Kisah Ho Chi Minh dan Sejarah Kemerdekaan Vietnam (Bagian 3)

Kisah Ho Chi Minh dan Sejarah Kemerdekaan Vietnam

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Ho Chi Minh dan Sejarah Kemerdekaan Vietnam - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Dua hari kemudian, datang seorang pemuda Perancis mencari dia, sahabat Nguyen sewaktu di Paris dulu, Paul du Four.

“Akhirnya, sampai ke sini juga sahabat!” ujar Nguyen.

“Bagaimana caramu datang?”

“Seperti biasa, dengan cara lama, sendirian menyelundup masuk.”

“Jangan kaget penjagaan di sini cukup ketat, itu memang sudah semestinya, karena banyak sekali spion negeri asing dan kaum anti-Revolusi yang ingin menerobos masuk Rusia.”

Setelah berbincang-bincang, Nguyen bersiap-siap melanjutkan perjalanan menuju Moskow menggunakan kereta api.

***

Moskow adalah ibukota Rusia. Negara Sosialis itu selalu menyediakan tempat bagi pejuang revolusioner yang di mana-mana selalu dikejar-kejar. Diberikan kepadanya perlindungan yang hangat, kesempatan untuk belajar, diberi pula pupuk kekuatan baru. Dan bagi pejuang revolusioner yang menderita karena perjuangannya, disediakan obat penyembuh luka. Sesudahnya nanti pulih kembali, dapatlah ia memulai perjuangannya lagi.

Beberapa lama Nguyen hidup bebas merdeka. Selama itu dia tidak pernah membuang-buang waktu. Sangat rajin mempelajari ilmu pengetahuan dan teori-teori berbagai revolusi. Mencari pengalaman sebanyak mungkin. Bersiap-siap memupuk tenaga guna perjuangan yang akan ditempuhnya, yaitu perjuangan memerdekakan bangsanya, Vietnam!

Pelajaran di Rusia dirasanya sudah cukup. Nguyen Ay Kuo akan kembali ke Vietnam, tetapi tidak bisa langsung. Dia harus singgah dulu di Tiongkok, di daerah Kwangchou.

Pada masa itu, negeri Tiongkok dikotak-kotakkan oleh berbagai macam kekuatan bersenjata (panglima perang), dan tiap kekuatan bersenjata itu mempunyai wilayah kekuasaan masing-masing. Di belakang mereka berdiri kekuatan Imperialis (Inggris, Perancis, Jerman, Amerika, dan Jepang). Karena keadaan itu, di tengah-tengah rakyat, semangat perjuangan kebangsaan bangkit kembali.

Banyak peristiwa yang terjadi di Tiongkok menumbuhkan semangat nasionalisme dan anti-imperialisme, semisal gerakan menentang perjanjian Tiongkok-Jepang yang terdiri dari 21 pasal, peristiwa 30 Mei 1928, yaitu peristiwa kekejaman militer Jepang, ekspedisi ke utara yang dilakukan oleh tentara Revolusi Nasional, untuk menghancurkan para penguasa militer (panglima perang).

Penasehat Pemerintah Nasional di Kwangtung adalah seorang Rusia bernama Borodin. Di Tiongkok, Nguyen Ay Kuo bekerja menjadi sekertaris Borodin. Dengan demikian, dia dapat mempelajari keadaan politik di Tiongkok.

Di samping itu, Nguyen juga tidak lupa untuk terus berjuang memenuhi panggilannya sebagai putra Vietnam yang mempunyai kewajiban memerdekakan tanah leluhurnya.

Di negeri Tiongkok, Nguyen Ay Kuok bersama para pemuda patriotik Vietnam yang lain mendirikan sebuah partai politik dengan nama “Partai Pemuda Revolusioner Vietnam”. Juga diterbitkan majalah mingguan bernama “Mingguan Pemuda”, sebagai organ untuk membangkitkan gerakan Revolusioner di Vietnam.

Pengaruh Partai Pemuda Revolusioner Vietnam di negerinya sudah mulai masuk. Kaum kolonial Perancis ketakutan kalau Revolusi Tiongkok yang bergelora akan merembet ke negeri jajahannya. Di Vietnam, revolusi pun akan meletus. Penjajah Perancis melakukan pembersihan. Penangkapan besar-besaran terhadap setiap orang yang dicurigai. Rakyat benar-benar merasakan pemerasan dan perbudakan penjajah Perancis.

Dengan kekerasan saja, usaha Perancis tampaknya tidak akan berhasil. Maka dijalankan siasat baru, yaitu dikirimnya ke Vietnam; Gubernur Jendral yang baru, anggota Partai Sosialis, namanya Alexander. Pada awalnya, obat mujarab itu berhasil memikat hati rakyat Vietnam, terutama kaum mudanya. Tapi sungguh celaka! Belakangan, ternyata Alexander juga menjalankan politik reaksioner. Tindasan kepada para anak bangsa patriotik terus dilancarkan.

Karena kenyataan yang demikian, ajaran Nguyen melekat di hati rakyat: Jika kita inginkan kemerdekaan, harus kita siapkan kekuatan kita sendiri untuk mencapainya!

