskan radiasi pada tubuh dan pakaian korban. Namun tak pernah ditemukan apa penyebab radiasi di gunung itu.

Secara tak terduga, muncul kesaksian dari tim pendaki lain, yang saat itu berada 50 km arah selatan lokasi insiden tersebut, bahwa pada malam terjadinya insiden itu, mereka melihat cahaya oranye yang aneh di langit, tepat dari arah Kholat Syakhl.

Penampakan ini dibenarkan para warga Ivdel (kota terdekat dari lokasi itu), yang menyebutkan penampakan itu terus muncul sejak Februari hingga Maret 1959. Lebih aneh lagi, di sekitar lokasi itu ditemukan potongan-potongan besi yang mengisyaratkan pernah ada “sesuatu” di tempat tepencil tersebut.

Apakah sesuatu pernah mendarat di malam kematian para pendaki itu? Atau pihak militer pernah melakukan eksperimen rahasia dengan bahan radioaktif di lokasi tersebut dan kemudian meninggalkannya ketika eksperimen itu berakhir membahayakan?

Insiden itu kemudian dikenal dengan nama Insiden Dyatlov Pass, untuk menghormati nama pemimpin grup pendaki yang tewas itu. Penyelidikan terhadap kasus ini dihentikan, bahkan cenderung ditutup-tutupi oleh pemerintah komunis yang berkuasa saat itu.

Seorang penulis dan jurnalis, bernama Yuri Yarovoi, pada tahun 1967 menerbitkan buku berjudul "Of The Highest Rank Of Complexity", yang menceritakan insiden Dyatlov Pass. Namun buku tersebut disensor oleh pemerintah, dan setelah kematiannya pada 1980, semua arsipnya termasuk foto dan tulisannya mengenai insiden tersebut tiba-tiba menghilang.

Lokasi tempat mayat mereka ditemukan memang memiliki reputasi mengerikan. Di tempat yang disebut Gunung Kematian itu, sembilan penduduk suku Mansi pernah menghilang secara misterius. Tahun 1991, lokasi itu kembali meminta korban jiwa ketika sebuah pesawat jatuh dan menewaskan sembilan orang.

Perhatikan bahwa jumlah korban tewas, baik dari suku Mansi ataupun korban jatuhnya pesawat, sama dengan jumlah pendaki yang terbunuh pada insiden Dyatlov Pass, yaitu sembilan orang. Kebetulan?

Related

Mistery 4954609792002552864

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item