Kisah Ho Chi Minh dan Sejarah Kemerdekaan Vietnam (Bagian 6)

Kisah Ho Chi Minh dan Sejarah Kemerdekaan Vietnam

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Ho Chi Minh dan Sejarah Kemerdekaan Vietnam - Bagian 5). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Di dalam penjara, Ho harus berkelahi dengan kutu dan nyamuk, serta harus pula bertempur dengan penyakit gatal. Ho Chi Minh pernah tidur di samping mayat, pernah menjalankan pekerjaan membuang tong berisi kotoran manusia, mencuci lantai kotor, dsb.

Semangatnya jadi lemah dan layu. Kesehatannya rusak. Badan tinggal tulang dan kulit. Rambutnya jadi putih dan rontok. Penglihatan matanya jadi kabur, kadang menjadi rabun.

Demikianlah keadaannya. Keluar masuk penjara. Dalam kurun waktu 8 bulan, dia berpindah-pindah sebanyak 30 penjara. Akhirnya, Ho dibebaskan di Kweilin. Dia lalu melanjutkan perjalanan lagi. Tetapi sampai di satu daerah, dia ditangkap lagi oleh tentara daerah, dan dipenjara selama 1,5 bulan di daerah Liuchou. Dan dimasukkan ke penjara Angkatan Darat Daerah Pertempuran IV.

Di penjara itu, dia mendapat perlakukan sebagai tahanan politik. Tangan dan kakinya tidak dirantai. Mendapatkan ransum yang cukup, dan diizinkan membaca buku. Setelah menjalani tahanan selama 14 bulan, Ho akhirnya dibebaskan.

Ho Chi Minh memutuskan untuk kembali ke Vietnam. Usahanya untuk mendapat bantuan senjata dari pemerintahan Cina gagal. Hampir 3 tahun hidupnya terlunta-lunta di Cina. Dia terputus hubungan dengan teman-teman seperjuangan di Vietnam, dan tidak mendapat hubungan dengan teman-temannya dari PKC yang juga masih dikejar-kejar oleh Chiang Kai Sek.

Akhirnya, Ho tiba di Vietnam dengan cara menyelundup masuk menumpang kapal, menyusuri sungai Mekong. Waktu itu organisasi Vietminh sudah berkembang besar dan kuat, serta sudah berada di hampir seluruh wilayah Vietnam.

Pasukan-pasukan gerilya Vietminh terus melakukan serangan pada pasukan-pasukan Jepang dan Perancis. Bantuan yang diharapkan dengan kedatangan pasukan Sekutu juga tidak kunjung datang.

Jepang mengubah siasatnya. Kalau tadinya Jepang mendukung pemerintahan kolonial Perancis tetap berkuasa, semenjak 9 maret 1945 Jepang membubarkan segala ketentaraan dan instansi sipil pemerintahan kolonial Perancis.

Jepang membentuk pemerintahan sipilnya sendiri. Jepang menjanjikan kemerdekaan buat Vietnam. Dan mengajak rakyat Vietnam, bersama-sama dengan Jepang, untuk menghadapi Sekutu. Tetapi rakyat Vietnam tidak begitu saja percaya terhadap janji palsu itu.

Jepang menghadiahi “kemerdekaan” kepada partai politik yang pro-Jepang, yaitu Partai Vietnam Raya. Jepang mengangkat seorang tua terpelajar, bernama Tran Chung Chin, untuk dijadikan Perdana Menteri. Jadilah pemerintahan boneka Jepang mulai dibentuk.

Pada waktu itu, Vietminh sudah mempunyai wilayah kekuasaan di 7 provinsi sebelah Utara Tonkin. Sering terjadi pertempuran antara pihak gerilya Vietminh dengan tentara pendudukan Jepang, atau tentara boneka.

Tentara boneka tidak mempunyai disiplin tinggi. Sering, dalam pertempuran, mereka lari atau banyak yang bergabung menjadi pasukan gerilya Vietminh. Banyak persenjataan yang didapat dari musuh.

Empat tahun sebelumnya, senjata pasukan gerilya sangat primitif. Pedang, tombak, golok, arit, dan senjata-senjata primitif lainnya. Di samping itu ada 2 atau 3 pucuk pistol serta senapan-senapan tua. Anggotanya juga cuma sedikit, hanya berjumlah 35 orang.

Pemimpinnnya seorang pemuda, guru sekolah menengah, bernama Nguyen Chia. (Dia nantinya menjadi jenderal besar yang dikenal dengan nama Jendral Vo Nguyen Giap, yang meluluhlantakkan benteng pertahanan Perancis yang terbesar, dan terakhir Dien Bhien Phu pada 1954. Karena kalah dalam pertempuran itu, maka Perancis mundur dari Vietnam).

Pada awalnya, daerah operasi dari pasukan gerilya hanya berada di provinsi Cao Bang dan Lan Seng. Pasukan ini merupakan embrio dari Tentara Rakyat Vietnam.

Sekarang, pasukan itu telah menjadi besar. Prajuritnya ada seratus ribu orang, ini belum terhitung satuan-satuan gerilya yang kecil-kecil, yang masih bersembunyi di berbagai tempat.

Pertempuran-pertempuran terus terjadi, dan tentara Jepang mulai kewalahan. Pasukan gerilya Vietminh tidak dapat dibersihkan. Bahkan sebaliknya, bala tentara Dai Nippon banyak menderita kekalahan dimana-mana. Pemerintahan boneka Jepang tidak berdaya lagi, sampai-sampai menarik pajak saja tidak mampu, karena waktu itu kaum Vietminh telah mengeluarkan seruan sebagai berikut:

1. Berperang melawan penjahat Jepang! Berperang melawan pemerintah boneka!

2. Jangan berikan sebutir beras! Jangan berikan uang sepeser pun!

3. Kita berjuang untuk kemerdekaan!

Seruan itu benar-benar ditaati rakyat. Dan persatuan menjadi kekal.

