Menyingkap Kebohongan Teori Evolusi Terkait Usia Bumi (Bagian 3)

Menyingkap Kebohongan Teori Evolusi Terkait Usia Bumi, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Menyingkap Kebohongan Teori Evolusi Terkait Usia Bumi - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Seperti sudah disebutkan, tes karbon-14 memiliki tempat yang berbeda dari tes radiometrik yang lain, karena digunakan untuk menentukan umur makhluk hidup. Karena itulah, tes karbon-14 sekarang ini paling banyak digunakan, dibandingkan teknik penentuan umur yang lain. Tetapi, ada kelemahan tes karbon-14, seperti yang ditemukan pada tes radiometrik yang lain.

Satu hal yang paling penting dari kenyataan ini adalah, sangat besar kemungkinannya bahwa sampel yang sedang diukur umurnya terpapar dengan gas eksternal. Interaksi dengan gas-gas yang lain sangat mungkin terjadi melalui air terkarbonasi atau bikarbonasi.

Jika air alam yang berisi karbon-14 mengenai sampel yang diukur, maka elemen karbon-14 air tersebut akan masuk ke dalam sampel. Dengan kondisi ini, umur sampel akan jadi lebih muda dibandingkan yang sebenarnya.

Kebalikannya bisa juga terjadi. Di bawah kondisi tertentu, jumlah karbon-14 yang ada di sampel dapat menguap keluar, membentuk karbonat dan bikarbonat. Dalam kondisi ini, umur yang dihitung akan jauh lebih tua dari yang sebenarnya.

Pada kenyataannya, ada banyak temuan nyata yang menunjukkan tes karbon-14 tidak tepat. Sampel dari makhluk yang masih hidup, dites dengan karbon-14 menunjukkan umurnya beberapa ribu tahun. Sedangkan sampel dari makhluk yang baru saja mati, menunjukkan umur yang jauh lebih tua dari yang sebenarnya.

Diketahui bahwa tes karbon-14 yang dilakukan terhadap sampel yang telah diketahui umurnya, biasanya memberikan hasil yang salah. Contohnya:

- Tes karbon-14 yang dilakukan terhadap anjing laut yang baru saja mati, menunjukkan umur 1.300 tahun.

- Umur tiram yang masih hidup adalah 2.300 tahun.

- Tanduk rusa yang sama menunjukkan umur 5.340, 9.310, dan 10.320 tahun.

- Kulit kayu pohon memberikan hasil 1.168 dan 2.200 tahun saat diukur dalam waktu yang bersamaan.

- Di kota Jarmo, Irak Utara, orang-orang di sana hidup 500 tahun lalu, tetapi dengan tes karbon-14 menunjukkan umurnya adalah 6.000 tahun.

Kenyataanya, semua contoh ini mempelihatkan fakta bahwa tes karbon-14 juga tidak bisa diterima keakuratannya, seperti halnya tes radiometrik yang lain.

Indeks fosil

Sudah disebutkan bahwa satu-satunya tes radiometrik yang bisa digunakan untuk menentukan umur makhluk hidup hanyalah test karbon-14. Sebagai tambahan, tes karbon-14 hanya bisa digunakan untuk menghitung sampel yang berumur kurang dari 60 ribu tahun. Tetapi fosil yang dipelajari oleh para ilmuwan evolusionis dan kita baca dari buku-bukunya, kadang-kadang berumur sampai jutaan tahun.

Jadi bagaimana mereka bisa menentukan umur fosil-fosil tersebut?

Jawaban terhadap pertanyaan ini akan menarik banyak orang yang menghadapi masalah ini untuk pertama kali, karena angka-angka yang diberikan oleh para evolusionis sangat mengesankan – seolah-olah mereka menggunakan metode penentuan umur yang benar-benar canggih.

Akan tetapi, metode penetuan umur fosil yang berikutnya, yaitu metode indeks, tidak disangka benar-benar mencengangkan.

Karena tes radiometrik tidak bisa digunakan terhadap fosil, maka untuk menentukan umur fosil para evolusionis melihat lapisan tanah di mana fosil itu ditemukan. Metode penentuan umur fosil dengan melihat umur lapisan tanah ini dinamakan metode “indeks fosil”.

Langkah pertama adalah menentukan umur setiap lapisan geologis, dengan menggunakan metode tes radiometrik. Kemudian, fosil yang ditemukan di lapisan ini ditentukan umurnya, berdasarkan umur lapisan geologisnya.

Pada kenyataannya, ada sebuah masalah penting dalam hal ini, yaitu tes penentuan umur batuan hanya bisa dilakukan terhadap batuan vulkanik. Batuan jenis ini adalah batuan yang terbentuk dari lava yang keluar dari gunung berapi, membeku, dan berubah bentuk.

