Usai Kerusuhan di India, Umat Hindu Bentuk Perisai Hidup untuk Lindungi Muslim Shalat Jumat

Usai Kerusuhan di India, Umat Hindu Bentuk Perisai Hidup untuk Lindungi Muslim Shalat Jumat, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Duta Besar India untuk Indonesia, Sri Pradeep Kumar Rawat, memberikan keterangan terkait situasi terakhir di negaranya, pasca-kerusuhan yang terjadi baru-baru ini.

Menurut Pradeep, kondisi di India saat ini aman. Ia pun meminta agar kabar-kabar yang berkembang di luar tidak dipercaya karena, menurutnya, hal itu dilakukan demi kepentingan tertentu.

"Semuanya dalam keadaan damai. Dan sebagaimana diketahui, situasi di India di bawah kendali. Dan apa yang saya akan sampaikan ke Anda adalah press release dari Menteri Dalam Negeri kami untuk Anda rujuk," kata Pradeep di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat.

"Dan tentunya kami menyarankan kepada sahabat-sahabat kami untuk tidak percaya pada berita palsu yang disesatkan kepentingan pribadi, yang mencoba mengganggu jalinan kemajemukan negara kami," lanjut Pradeep.

Sebagaimana Indonesia yang punya semangat Bhineka Tunggal Ika, menurutnya, India juga meyakini hal yang sama. "Dan banyak kepentingan pribadi dan kelompok yang ingin menghancurkan jalinan tersebut," tuturnya.

"Karena jika satu jalinan tersebut hilang, maka tidak ada India, tidak ada Indonesia. Karena itu, sahabat saya, saya menyampaikan kepada Anda untuk sangat berhati-hati dan tidak percaya berita bohong mengenai itu. Terima kasih."

Lantas, bagaimana keadaan aholat Jumat di New Delhi?

Akun Facebook Md Jahir Uddin Laskar memberikan gambaran yang luar biasa. Dia menggunggah foto-foto barisan umat Hindu membentuk perisai, melindungi umat Muslim yang melaksanakan sholat Jumat.

''Jummah prayers in Delhi today. Religious Hindus have arranged human shields for Muslims' jummah prayers. At Last thanks to these people,'' tulis Md Jahir Uddin Laskar.

Pemandangan ini menunjukkan tak semua umat Hindu setuju atas paham Kapil Mishra, ketua BJP (Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata) yang mengancam mengusir paksa penentang CAA (Citizenship Amandment Act) yang beragama Islam.

Kerusuhan berbau SARA meletus di Ibu Kota India, di New Delhi, India dalam beberapa hari terakhir. Dilansir dari BBC, setidaknya 13 orang tewas (baik Hindu maupun Muslim) dalam kerusuhan tersebut. Sumber lain mengatakan 23 orang tewas.

Dari 13 korban tewas, seorang polisi dinyatakan gugur. Dia bernama Ratan Lal. Selain itu, ada seorang reporter saluran lokal India, JK 24x7, yang tertembak, dan dua wartawan NDTV dipukuli.

Korban sipil lainnya adalah pengemudi becak mobil, Shahid Alvi, yang meninggal usai tertembak peluru.

Selain itu, seorang warga bernama Rahul Solanki juga mati ditembak ketika mencoba melarikan diri dari kerumunan. Saudaranya, Rohit, menjelaskan kalau Rahul telah berusaha dibawa ke empat rumah sakit, namun ditolak.

Perselisihan pertama kali bermula pada Minggu (23/02/2020) antara demonstran pendukung (Hindu) dan penolak CAA (Citizenship Amandment Act) yang beragama Islam. Bentrokan ini terjadi selama kunjungan resmi pertama presiden AS, Donald Trump, ke India.

Peristiwa bentrok terjadi di pusat mayoritas Muslim yang berdekatan dengan Timur Laut Delhi, sekitar 18 kilometer dari pusat ibu kota. Di mana di sana terdapat pertemuan Trump dengan para pimpinan India, diplomat, dan pelaku bisnis.

CAA yang anti-Muslim menimbulkan protes masif sejak akhir tahun kemarin, dan berujung pada kekerasan.

Ketika ditanya tentang bentrok yang terjadi saat kunjungannya, Trump hanya mengatakan itu hak pemerintah India dalam penanganannya.

Kerusuhan ini cukup membuat malu Perdana Menteri India, Narendra Modi, yang telah berupaya membuat  kunjungan Trump di India tidak terganggu hal negatif.

Insiden Selasa (25/02/2020) sore itu juga menunjukkan adanya perusakan masjid di wilayah Shahadra. Para perusak berusaha mengoyak simbol bulan sabit dari atas menara.

Kekerasan ini dipicu oleh Kapil Mishra, ketua BJP (Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata), yang mengancam kelompok pemrotes penentang CAA selama akhir pekan. Dia mengatakan bahwa mereka akan diusir secara paksa, begitu presiden Trump meninggalkan India.

Juru bicara Kepolisian Delhi, MS Randhawa, memberitahukan bahwa situasi terkendali dan "sejumlah polisi" telah dikerahkan. Namun massa terus meneriakkan slogan dan saling melempar batu.

Randhawa kemudian mengatakan bahwa polisi telah mengerahkan drone untuk memindai rekaman kamera CCTV. Dan akan memberi sanksi bagi pembuat onar.

Peristiwa itu menyisakan sejumlah pemandangan yang tidak mengenakkan, seperti kendaraan hangus, jalanan penuh batu di Jaffrabad dan Chand Bagh, pada Selasa paginya. Akibat peristiwa itu, beberapa stasiun metro terpaksa ditutup.

Menanggapi peristiwa tersebut, ketua menteri yang baru terpilih kembali, Arvind Kejriwal, meminta pemerintah federal untuk memulihkan ketertiban.

Pada kenyataannya, tidak ada cukup polisi di jalan. Polisi yang berjaga bahkan tidak mendapat perintah dari atas untuk mengendalikan situasi.

CAA atau Citizenship Amendment Act merupakan amnesti kepada imigran non-Muslim dari tiga negara mayoritas Muslim terdekat, seperti Afghanistan, Pakistan dan Bangladesh.

Pemerintah Modi menyangkal hal ini, dan mengatakan bahwa dia hanya berusaha memberikan amnesti kepada minoritas yang dianiaya. Namun hal itu diprotes oleh ratusan ribu orang di India, baik Muslim maupun Hindu. Mereka juga melakukan beberapa aksi, seperti aksi duduk bersama di Shaheen Bagh di Delhi.

RUU CAA memberikan kewarganegaraan pada minoritas agama. Pemerintah, yang dipimpin Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP), mengatakan akan memberi perlindungan kepada orang-orang yang melarikan diri dari penganiayaan agama.

Namun para kritikus meyakini bahwa RUU itu adalah bagian dari upaya BJP untuk meminggirkan umat Islam.

Related

News 3628346888826922106

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item