Menyingkap Kebohongan Teori Evolusi Terkait Usia Bumi (Bagian 4)

 Menyingkap Kebohongan Teori Evolusi Terkait Usia Bumi naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Menyingkap Kebohongan Teori Evolusi Terkait Usia Bumi - Bagian 3). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Itu membuktikan bahwa makhluk ini (ikan Coelacanth) bukan bentuk transisi ikan primitif, yang diperkirakan hidup 300 juta tahun lalu dan kemudian punah. Ikan ini adalah ikan yang masih hidup sampai sekarang. Berdasarkan kenyataan ini, maka semua penggunaan umur fosil yang mempergunakan ikan Coelacanth sebagai indeks fosil jadi tidak berlaku lagi.

Kasus ini menunjukkan metode indeks fosil sangat lemah, dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Para evolusionis yang menghitung umur batuan dengan tes radiometrik dan kemudian mempergunakan batuan ini sebagai indeks, ternyata terbukti tidak tepat.

Ketika para evolusionis menemukan berbagai fosil dari makhluk yang sama di tempat-tempat yang berbeda di seluruh bumi, lapisan di tempat makhluk itu ditemukan juga memiliki umur yang sama tuanya.

Masalah paling penting yang terletak pada kalkulasi spekulatif ini yaitu asumsi adanya evolusi makhluk hidup. Karena, fosil yang diterima sebagai “indeks” ini diasumsikan hidup pada masa purba, dan berubah menjadi spesies lain. Akan tetapi, jika klaim terhadap terjadinya proses evolusi ini tidak diterima, maka semua perkiraan umur ini tidak ada artinya.

Alasan dari itu semua adalah, anggota dari spesies yang sama, yang sebelumnya diterima sebagai indeks fosil yang diperkirakan hidup berjuta tahun lalu, ternyata ditemukan masih hidup sekarang ini tanpa ada perubahan bentuk (seperti ikan Coelacanth).

Sebagai akibatnya, metode indeks fosil ini tidak bisa dipergunakan lagi sebagai penentu umur fosil yang bisa dipertanggungjawabkan, dan juga berimbas pada penentuan semua fosil dengan umur yang sama di lapisan batuan yang sama.

Sebagai tambahan, telah terbukti bahwa tes radiometrik yang digunakan untuk menentukan indeks fosil sama sekali tidak bisa dipercaya kebenarannya.

Indeks fosil ternyata digunakan untuk membagi lapisan bumi ke dalam bermacam kategori, sesuai dengan lapisan geologisnya.

Contohnya, lapisan yang berisi sebagian besar invertebrata dikatakan berasal dari “periode cambrian”. Semua fosil yang ditemukan pada lapisan ini, juga dinamakan sebagai makhluk priode cambrian.

Setelah peride cambrian, sesuai dengan sudut pandang evolusionis, vertebrata dan mamalia bergabung menjadi satu. Jadi melalui asumsi ini, disusun bukti dari perkembangan evolusi pada catatan fosil. Diasumsikan bahwa ada urutan perubahan bentuk dari invertebrata menjadi vertebrata, bentuk primitif dan menjadi modern.

Akan tetapi, ini bukan bukti yang sebenarnya untuk memastikan terjadinya proses evolusi, karena hanya asumsi yang diambil setelah teori evolusi diterima.

Sebuah contoh kecil akan memperjelas kondisi masalah ini.

Setiap orang yang menyelam dengan perlengkapan tabung udara di laut, akan menjumpai berbagai makhluk hidup yang sama dengan makhluk yang dikatakan oleh para evolusionis berasal dari periode cambrian.

Dapat terlihat bahwa invertebrata dan organisme yang tidak termasuk jenis crustacea hidup di dasar laut, pada saat yang sama sekarang ini. Kemudian, fosil yang tergolong pada periode cambrian masih hidup dengan semua jenisnya, sampai hari ini pada waktu yang sama.

Padahal, para evolusionis mempergunakan fosil dari makhluk ini sebagai indeks fosil, menyatakan umur mereka miliaran tahun.

Metode penentuan umur yang sulit diterima

Pada pembahasan awal disebutkan bahwa metode penentuan umur ditentukan dari observasi (pengamatan) atas peristiwa awal yang terjadi yaitu dengan mengamati kejadian-kejadian geologis pada rentang waktu tertentu, yang kemudian diterima terjadi pada periode yang sama sekarang ini. Berdasarkan prinsip itu, perkiraan umur bumi bisa ditentukan.