Jadi, di dalam batuan ini sangat kecil kemungkinan bisa ditemukan fosil, karena proses pembentukannya. Makhluk hidup yang masuk ke dalam lava panas akan habis terbakar.

Lapisan batuan bumi

Lebih jauh, hampir semua fosil berada di lapisan sedimen tanah, atau tumpukan bebatuan. Lapisan sedimen tanah bertumpuk melalui perubahan permukaan bumi, atau karena penyebab yang lain, menutupi permukaan makhluk yang mati. Organ lunak dari makhluk yang mati ini mulai membusuk dengan cepat. Hanya kerangka yang tersisa.

Kerangka itu lalu jadi keras dan membatu, menyerap kalsium dan bahan-bahan lain dari sekitarnya. Akhirnya hanya tersisa kerangka yang membatu. Biasanya, lapisan sedimen yang menutupi kerangka yang membatu ini terbuat dari batuan garam, bertambah tebal sesuai berlalunya waktu. Saat lapisan ini semakin tebal, tekanan meningkat dan lapisan-lapisan sedimen berubah menjadi batu keras. Melalui proses ini, fosil dapat diawetkan untuk periode waktu yang lama.

Akan tetapi, penentuan umur dengan tes radiometrik tidak bisa dilakukan terhadap batuan ini. Secara singkat, ada sebuah pertentangan yang sangat mutlak, yaitu hanya batuan vulkanik yang satu-satunya mungkin dipakai untuk memperkirakan umurnya, tetapi hampir tidak pernah ditemukan ada fosil di dalamnya, karena proses pembentukan batuan vulkanik tersebut.

Jadi kenyataannya, batuan yang berisi fosil tidak bisa ditentukan umurnya dengan metode apa pun! Untuk mengatasi masalah ini, ada metode yang sangat menarik untuk dipergunakan...

Di antara lapisan vulkanik, walaupun sangat jarang, kadang-kadang terdapat fosil di antaranya. Debu vulkanik atau material dingin yang terbentuk saat gunung berapi meletus, menutupi permukaan makhluk hidup itu dan melindungi kerangkanya.

Pada kondisi ini, penentuan umur lapisan debu vulkanik mungkin untuk dilakukan. Umur dari lapisan debu sama dengan umur dari fosil yang ada. Umur debu vulkanik yang diperoleh dengan tes radiometrik sama dengan umur fosil.

Perkiraan umur fosil yang telindungi debu vulkanik itu sangat penting, karena berikutnya digunakan untuk menentukan umur fosil-fosil lain, di lapisan yang sama.

Contohnya, fosil ikan Coelacanth pertama ditemukan di lapisan vulkanik, dihitung dengan tes radiometrik berumur 300 juta tahun (makhluk di bawah air juga bisa dipengaruhi oleh letusan vulkanik).

Fosil ikan Coelacanth 

Berdasarkan umur lapisan itu, umur ikan Coelacanth juga ditentukan berumur 300 juta tahun. Umur 300 juta tahun cocok untuk Coelacanth, karena ikan ini diperkirakan merupakan bentuk perubahan ikan primitif.

Jika ada fosil manusia ditemukan pada lapisan ini, maka para evolusionis akan berpikir bahwa mereka sudah membuat sebuah kesalahan, karena bagi mereka tidak mungkin menemukan fosil manusia di lapisan yang umurnya sangat tua, menurut teori mereka.

Setelah penemuan besar ini, semua fosil yang ditemukan di lapisan yang sama dengan ikan Coelacanth juga diberi umur 300 tahun, tanpa keraguan sedikit pun. Selanjutnya, ikan Coelacanth menjadi “indeks fosil” (fosil penentu umur). Jadi ikan itu digunakan untuk menentukan umur batuan sedimen, yang tidak mungkin diukur dengan tes radiometrik.

Jika kemudian ada ikan Coelacanth ditemukan pada lapisan tanah yang lain, maka lapisan itu langsung diasumsikan mempunyai umur yang sama dengan ikan ini. Indeks fosil ini juga biasa digunakan untuk menentukan umur fosil yang lain.

Akan tetapi, apa yang terjadi berikutnya, ikan Coelacanth yang diperkirakan berumur 300 juta tahun dan telah digunakan sebagai indeks fosil sejak lama, ternyata ditemukan nelayan dalam keadaan hidup. Kemudian, anggota spesies yang sama juga ditemukan dalam beberapa waktu selanjutnya, mulai dari tahun 1938 sampai sekarang.

Baca lanjutannya: Menyingkap Kebohongan Teori Evolusi Terkait Usia Bumi (Bagian 4)

Related

Science 5249620865035603156

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item