Misteri Kappa, Monster Penghuni Sungai dari Jepang (Bagian 2)

Misteri Kappa, Monster Penghuni Sungai dari Jepang

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Misteri Kappa, Monster Penghuni Sungai dari Jepang - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Kepercayaan mengenai Shirikodama masih misterius, dan beberapa ahli masih mempelajari hal tersebut. Salah satu penjelasan spesifik mungkin karena adanya kasus "open anus" dari para korban tenggelam (yaitu seperti ada sesuatu yang disedot keluar dari anus korban).

Penjelasan yang lebih masuk akal adalah adanya tanden atau "area eliksir" yang terletak di bawah pusar, dan diyakini sebagai sumber energi dalam teknik pernapasan yoga kuno serta meditasi. Salah satu peneliti Jepang pernah mengutarakan pendapat bahwa Kappa menyerahkan Shirikodama atau hati sebagai persembahan kepada dewa naga air (diyakini sebagai Suijin terkuat).

Namun penjelasan yang paling berkaitan adalah dari kata Shirikodama itu sendiri. Kata Shiri berarti "anus". Sedangkan tama atau jika dibaca "dama", bisa berarti "bola" atau "permata". Jika menggunakan arti "permata", dapat dianalogikan sebagai sesuatu yang berharga, kehidupan, atau nyawa.

Dalam ilustrasi di atas, Shirikodama terkadang digambarkan sebagai permata dengan bagian atas berbentuk lancip, dan sekilas terlihat mirip Hoju/Cintamani, yaitu permata suci yang berfungsi sebagai "pengabul permintaan" dalam kepercayaan Buddha.

Kappa dan kemampuan medis

Tidak semua Kappa memiliki sifat jahat. Jika dibutuhkan, mereka adalah guru yang ahli dalam ilmu medis serta pengaturan tulang (ilmu kuno tentang tulang sebelum berkembang menjadi ortopedi). Dalam dunia medis, kata "kappa" mengacu pada sel plasma monoklon yang terdapat pada sumsum tulang.

Konon, Kappa tertarik dengan kehidupan manusia, dan bahkan mereka dapat memahami serta berbicara bahasa Jepang. Dalam beberapa kisah, mereka berteman dengan manusia dan mengajari manusia tentang ilmu-ilmu medis.

Kappa juga seringkali memberikan hadiah kepada manusia berupa nasu (terung Jepang), soba (gandum hitam), natto (kedelai fermentasi), kabocha (labu siam), ikan segar, dan yang paling sering adalah mentimun yang menjadi favorit Kappa.

Warga Jepang sering menulis namanya di mentimun dan melemparkannya ke sungai agar tidak diserang Kappa ketika akan mandi. Di beberapa daerah, warga meyakini makan mentimun terlebih dulu sebelum berenang, agar terlindung dari serangan Kappa.

Beberapa daerah lain meyakini bahwa hal itu justru akan memancing serangan dari Kappa. Para petani yang berteman dengan Kappa, dibantu mengurus sawah mereka hingga panen.

Ada beberapa kuil yang sengaja dibangun untuk menghormati Kappa. Bahkan ada festival panen dengan Kappa sebagai maskotnya. Dan masih berlangsung hingga hari ini.

Kappa, mitos atau fakta?

Teori mengenai asal-usul Kappa sangat sulit untuk diverifikasi. Namun pada Zaman Edo, ilustrasi mengenai Kappa sering muncul dalam antologi kisah supernatural, giga (lukisan komik), ukiyo-e (cetakan balok kayu) dan haiga (lukisan bersajak).

Pada tahun 1910, kisah tentang Kappa mulai mendapat perhatian publik setelah terbitnya Tono Monogatari (Legenda Tono) yang ditulis oleh Kunio Yanagita. Dalam Tono Monogatari, Yanagita menuliskan sejumlah kejadian misterius di daerah Tono, termasuk kisah tentang Kappa.

Di era modern, sosok Kappa berubah menjadi monster imut yang sering muncul dalam anime, manga, buku cerita, hingga boneka untuk anak-anak.

Berikut ada beberapa teori tentang asal-usul Kappa dari beberapa sumber:

Mitologi kepercayaan Shinto

Banyak yang meyakini bahwa Kappa adalah salah satu Dewa Air yang disebut dalam Nihon Shoki (Sejarah Jepang), salah satu catatan paling awal yang ditulis pada abad 720 M. Namun pada faktanya, ilustrasi Kappa baru muncul pada tahun 1713 dalam Wakan Sansaizue (kompilasi ensiklopedia).

Kumpulan kisah mengenai Kappa baru populer pada zaman Edo (1615-1868). Kata Kawataro pertama kali disebutkan dalam serial Kasshiyawa (pertama kali muncul pada 1821 hingga kematian sang penulis pada tahun 1841). Istilah Kappa juga muncul dalam sebuah dokumen bernama Mimibukuro pada pertengahan periode Edo.

Pembuangan bayi

Beberapa meyakini istilah "Kappa" digunakan untuk menyebut bayi baru lahir yang dibuang ke sungai. Dalam sebuah artikel yang ditulis dari seorang pegawai Kota Tono, disebutkan bahwa pada zaman dahulu banyak keluarga miskin yang membunuh anak-anak mereka lantaran tidak sanggup membesarkannya.

Pada umumnya, mereka membuang bayi mereka ke sungai. Kemudian mereka membuat "sosok Kappa" yang sebenarnya digunakan untuk menakut-nakuti anak-anak agar tidak bermain di sungai. Bahkan dalam buku Tono Monogatari, tidak semua kisah mengenai Kappa berakhir bahagia.

Baca lanjutannya: Misteri Kappa, Monster Penghuni Sungai dari Jepang (Bagian 3)

Related

Mistery 2179329003265196628

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item