Jepang mengetahui, kekuatan senjatanya sudah tidak dapat menolong lagi. Para pemimpin Vietminh dikirimi surat. Diajak untuk bekerja sama. Tetapi surat itu tidak dijawab. Malah serangan kepada pasukan tentara pendudukan Jepang semakin hebat dilancarkan oleh pasukan gerilya Vietminh.

Jepang, yang merasa malu karena merasa imbauannya tidak dianggap, semakin kejam dan semena-mena kepada rakyat Vietnam.

Awal Agustus 1945, beberapa hari sebelum Jepang menyerah, Vietminh tengah bersiap mengadakan kongres bagi seluruh negeri di Tan Trae (provinsi Tuyen Quang). Kongres ini sangat penting, karena untuk menentukan langkah merebut kekuasaan di seluruh Vietnam.

Persiapan sudah selesai. Utusan datang dari seluruh penjuru negeri. Acara kongres sebagai berikut:

1. Menentukan sikap kerja sama dengan tentara sekutu, bila sewaktu-waktu mereka mendarat di Vietnam.

2. Menambah perhatian dan memberikan pertolongan, apabila sewaktu-waktu Angkatan Udara Sekutu terpaksa mengadakan pendaratan darurat di Vietnam.

3. Mempersiapkan pemberontakan bersenjata di seluruh negeri.

4. Merebut kekuasaan seluruh Vietnam.

Berikut adalah ringkasan pidato yang dibuat oleh Ho Chi Minh (Ho tidak dapat hadir karena sakit), yang dibacakan pada kongres itu:

“Dear compatriot,

Four years ago in one of my letters I called on you to unite together. Because unity is strength, only strength enables us to win back independence and freedom.

At Present, the Japanesse army is crushed. The National Salvation movement has spread to the whole country. The Revolutionary Front for the Independence of Vietnam (Vietminh) has millions of members from all social strata: Intelectuals, peasents, workers, businessmen, soldiers, etc and from all nationalities in the country…

“The Vietminh Front is at present the basis of struggle and solidarity of our peoples. Joint the Vietminh Front, support it, and make it greater & stronger.

“The decisive hour in the destiny of our peoples has struck. Let us stand up with all our strength to free ourselves!

“Many oppressed peoples the world over are vying with each other in the march to win back their independence. We can not allow ourselves to lag behind.

“Forward! Forward! Under the banner of Vietminh Front, move forward courageously!”

Kongres baru berjalan satu hari, semua peserta dikejutkan oleh berita yang menggemparkan. Jepang telah menyerah dan takluk tanpa syarat! Maka kongres segera memutuskan untuk mempersiapkan keputusan mengadakan pemberontakan bersenjata di seluruh negeri, dan perebutan kekuasaan di seluruh Vietnam.

Pada 16 Agustus, diputuskan untuk mengadakan serangan besar-besaran. Sebelum dimulainya serangan itu, kepala angkatan bersenjata Vietminh, yaitu Bu Nguyen Chia, yang berada di markas gerilya di tengah-tengah hutan belantara Vietnam, mengucapkan sumpah untuk bertempur sampai titik darah penghabisan kepada pasukan pendudukan Jepang dan pemerintah boneka.

Ho Chi Minh tidak datang pada acara tersebut, karena sedang menderita sakit.

Barisan pejuang gerilya berangkat dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Menderu suara akan menyerbu musuh! Di kota-kota, di desa-desa, dan di kampung-kampung, Sang Merah Berbintang Kuning berkibar di mana-mana. Semboyan-semboyan terpasang di mana-mana disegala tempat: Hancurkanlah fasis Jepang! Hidup Vietnam merdeka! Saudara-saudara: Angkat senjata, berontak!

Satuan-satuan gerilya kecil yang tadinya bersembunyi di mana-mana, semuanya muncul keluar. Perlengkapan senjata disiapkan terang-terangan. Senapan, pistol, senapan mesin, panah, tombak, pedang, golok, arit, dibawa oleh pasukan gerilya. Kaum wanita juga ikut dalam penyerangan-penyerangan pasukan gerilya. Para pemuda Vietnam menyerbu kubu-kubu pertahanan Jepang, dan merebut semua persenjataan.

Akhirnya, pada 19 Agustus 1945, pasukan Jepang menyerah, pemerintahan boneka juga jatuh, kaisar Bao Dai menyerahkan kekuasaannya kepada Vietminh. Di tengah penyerahan kekuasaan itu, Ho Chi Minh juga hadir, tapi dalam kondisi sakit, tidak dapat berdiri, karena TBC kembali menggerogoti tubuhnya. Tapi dia tetap memaksa hadir di tengah-tengah rakyat yang dicintainya.

Pasukan gerilya Vietminh berbaris memasuki kota Hanoi, beberapa hari setelahnya keluar dari hutan-hutan belantara. Jatuhnya Hanoi ke tangan rakyat memberi inspirasi pada seluruh rakyat Vietnam untuk bergerak, dan serentak melucuti pasukan-pasukan Jepang, sehingga banyak senjata yang jatuh ke tangan penduduk.

Baca lanjutannya: Kisah Ho Chi Minh dan Sejarah Kemerdekaan Vietnam (Bagian 7)

Related

History 7043994375141275379

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item