Ini 5 Tragedi Genosida Paling Mengerikan Dalam Sejarah Indonesia

Ini 5 Tragedi Genosida Paling Mengerikan Dalam Sejarah Indonesia

Naviri Magazine - Genosida adalah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap suku atau kelompok, dengan maksud memusnahkan suatu bangsa. Dalam sejarah dunia internasional, kita mengenal Hitler sebagai salah satu penjahat genosida paling mengerikan. Di bawah perintahnya, jutaan kaum Yahudi dibantai. Kasus ini akhirnya dicatat sebagai kasus genosida paling mengerikan di dunia.

Kasus-kasus pembunuhan massal mengerikan ternyata terjadi juga di Indonesia. Di masa lalu, banyak orang dibunuh dengan alasan-alasan yang tak masuk akal. Kadang sengaja dibuat-buat untuk melancarkan keinginan kelompok tertentu. Berikut adalah lima tragedi Genosida paling mengerikan yang pernah terjadi di Indonesia.

Pembantaian Mandor oleh tentara Jepang (1943-1945)

Jepang memang hanya tiga tahun berada di Indonesia. Tapi kekejamannya mampu mengungguli Belanda yang telah ratusan tahun di Indonesia. Tepatnya di daerah Mandor, Kalimantan Barat, pernah terjadi peristiwa pembantaian atau genosida paling mengerikan.

Sebanyak lebih dari 20.000 orang dibantai dengan keji meski tak bersalah apa-apa. Mayat-mayat korban itu akhirnya dikubur menjadi satu, hingga susah untuk diidentifikasi.

Menurut saksi mata, banyak penduduk usia di atas 12 tahun dikumpulkan. Mereka ditembak, ditutup kepalanya dengan plastik, lalu dipenggal dengan samurai. Ada juga yang dibunuh dengan memasukkan air dari selang ke dalam mulut.

Pemerintah Jepang ingin membuat Jepang kedua di tempat ini. Semua orang dewasa dibunuh dengan keji, lalu yang anak-anak akan dididik dengan ajaran Jepang yang keras.

Pembantaian etnis Tionghoa (1740)

Pembantaian etnis Tionghoa yang terjadi di tahun 1740 memang tak banyak diketahui orang. Bisa jadi di sekolah pun tak diajarkan. Namun di masa lalu, kasus pembantaian ini cukup membuat suasana tanah air jadi geger.

Pembantaian ini didasari isu politik yang membuat Belanda, dalam hal ini atas kemauan VOC, mulai kalah bersaing dalam urusan perdagangan dengan Inggris. Saat itu EIC, sebuah perusahaan perdagangan Inggris berbasis di India, mulai mengambil perdagangan Asia.

Nasib sial justru menimpa etnis Tionghoa. Mereka yang mulai datang dan berkembang di Indonesia jadi bulan-bulanan VOC. Akhirnya pedagang Tionghoa ini dikenai banyak pungli dan pajak yang sangat merugikan.

Menanggapi hal ini, beberapa kelompok pemuda Tionghoa memprotes. Tapi protes mereka tak berjalan lama karena Belanda mengamuk dan mulai melakukan pembantaian mengerikan.

Pembantaian massal saat membangun Jalan Raya Pos (1808-1809)

Mengapa disebut pembantaian massal? Karena, saat membangun jalan sepanjang 1.000 km itu, pemerintah Belanda memaksa warga. Di bawah tangan besi Gubernur Jendral Herman Willem Daendels, puluhan ribu orang dipaksa membuat jalan di medan-medan yang sangat sulit.

Mereka hanya diberi makan seadanya, hingga kadang banyak warga yang sekarat saat bekerja. Mengetahui hal ini, tentara Belanda akan membunuhnya dengan cepat dan membuangnya di jalanan.

Jalan yang membentang dari Anyer ke Panarukan ini memakan korban lebih dari 12.000 orang penduduk pribumi. Daendels, melalui tangan besinya, mampu menyelesaikan proyek prestisius ini hanya dalam waktu setahun saja. Tahun 1809, jalan raya pos sudah bisa digunakan dengan baik. Apa yang dilakukan Daendels mendapatkan apresiasi atasannya.

Pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan (1946-1947)

Belanda belum menerima kedaulatan Indonesia yang telah merdeka sejak 17 Agustus 1945. Mereka akhirnya menekan rakyat sipil untuk terus tunduk dan patuh kepada pemerintahannya. Seperti yang terjadi di Sulawesi Selatan pada Desember 1946 – Februari 1947.

Belanda mengumpulkan banyak orang yang dicurigai sebagai penjahat dan pejuang, lalu mengeksekusinya di tempat. Orang yang melakukan operasi ini bernama Raymond Pierre Paul Westerling.

Menurut cerita beberapa saksi mata yang masih hidup, pria dewasa dikumpulkan di tengah lapangan dan disuruh membuat galian. Setelah itu, tentara Belanda akan menembaki satu-satu orang ini.

Tubuh tak bernyawa itu akhirnya ambruk ke lubang, hingga tentara akan mudah untuk menguburnya. Diperkirakan ada sekitar 40.000 orang yang meninggal di kasus yang sampai dibawa ke pengadilan internasional ini.

Pembantaian anggota PKI (1965-1966)

Di negeri yang dikenal ramah ini pernah terjadi tragedi pembunuhan massal atau genosida paling mengerikan. Bahkan peristiwa ini sempat menggegerkan dunia internasional, dan dianggap sebagai tragedi mengerikan di abad ke-20. Sebanyak 500.000 orang dibantai karena dianggap menyimpang. Anggota PKI, simpatisan, dan siapa saja yang terlibat dengan organisasi ini, dibantai dengan sadis.

Peristiwa ini masih menimbulkan perdebatan, bahkan hingga sekarang. Banyak yang mengatakan dalang peristiwa ini adalah Soeharto. Ia membantai banyak orang yang berbau PKI karena ada muatan politisnya.

Di depan dunia internasional, jumlah pembunuhan ini dikatakan hanya 78.000 saja. Padahal jumlah ini bisa berlipat-lipat karena banyak orang yang hilang atau dibuang ke kamp konsentrasi.

Related

World's Fact 6027121886333436779

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item