Industri Film Sedunia Gonjang-ganjing Dihantam Wabah Corona (Bagian 2)

Industri Film Sedunia Gonjang-ganjing Dihantam Wabah Corona, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Industri Film Sedunia Gonjang-ganjing Dihantam Wabah Corona - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Dengan mengambil alih jalur distribusi dan pemutaran film, Zukor menjadi salah satu penguasa Hollywood. Model produksi film dengan sistem studio yang dia ciptakan itu masih digunakan hingga kini.

“Dia mengeksploitasi kondisi di tengah pandemi untuk membangun model bisnis film di mana perempuan disingkirkan dari posisi sebagai pengambil keputusan, belum lagi orang kulit berwarna yang bekerja di Los Angeles dan punya perusahaan dan jaringan distribusi sendiri. Zukor membeli semuanya, begitu banyak orang kehilangan akses dan suara saat itu,” tuturnya.

Ramai-ramai pindah ke digital

Kondisi kegiatan produksi di tengah pandemi COVID-19 tidak jauh berbeda dengan pada saat Flu Spanyol mewabah. Kendati demikian, di era serba digital seperti sekarang, penyedia konten hiburan punya berbagai cara untuk mendistribusikan produknya secara online.

Menanggapi penutupan bioskop selama krisis, Disney mengumumkan telah menetapkan tanggal rilis baru sejumlah film box office yang seharusnya diputar di bioskop sepanjang paruh pertama tahun 2020. Film-film Marvel Cinematic Universe, yang sejak 10 tahun belakangan sudah memiliki jadwal rilis yang terencana, bahkan harus mundur sampai enam bulan.

Berdasarkan laporan yang dirangkum Vox, Disney dan beberapa studio film besar lain tampaknya masih ingin menghormati cara tradisional dengan merilis film-film andalannya seperti sedia kala di bioskop. Di antara produksi Disney yang dijadwalkan keluar tahun ini, hanya Artemis Fowl yang benar-benar dipindahkan dari jadwal rilis bioskop ke rilis digital melalui Disney+.

Selebihnya, Disney hanya memindahkan sebagian film lama atau film-film baru beranggaran menengah ke luar bioskop. Langkah ini bisa saja berubah jika pandemi COVID-19 terus berlangsung selama berbulan-bulan.

NBC Universal justru bertindak lebih jauh dalam memanfaatkan platform digital. Seperti dilaporkan The Hollywood Reporter, sejak 16 Maret lalu Universal memutuskan bahwa mereka akan merilis beberapa film secara online pada hari yang sama dengan tanggal rilis di bioskop.

Film tersedia pada berbagai layanan streaming dalam bentuk Subscription Based Video on Demand (SVOD) yang dapat disewa selama 48 jam, dengan harga sekitar 19,99 dolar.

Melihat berbagai macam langkah adaptif yang dilakukan sejumlah perusahaan film belakangan, William J. Mann menegaskan bahwa hal ini bisa saja menjadi sebuah awal perubahan seperti yang dialami perfilman Hollywood saat bertahan di tengah pandemi tahun 1918 hingga 1919.

Wabah Flu Spanyol, menurut Mann, tidak hanya mengubah keseluruhan industri tetapi juga panjang film dan cara orang membeli tiket bioskop.

Layanan streaming film, lanjut Mann, pada dasarnya memiliki kesamaan dengan model ciptaan Zukor. Sebuah perusahaan film secara penuh mengontrol sektor produksi, distribusi, dan berbagai macam kebijakan terkait pemutaran film. Kondisi ini akan kembali menciptakan pemain besar dan menyingkirkan orang-orang kecil yang tidak memiliki akses di bidang-bidang tersebut keluar dari bisnis film.

Sementara itu, bertepatan dengan peringatan Hari Film Nasional pada 30 Maret, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, mendorong agar pekerja perfilman berpikir lebih kreatif dalam memanfaatkan teknologi digital.

Akan tetapi, siasat untuk mendistribusikan film secara digital di tengah pandemi kenyataannya tidak semudah itu, mengingat Indonesia masih belum memiliki peraturan yang jelas di bidang ini.

Sutradara film dan pendiri Visinema Pictures, Angga Dwimas Sasongko, mengatakan kendala lain ada pada belanja konten media streaming yang masih sangat terbatas di Indonesia.

Padahal distribusi film pada platform digital umumnya hanya mengenal dua model, yaitu Advertising Based Video on Demand (AdVOD) yang menetapkan sistem monetisasi bisnis dari iklan, dan SVOD yang banyak diterapkan oleh penyedia konten original seperti Netflix.

“AdVOD bukan medium yang serta merta bisa menggantikan model monetisasi seperti bioskop. Di sisi lain, untuk SVOD masih jadi perdebatan, misalnya Netflix diblok aksesnya oleh Telkom. Hal itu memengaruhi belanja konten Netflix ke Indonesia menjadi tidak sebesar di negara lain yang menjadi pasar utama,” ujarnya.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

Entertaintment 6586758016983909480

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item