Kisah Ho Chi Minh dan Sejarah Kemerdekaan Vietnam (Bagian 4)

Kisah Ho Chi Minh dan Sejarah Kemerdekaan Vietnam

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Ho Chi Minh dan Sejarah Kemerdekaan Vietnam - Bagian 3). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Selama Nguyen Ay Kuo menjadi pendeta di kuil Budha di Siam, hanya sedikit kawannya yang mempunyai hubungan langsung. Kawan seperjuangan yang lain tidak mengenal wajahnya, dan tidak mengetahui keberadaannya. Hanya namanya yang dikenal orang-orang. Pernah Nguyen menghadiri suatu konferensi, tetapi tidak seorang pun tahu bahwa dia adalah Nguyen.

***

Pada waktu itu, cabang Partai Pemuda Revolusioner Vietnam sudah berdiri dimana-mana. Ada pula partai-partai politik lain seperti “Partai Nasionalis Vietnam”, di bawah pimpinan Nguyen Thai Hoe dan Nguyen Khae Nhu, anggotanya kebanyakan dari kelas menengah: tuan tanah kecil, guru, pegawai, opsir rendah, dll.

“Partai Vietnam Baru” berpusat di Annam, di bawah pimpinan para pemuda pelajar. Partai ini menganggap Partai Komunis terlalu radikal, tetapi Sa Min Chu I kurang progresif, kebanyakan anggotanya adalah kaum intelektual.

Partai-partai politik itu mempunyai asas berlainan, tetapi mereka semua dipersatukan untuk sama-sama berjuang menentang penjajahan Perancis, dan menuntut kemerdekaan Vietnam.

Pada waktu itu, di Vietnam ada dua peristiwa yang sangat penting mengenai perjuangan kemerdekaan. Peristiwa pertama adalah persiapan Partai Nasionalis Vietnam untuk mengadakan pemberontakan.

Nguyen berpendapat bahwa pemberontakan belum waktunya. Syarat-syarat belum mencukupi. Belum adanya front yang luas dari semua elemen yang anti terhadap pemerintahan kolonial Perancis.

Jika pemberontakan dilakukan sekarang, Partai Nasionalis Vietnam akan menemui kehancuran. Nguyen mengimbau agar sabar, dulu sambil terus menyusun kekuatan, sampai syarat-syarat untuk melakukan perlawanan terbuka kepada pemerintahan kolonial Perancis sudah ada.

Berhari-hari, Nguyen dan kawan-kawannya berjalan kaki naik turun gunung, dari Siam menuju Vietnam, untuk mencegah pemberontakan itu. Tetapi sewaktu di tengah jalan, pemberontakan di Vietnam yang dipimpin oleh Partai Nasionalis Vietnam sudah meletus.

Yang menjadi pemicu pemberontakan itu adalah seorang pelajar Vietnam menembak tuan tanah Perancis yang sedang menjual budaknya. Karena insiden tersebut, pemerintahan kolonial Perancis melakukan pembersihan yang kejam.

Banyak orang ditangkap dan dibunuh. Yang menjadi sasaran utama adalah Partai Nasionalis Vietnam dan Partai Vietnam baru, yang pada saat itu sudah bergabung. Para pemimpin dan anggotanya banyak yang ditahan.

Penangkapan semakin hebat. Nguyen Thai Hoe, pemimpin partai itu, berpendapat jika pemerintah kolonial Perancis terus-menerus menangkapi anggota-anggotanya, maka kader-kader terbaik pasti akan habis. Akibatnya partai akan mati. Daripada mati konyol, lebih baik mati dalam pertempuran, begitulah pikiran beberapa pemimpin partai.

Karena itu, tidak ada jalan lain, pemberontakan harus dilakukan. Pada 11 Febuari 1930, pemberontakan meletus yang dimulai di daerah Yenbay. Akibatnya, darah membasahi bumi Vietnam. Korbannya sangat banyak. Yang mati bertimbun-timbun perang tidak seimbang. Pemerintahan kolonial Perancis, yang didukung tentara bersenjata lengkap, dilawan dengan senjata seadanya. Persiapan partai sangat kurang.

Setelah melakukan perlawanan, pemberontakan ditumpas. Ribuan orang ditangkap. Para pimpinan dari Partai Nasionalis Vietnam juga ditangkap, disiksa. Akhirnya partai hancur berkeping-keping.

Peristiwa kedua adalah perpecahan di tubuh Partai Pemuda Revolusioner. Partai pecah menjadi tiga golongan. Masing-masing mempunyai susunan anggota sendiri dan menambahkan corak komunis. Jadi di Vietnam terdapat 3 partai komunis.

Yang demikian itu sangat membingungkan para pejuang kemerdekaan, karena perpecahan tentu akan membawa kelemahan dalam berjuang.

Nguyen Ay Kuo pada saat itu sudah ada di Tiongkok. Wakil-wakil dari tiga Partai Komunis dipanggil ke sana. Mereka diajak berunding bersama-sama. Pada saat perundingan itu, Nguyen memberi pandangannya:

“Di negeri-negeri merdeka, seperti Inggris, Amerika, Perancis, Tiongkok, dll, ada berdiri Partai Komunis. Di negeri-negeri jajahan seperti Indonesia, India, Malaya, dll, Partai Komunis juga ada. Jadi di Vietnam pun juga boleh berdiri Partai Komunis. Tapi di tiap-tiap negeri itu hanya ada satu Partai Komunis, tidak dua, tidak tiga. Jadi kalau akan menghidupkan Partai Komunis di Vietnam, juga harus satu Partai Komunis saja. Tidak tiga!

