Sejarah Manusia: Di Antara Kesenjangan, Perang, dan Kematian Massal (Bagian 3)

Sejarah Manusia: Di Antara Kesenjangan, Perang, dan Kematian Massal, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Sejarah Manusia: Di Antara Kesenjangan, Perang, dan Kematian Massal - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Inilah yang terjadi dengan Revolusi Perancis. Kerajaan-kerajaan Eropa mengatakan, "Parah, di Perancis kaum aristokrat kepalanya dipenggal, kita harus menghentikan ini dan menginvasi Perancis."

Efek-efek kuat seperti ini tidak secara langsung terjadi. Kekerasan ini tidak perlu terjadi di tanah air sendiri, tapi selama itu pernah terjadi, maka ancamannya menjadi nyata.

Mari ambil Kuba sebagai contoh: Apabila Fidel Castro mengambil alih harta kaum kaya di Kuba, semua orang kaya di Peru, Cili dan Meksiko akan berkata, ‘ini bisa kejadian sama kita. Kita mesti gimana? Mau pilih ditindas atau reformasi aja?’ Karena kekerasan yang nyata terjadi di luar sana, tiba-tiba ancamannya menjadi nyata bagi mereka.

Bagaimana Anda membuktikan bahwa korelasi bukan semata-mata berarti ada hubungan sebab akibat—seberapa jauh kesenjangan dipengaruhi peristiwa besar yang mengejutkan, dan apabila kesenjangan juga yang menimbulkan terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut?

Masalahnya sulit sekali untuk menetapkan hubungan yang pasti antara kekerasan dan kesenjangan. Belum ada penelitian yang cukup tentang topik ini. Semoga apa yang saya kerjakan bisa menginspirasi orang untuk meneliti topik ini lebih lanjut di masa depan. Namun kalau ditanya sekarang, saya tidak bisa setuju dengan ide bahwa kesenjangan yang menyebabkan peristiwa-peristiwa kekerasan.

George Will, seorang kolumnis konservatif di koran Washington Post, menggunakan buku Anda untuk membenarkan pandangan dunianya. Apabila kekerasan adalah satu-satunya cara untuk mengurangi kesenjangan, kenapa repot-repot mengadakan program kesejahteraan? Apakah Anda setuju bahwa program-program seperti ini tidak ada gunanya?

Saya tidak setuju. Bukti sejarah bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Anda bisa saja mengambil sudut pandang Will dan mengatakan, "Ya sudah, menyerah saja dan tak usah ngapa-ngapain." Atau anda bisa mengambil posisi ekstrem dan mengatakan, "Kalau kekerasan adalah hal yang baik, ya sudah bunuhin orang kaya, yuk."

Saya tidak mendukung kedua posisi tersebut. Dalam 15 tahun terakhir, Amerika Latin menunjukkan bahwa perubahan secara bertahap bisa terjadi. Namun apabila Anda menginginkan penurunan kesenjangan ekonomi substansial, ini sangat sulit. Tidak boleh sembarang kekerasan dilakukan, tapi kekerasan yang terjadi secara spesifik dan mempengaruhi kebijaksanaan-kebijaksaan negara.

Ada banyak optimisme ketika Obama menjadi presiden AS tahun 2009. New York Times mengatakan bahwa rencana budget-nya "berani" dan akan "melawan pelonjakan kesenjangan ekonomi yang telah terjadi di AS dalam 30 tahun terakhir." Tentu saja kaum sayap kanan berusaha menentang agenda ini. 

Namun kini, delapan tahun kemudian, melihat kebelakang rasanya kaum miskin hanya terbantu sedikit. Obama tidak berhasil membuat banyak perubahan soal kesenjangan ekonomi. Apakah Anda melihat ini validasi atas teori Anda? Bahwa Obama kurang keras?

Kompresi di kalangan kaya terjadi bukan karena kebijakannya, tapi karena resesi. Resesi mempengaruhi kaum elit karena investasi mereka yang berisiko. Namun beberapa tahun kemudian, keadaan kembali normal. Jadi yang terjadi bukan disebabkan oleh kebijakan Obama, tapi kekuatan-kekuatan luar.

Apa yang akan terjadi apabila Bernie Sanders yang menang, bukan Obama? 

Kemungkinan besar kebangkitan kaum sayap kanan akan tambah marak. Ini adalah isu yang menarik karena, di AS, kesenjangan selalu erat hubungannya dengan polarisasi politik. Ketika kesenjangan sedang parah-parahnya di tahun 1900, secara politik penduduk AS juga sedang terbagi-bagi di kala itu.

Karena peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi saat itu—populisme, Depresi Besar, Perang Dunia II—polarisasi menurun karena orang berpikir: Kalau kita tidak bekerja sama dan melakukan perubahan, bisa kacau semua. Di saat seperti itulah Anda bisa mengimplementasikan kebijakan yang radikal.

Namun sejak itu, polarisasi politik kembali naik dengan cepat, terutama semenjak dekade 80-an. Kesenjangan pun naik semenjak 80-an. Dan dua hal ini sudah pasti ada hubungannya. Ketika negara Anda mengalami buntu politik, di mana satu sisi berusaha menghancurkan hasil kerja keras oposisi, tidak akan ada yang berhasil.

Baca lanjutannya: Sejarah Manusia: Di Antara Kesenjangan, Perang, dan Kematian Massal (Bagian 4)

Related

Science 2739939819792096558

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item