Kisah Masyarakat Dunia yang Bertahan Hidup di Tengah Lockdown Akibat Wabah Corona (Bagian 1)

Kisah Masyarakat Dunia yang Bertahan Hidup di Tengah Lockdown Akibat Wabah Corona naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Lockdown akibat virus Corona membuat masyarakat harus menyiasati hidup demi menjaga kesehatan mental dan finansial.

Lockdown atau tidak lockdown. Itu masalahnya Indonesia. Sejumlah negara sudah mengambil langkah lockdown untuk mencegah penyebaran virus Corona Covid-19. Seiring bertambahnya pasien positif Corona dan yang meninggal dunia, pemerintah Indonesia mendapat desakan dari sebagian masyarakat untuk mengikuti langkah negara lain: lockdown.

Setelah ramai lockdown di China, lockdown merambah Eropa, tepatnya di Italia. Denmark menyusul menerapkan lockdown satu negara. Beberapa negara lain akhirnya ikut mengunci diri, seperti Spanyol dan Irlandia. Negara Asia Tenggara yang juga melakukan lockdown adalah Filipina.

Tiap negara memberlakukan lockdown secara berbeda. Italia, yang setidaknya punya 643 korban jiwa akibat Corona, mengimbau warga agar berdiam diri dalam rumah. Sebagian besar klub malam, restoran, sekolah, kampus, dan bioskop, berhenti beraktivitas. Restoran yang buka harus tutup pada pukul 18.00 dan makanan dibawa pulang.

Pemerintah juga melarang warga bepergian, apalagi ke luar negeri, jika tidak ada urusan mendesak atau urusan keluarga. Peraturan yang sama juga berlaku bagi siapa pun yang datang. Mereka yang datang dari negera terdampak, seperti China, tidak diizinkan masuk. Beberapa kota di Italia juga sudah dikurung. Tidak boleh ada warga yang bebas keluar-masuk.

Spanyol memerintahkan warganya untuk bekerja dari rumah. Restoran, bar, dan pusat bisnis lainnya tutup, termasuk sarana pendidikan seperti sekolah dan kampus. Mereka hanya boleh keluar untuk membeli makan, ke rumah sakit, atau bekerja. Jalanan di Spanyol yang biasanya ramai, sejak adanya lockdown jadi sangat lengang.

Filipina memilih untuk melakukan lockdown di Manila, kota yang dianggap menjadi pusat penyebaran virus Corona. Presiden Rodrigo Duterte memutuskan untuk menutup jalur darat, laut, dan udara, dari dan ke Manila. Akibat lockdown, sejumlah transportasi umum adi sepi, begitu pula mal dan restoran.

“Kami tidak mau menggunakan [kata] itu karena kalian akan takut dengan lockdown – tapi ini memang lockdown,” kata Duterte seperti dilansir Aljazeera. Sekretaris Kabinet Karlo Nograles kemudian meralat bahwa yang Filipina lakukan sekarang adalah community quarantine.

Menjaga mental di tengah lockdown

Warga Manila, Italia, dan beberapa negara lain harus menerima kehidupan yang tak berjalan normal seperti hari-hari sebelum Corona merebak.

Lagu-lagu yang biasanya muncul dari dalam kafe, kini terdengar di jalanan. Rumah ke rumah, balkon ke balkon, orang-orang bersahutan menyanyikan lagu kegemaran mereka. Sebagian lain memilih menyanyikan lagu nasional untuk menguatkan diri dan tetangga-tetangganya.

Momen ini biasa terjadi dari sore hingga malam hari. Siang hari, warga Italia kembali ke jendela untuk sekadar memberi dukungan moral berupa tepuk tangan pada petugas kesehatan yang terus bekerja mengatasi pandemi.

Banyak juga yang menaruh poster bergambar pelangi di jendela mereka saat “pesta balkon” itu berlangsung. Satu kalimat di poster itu bertuliskan harapan sekaligus motto masyarakat bertahan hidup selama setidaknya satu bulan ke depan, sepanjang lockdown diberlakukan. “Semua akan baik-baik saja.”

“Kami butuh musik yang empatik dan kuat pada masa seperti ini,” kata Marco Rossi, teknisi yang harus bekerja di rumah, dan sibuk memainkan musik sepanjang lockdown di Italia, seperti dilansir Wall Street Journal.

Kehidupan sosial di bawah Lockdown semakin virtual. Beberapa memilih menggunakan layanan internet untuk mengontak teman atau kerabat di luar kota. Sebagian juga mendesak penyedia layanan internet agar memberikan layanan gratis bagi 60 juta orang di kota-kota Italia yang dikurung.

Belajar dari China yang terlebih dahulu mengurung Hubei, masyarakat Italia juga mengandalkan internet untuk belajar. Tidak hanya untuk kepentingan akademik, beberapa warga justru berbagi resep memasak dan kegiatan lain untuk bersosialisasi. Sejak lockdown, memasak jadi salah satu kegiatan rutin karena banyak restoran tidak aktif.

Baca lanjutannya: Kisah Masyarakat Dunia yang Bertahan Hidup di Tengah Lockdown Akibat Wabah Corona (Bagian 2)

Related

News 5089589787745059516

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item