“Oleh sebab itu, kewajiban kita yang mutlak adalah: Pertama, mempersatukan seluruh tenaga banga Vietnam untuk memperjuangkan kemerdekaan. Kedua, mempersatukan lagi seluruh tenaga bangsa Vietnam untuk membangun kembali negara kita.

“Untuk melaksanakan itu semua, kita harus bergabung dalam satu organisasi. Partai yang kita dirikan boleh diberi nama apa saja. Boleh tetap diberi nama Partai Pemuda Revolusioner, atau Partai Komunis Vietnam, atau boleh juga Partai Buruh Vietnam.

“Yang penting ialah sifat revolusioner pada tiap-tiap tingkat dan keadaan perjuangan, serta harus mempunyai program politik nasional yang tegas, yang garis besarnya akan memperjuangkan dan melaksanakan kemerdekaan bangsa, kebebasan demokrasi, dan kesejahteraan sosial.”

***

Selama 15 tahun, penjajah Perancis telah menaruh perhatian pada segala gerak-gerik Nguyen Ay Kuo, dan pada 8 tahun belakangan selalu berusaha mengetahui di mana Nguyen berada.

Pada periode 1925-1927, diketahui Nguyen berada di Kwangchou, tetapi pemerintahan kolonial Perancis tidak dapat melakukan apa-apa, sebab Nguyen berada di bawah perlindungan Pemerintahan Revolusioner Kwangtung. Tetapi, sesudah meletus Revolusi di Tiongkok pada 1927, keberadaan Nguyen tidak diketahui.

Inggris, Perancis, Belanda, dan Jepang, pernah bersama-sama membentuk Organisasi Polisi Internasional untuk mengejar dan menangkap patriot dari India, Vietnam, Indonesia, dan Korea, yang berkeliaran ke mana-mana. Kaum patriot yang berkeliaran itu dikatakan sebagai “Agen Internasionale ke III” atau “Agen Sovyet Rusia yang jahat”.

Inggris juga menganggap Nguyen Ay Kuo agen Rusia yang bertugas merobohkan kekuasaan Inggris di Hong Kong. Pada waktu kedapatan Nguyen di sana, langsung ditangkap. Peristiwa itu terjadi pada 1932. Tidak hanya Nguyen yang ditangkap, tetapi semua orang yang dicurigai, dikenal, atau dituduh menjadi agen Sovyet Rusia yang berasal dari Vietnam, Malaya, Indonesia, Korea, juga dijebloskan ke dalam penjara.

Berita tersebut tersiar ke mana-mana. Di Vietnam, surat kabar pemerintahan kolonial segera membuat headline bahwa penjahat nomor 1 di Vietnam sudah ditemukan. Dan pemerintahan penjajahan Perancis langsung meminta Inggris segera menyerahkan Nguyen kepada mereka.

Di Hong Kong, Nguyen dimasukkan ke dalam penjara, diperlakukan sebagai penjahat besar. Kemudian ada usaha dari luar untuk membebaskannya. Hal itu dilakukan oleh sahabatnya, seorang advokat kebangsaan Inggris.

Nguyen berkali-kali dihadapkan ke muka Pengadilan Tertinggi di Hong Kong. Ia dibela oleh advokat tadi. Karena tidak ada bukti kuat yang dapat dikenakan kepadanya, maka dia dibebaskan dengan syarat tidak boleh tinggal di Hong Kong, dan harus segera keluar. Untuk keluar dari Hong Kong harus menggunakan kapal Perancis.

Keputusan pengadilan ini sungguh aneh. Harus meninggalkan Hong Kong dengan kapal Perancis. Ini artinya Nguyen diserahkan kepada penjajah Perancis. Atas putusan itu, advokat Nguyen mengajukan banding di Pengadilan Perseorangan Raja Inggris, dan putusan banding itu diterima. Nguyen dibebaskan tanpa syarat.

Segera, Nguyen bersiap-siap menuju ke London, Inggris. Nguyen melakukan perjalanan dari Hong Kong menuju London. Ketika transit di Singapura, Nguyen kembali ditangkap oleh polisi Singapora. Didakwa karena masuk ke wilayah Inggris secara gelap. Akhirnya dia dikembalikan ke Hong Kong.

Sesampainya di Hong Kong, Nguyen kembali ditangkap dengan tuduhan yang sama ketika memasuki Singapura. Tetapi, atas bantuan sahabatnya yang seorang advokat, Nguyen dibebaskan. Selanjutnya, atas bantuan sahabat-sahabatnya yang lain, Nguyen berhasil keluar dari Hong Kong. Dia menyamar menggunakan pakaian pedagang Tionghoa kaya, sehingga luput dari pengawasan mata-mata Perancis. Dengan menggunakan kapal, Nguyen menuju daratan Cina (Tiongkok).

Baca lanjutannya: Kisah Ho Chi Minh dan Sejarah Kemerdekaan Vietnam (Bagian 5)

Related

History 1182175639704361378

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item