Di Kwanchou, Nguyen membuka latihan untuk menggembleng kader-kader pejuang bangsa Vietnam. Tidak sedikit pemuda Vietnam yang secara diam-diam melakukan perjalanan menuju Kwangchou untuk memperoleh latihan itu. Materi yang diajarkan adalah Marxisme, Sa Min Cu I, macam-macam pekerjaan rahasia, dll.

Revolusi Vietnam langsung mendapat pengaruh dari Revolusi Tiongkok. Tetapi sejak tahun 1927, Chiang Kai Sek (Kuo Mintang) mulai menjual revolusinya kepada imperialis Amerika, dan kelas tuan tanah feodal. Mereka menjalankan politik reaksioner yang dinamakan “Gerakan Pembersihan dalam Partai”.

Kuo Mintang melancarkan aksi pembersihan di dalam partainya sendiri dengan cara menangkapi dan membunuh anggotanya, yang juga merangkap anggota PKT (Partai Komunis Tiongkok). Puluhan ribu kaum Buruh, pemuda, dan kaum intelektual patriotik Tiongkok menjadi korban.

Nguyen Ay Kuo, yang bekerja menjadi sekertaris Borodin, juga dikejar-kejar karena dianggap orang komunis. Tapi karena kelihaiannya, dan perlindungan orang-orang di sekitarnya, Nguyen dapat meloloskan diri.

Tetapi banyak orang yang tidak tahu dia kemana; untuk kedua kalinya Nguyen menghilang. Adapun kawan-kawan perjuangan dan kepercayaannya banyak yang ditangkap dan dijebloskan ke penjara.

***

Suatu tempat, di suatu daerah, di tengah-tengah Siam, banyak berdiam penduduk berkebangsaan Vietnam. Mayoritas penduduk di situ penghidupannya bercocok tanam atau berjualan. Tiap hari, sesudah bekerja, orang berkumpul di gedung sebuah sekolah. Lelaki, perempuan, tua-muda, duduk mendengarkan orang membaca-baca atau bercerita.

Berdiri seseorang di antara mereka. Bentuk tubuhnya seperti petani biasa, badannya kurus, wajahnya kering. Ia membacakan berita-berita surat kabar. Suaranya terang dan perlahan-lahan. Orang di sekelilingnya mendengarkan dengan tenang dan seksama. Setelah pembacaan habis, diberikan penjelasan agar semuanya dapat mengerti.

Siapakah yang pandai bicara itu? Tidak lain Nguyen Ay Kuo. Sudah pasti menggunakan nama samaran. Orang-orang tua menceritakan dongeng perjuangan gerilya kepada pemuda dan anak-anak. Mereka adalah bekas tentara gerilya melawan penjajah Perancis di Vietnam. Perlawanannya mengalami kekalahan.

Nguyen tidak lama bekerja sebagai petani. Tidak lama pula menetap di tempat itu. Ganti pekerjaan. Kini menjadi pedagang. Berjualan barang keperluan sehari-hari. Pergi ke mana-mana sebagai tukang kelontong. Masuk kampung keluar kampung. Tetapi yang lebih banyak dikunjungi adalah kampung yang banyak dihuni oleh bangsanya sendiri.

Bekerja sebagai tukang kelontong itu untuk mencari perhubungan dengan bangsanya di mana-mana, untuk mengetahui cara penghidupan mereka, dan juga menyebarkan cita-citanya.

Pertama-tama penerangan kepada kawan-kawan sejawatnya, sesama tukang kelontong. Hasilnya, tukang kelontong dapat disatukan dalam satu organisasi. Usaha yang lain adalah membuat organisasi “Persahabatan Perantau Vietnam”, yang juga mempunyai majalah sebagai organnya.

Dengan perkumpulan itu pula, didirikanlah rumah-rumah sekolah baru. Di rumah-rumah sekolah baru itu, pada waktu-waktu tertentu, orang tua dan keluarga murid dikumpulkan. Mereka diajak merundingkan beberapa hal mengenai penghidupan sehari-hari. Dengan adanya sekolah-sekolah itu, buta huruf berkurang dan semangat gotong royong meningkat.

Tindakan Nguyen sangat berhati-hati. Tetapi lama-lama tercium juga. Pemerintahan kolonial Perancis sudah curiga, tetapi tidak mengetahui Nguyen ada di mana. Walaupun sudah disebar mata-mata, tidak juga berhasil mengetahui keberadaan Nguyen.

Kepercayaan bangsa Siam terhadap agama Budha sangat mendalam. Pelajaran Budha meresap di kehidupan masyarakat. Untuk menghidari mata-mata pemerintahan kolonial Perancis, Nguyen masuk rumah suci dan menjadi pendeta. Kepalanya di gunduli, dan ke mana-mana selalu menggunakan seragam yang biasa dipakai oleh pendeta.

Dengan menetap dan menyamar di daerah itu selama beberapa waktu, Nguyen berhasil membentuk organisasi rakyat di daerah Liu Kuo, yang berasas nasionalisme dan persatuan buruh. Organisasi itu merupakan yang paling hebat di kota-kota sekitar sungai Mekong.

Baca lanjutannya: Kisah Ho Chi Minh dan Sejarah Kemerdekaan Vietnam (Bagian 4)

Related

History 8756551156256899986

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item