Ini yang Akan Terjadi Setelah Wabah Corona Berakhir, Menurut Ilmuwan

Naviri Magazine - Kesimpangsiuran informasi yang terjadi saat ini sebenarnya normal terjadi dalam upaya pemahaman ide/objek yang masih asing (COVID-19). Serge Moscovisi, bapak psikologi sosial, menyebutnya sebagai dispersi informasi, satu kondisi yang umumnya dilewati masyarakat dalam proses pembentukan representasi sosial mengenai suatu objek. 

Namun demikian, hal ini perlu dihentikan karena dapat menghambat kita untuk memiliki pengetahuan yang benar tentang COVID-19, dan pada akhirnya tidak akan membantu kita untuk bereaksi secara tepat. 

Sangat penting dalam situasi sekarang untuk memahami lebih dahulu konsep-konsep dasar mengenai objek baru ini. Dalam tujuan ini, kita dapat dan perlu mengenali sumber asli dari informasi yang kita dengar, ataupun mendengarkan langsung para pakar di bidangnya yang kompetensinya memang dapat kita percaya. 

Berikut ini hasil wawancara beberapa surat kabar di Prancis dengan François Renaud, ahli biologi dari CRNS (Pusat Penelitian Ilmiah Nasional), spesialis di bidang evolusi penyakit-penyakit menular. 

COVID-19 bermutasi tanpa henti. Saat ini sudah banyak variasinya. Mutasi-mutasi ini akan mengubah karakteristik penularannya. Penelitian untuk menemukan vaksin sudah dimulai. 

Namun persoalan yang sering terjadi pada penyakit-penyakit infeksi yang menyerang kekebalan tubuh adalah baru saja kita memulai upaya penemuan vaksin, virus sudah lebih beragam lagi akibat mutasi tadi.

Menemukan vaksin memang fundamental dalam upaya menanggulangi virus. Tetapi juga jangan membayangkan vaksin dapat menghapus virus secara total. Meski untuk kasus-kasus influenza, vaksin memang dapat dibilang cukup efektif. 

Covid-19 tidak akan hilang setelah epidemi berakhir. Kita dapat membayangkannya seperti peristiwa kebakaran. Ketika api sudah berhasil dikuasai pemadam, bara api masih ada. Hanya dengan sedikit angin, kebakaran dapat kembali terjadi. 

Dalam sebuah epidemi, ketika vaksin tidak ditemukan, orang-orang yang tidak terkena virus saat wabah terjadi, mereka inilah yang akan berfungsi sebagai bara api. Ketika kurva mulai melandai, mungkin yang harus dilakukan justru adalah melepaskan tekanan ini perlahan-lahan. 

Namun berapa lama durasi karantina yang seharusnya, kita tidak pernah tahu. Idealnya, mereka yang terkena virus saat ini sembuh total dan tidak ada lagi yang berstatus pembawa virus. Tetapi yang ideal ini tidak akan terjadi pada kenyataannya. 

Lantas pertanyaannya adalah berapa banyak jumlah penderita yang harus sembuh untuk kita dapat menghentikan karantina? François Renaud sendiri merasa tidak berkompeten untuk dapat menjawab pertanyaan ini. 

Mengenai penelitian hubungan antara golongan darah dan tingkat keparahan kasus-kasus COVID-19, ahli biologis ini menyatakan bahwa ia kurang mempercayainya. Karena jika ini adalah parasit yang menyerang darah, mungkin bisa saja demikian. 

Tetapi tidak demikian halnya dengan COVID-19. Ia mengimbau agar kita dapat berpikir lebih rasional, ketika membaca publikasi-publikasi hasil penelitian. 

Sama halnya dengan spekulasi bahwa COVID-19 akan menghilang saat musim panas datang (saat COVID-19 muncul, Prancis sedang dalam musim dingin, dan saat ini memasuki musim semi). 

Pemahaman para pakar mengenai kepekaan Covid-19 terhadap kelembapan, temperatur, dan paparan sinar UV, diakui Renaud masih sangat terbatas. Kita masih belum tahu apa-apa mengenai hal ini. 

Satu hal yang pasti adalah virus tidak akan hilang total setelah wabah berlalu. Kita akan hidup bersama virus ini. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah mengikuti apa yang sudah dianjurkan WHO untuk menjaga jarak sosial, mencuci tangan, dll. 

Dan berhenti berspekulasi, biarkan para ahli bekerja meneliti virus ini untuk memahami parameter biologis dan ekologis yang diperlukan dalam reproduksi, penyebaran, dan penularannya. 

Baca laporan lengkap » Data, Fakta, dan Perkembangan Wabah Corona.