Hal yang paling menarik adalah, hampir semua metode penentuan umur melalui observasi kejadian alam memberikan hasil umur yang muda terhadap bumi.

Semua angka yang dihasilkan, walaupun ditemukan ada sedikit perbedaan satu sama lain, semuanya sangat kecil dibandingkan dengan umur bumi 4,5 miliar tahun yang diterima oleh para evolusionis.

Hasil yang paling penting dari teknik penentuan umur dengan observasi dan temuannya, adalah seperti berikut:

1. Umur komet

Ketika sebuah komet mendekati matahari, gaya tarik matahari mulai menghancurkan partikel-partikel kecil dari bintang ini. Jadi “ekor” komet terbentuk dari pecahan partikel ini.

Karena perubahan bentuk itu, para ahli astronomi memperkirakan bahwa umur komet antara 1.500 sampai 10.000 tahun. Padahal sekarang ada banyak sekali komet. Jika alam semesta berumur miliaran tahun seperti yang diklaim, maka semua komet ini pasti sudah lama sekali mati.

Untuk mengatasi masalah ini, kaum evolusionis berdebat bahwa ada “awan Oort” yang memproduksi komet di luar angkasa. Kenyataannya, ini benar-benar merupakan klaim khayalan yang tidak memiliki dasar yang beralasan. Keberadaan awan jenis itu sama sekali tidak pernah dilihat.

Di sini kita bisa melihat “cara berpikir berputar-putar” yang lazim dibuat oleh para evolusionis. Dua argumen terpisah dibuat lebih dahulu, kemudian digunakan untuk saling membuktikan keduanya.

Contoh “cara berpikir berputar-putar” ini ada dalam pernyataan mereka berikut ini, “Alam semesta umurnya sangat tua, dan karena itu ada sesutu yang memproduksi komet berumur-pendek; dan karena adanya ‘sumber’ yang membuat komet berumur-pendek ini, maka alam semesta pasti sudah berumur miliaran tahun.”

2. Endapan di dasar laut

Temuan lain yang menunjukkan umur bumi lebih muda daripada yang dikatakan para evolusionis adalah dari pengamatan jumlah endapan yang terakumulasi di dasar laut. Dengan mengamati tumpukan lapisan di dasar laut setiap tahun, ternyata menghasilkan perhitungan umur bumi yang masih sangat muda.

Peneliti bawah air mengamati bahwa rata-rata tebal lapisan endapan di dasar laut adalah 700 meter. Luas lautan dan permukaan laut di bumi adalah 360,9 juta kilometer persegi. Akibatnya, semua lapisan endapan di lautan ada sebanyak 325 juta kilometer kubik.

Rata-rata berat dari substansi lapisan ini dihitung sekitar 2,3 gram per centimeter kubik. Dari semua perhitungan itu, diperoleh hasil perhitungan seluruh lapisan di dasar laut adalah seberat 748 juta kali miliar ton.

Kemudian, berapa waktu yang dibutuhkan dari semua jumlah itu terakumulasi di bawah laut?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat berapa banyak material lapisan yang berpindah dari darat ke laut setiap tahun. Dari hasil perhitungan bahwa semua sungai bisa membawa 19,9 miliar ton lapisan per tahun, jumlah lapisan yang ditinggalkan oleh pulau es dan daratan sekitar 2,2 miliar ton.

Juga diasumsikan bahwa 1,46 juta ton lapisan dihasilkan dari gunung api bawah laut ke seluruh lautan. Dan dihitung bahwa 0,06 miliar ton lapisan dibawa oleh angin. Jika semuanya dijumlahkan, diperoleh hasil 27,12 miliar ton lapisan yang masuk ke dalam laut setiap tahun.

Untuk menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membentuk lapisan bawah laut sekarang ini, angka 748 juta kali miliar ton dibagi dengan jumlah lapisan per tahun rata-rata 27,12 miliar ton. Hasilnya adalah 11 juta tahun. Ini sangat kontras dengan umur bumi yang diklaim oleh para evolusionis, yaitu 4,5 miliar tahun.

Lebih jauh, harus diperhatikan bahwa 11 juta tahun adalah kemungkinan umur maksimum bumi. Karena sangat masuk akal untuk berpikir bahwa jumlah lapisan yang dibawa ke laut jauh lebih banyak terjadi di masa lampau, sehingga bisa jadi sebagian besar lapisan di dasar laut berasal dari masa itu.

Baca lanjutannya: Menyingkap Kebohongan Teori Evolusi Terkait Usia Bumi (Bagian 5)

Related

Science 7169069844110184680

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item