Ada Kemungkinan, Data Laporan Kasus Corona Selama Ini Keliru (Bagian 2)

Ada Kemungkinan, Data Laporan Kasus Corona Selama Ini Keliru, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Ada Kemungkinan, Data Laporan Kasus Corona Selama Ini Keliru - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

"Beberapa dari mereka mungkin menderita COVID-19, tetapi yang lain hanya orang-orang yang tidak pergi ke rumah sakit," jelas Spiegelhalter.

Data juga menunjukkan bahwa 36% orang meninggal di rumah perawatan dalam rentang waktu tersebut, meningkat dibandingkan dengan rata-rata historis di rentang waktu yang sama, 22%.

Sementara, angka kematian di rumah sakit menurun dari 50% menjadi 37%. "Data menunjukkan bahwa orang sangat khawatir pergi ke rumah sakit, baik untuk menghindari kejenuhan atau kemungkinan penularan," tambah Spiegelhalter.

Menurutnya, hal ini lebih mengkhawatirkan daripada kematian COVID-19 yang tidak tercatat. "Inilah yang kita sebut 'kerusakan tambahan' yang disebabkan oleh gangguan di masyarakat, dan sistem perawatan kesehatan. Menandakan orang tidak menggunakan layanan kesehatan dengan cara yang seharusnya, untuk dapat mencegah kematian mereka."

"Angka menunjukkan bahwa ada banyak orang yang belum meninggal, dan yang sekarat di rumah atau di rumah perawatan. Dan ini tercermin dari menurunnya jumlah penerimaan pasien rumah sakit dari penyebab non-COVID-19."

Tingkat kematian di awal kasus sangat bervariasi antar negara, misalnya dari 16,42% di Belgia ke 0,09% di Singapura.

Ada beberapa alasan untuk ini, yaitu tidak melakukan tes post-mortem, menghitung angka kematian COVID-19 hanya dari rumah sakit, perbedaan kapasitas pengujian, keakuratan data, dan kurangnya standarisasi dalam mendeskripsi serta perbedaan SOP di setiap negara.

Kemudian ada negara-negara yang kurang transparan, di mana pemerintahnya mengejar agenda politik untuk menggambarkan situasi yang lebih baik dibandingkan dengan kenyataannya, demi mendapatkan pengaruh politik.

Bagaimana dengan Jerman?

Banyak otoritas kesehatan di berbagai negara yang tidak mempublikasikan semua data peyebab kematian ini, atau menunda mempublikasikan dalam waktu tertentu, antara lain Jerman. Ada alasan berbeda untuk masing-masing negara.

Lembaga statistik dan layanan IT di negara bagian Jerman, Rhine-Westphalia Utara, merupakan zona awal infeksi virus corona, dan masih menjadi salah satu negara bagian dengan jumlah kasus positif terbanyak. Sebelumnya, para pejabat setempat mengatakan tidak membutuhkan pengumpulan data setiap hari, namun kini mereka berusaha keras mengumpulkan data tersebut, tetapi kesulitan mengejar ketinggalan.

Berdasarkan laporan media berita Jerman ZEIT, dari akhir Maret hingga awal April 2020, sedikit lebih banyak orang meninggal di Jerman daripada rata-rata selama empat tahun sebelumnya, kecuali di tahun 2018 yang memiliki jumlah relatif tinggi karena gelombang influenza.

Bagaimana dampak krisis ekonomi yang disebabkan COVID-19?

Menurut sebuah studi bersama dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard T.H. Chan, Imperial College London, dan Universitas Oxford, krisis ekonomi 2008-2010, dan meningkatnya pengangguran yang menyertainya, dikaitkan dengan lebih dari 260.000 kematian terkait kanker di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Kini, banyak negara di seluruh dunia berjuang dengan implikasi ekonomi yang disebabkan pandemi, bersama dengan meningkatnya pengangguran. Diprediksi bahwa tekanan pandemi kemungkinan akan memicu peningkatan konsumsi alkohol, merokok, penggunaan narkoba, serta meningkatnya tingkat bunuh diri.

Apakah melonjaknya jumlah kematian saat ini sudah memberikan petunjuk?

Studi yang sama menemukan bahwa meningkatnya kematian yang disebabkan kanker lebih sedikit terjadi di negara-negara yang memiliki sistem perawatan kesehatan secara menyeluruh.

Jadi, di negara-negara di mana orang tidak dapat atau tidak pergi ke rumah sakit karena kurangnya akses secara merata ke sistem kesehatan, maka lebih banyak orang dengan penyakit yang sebenarnya dapat diobati tapi meninggal. Ini memunculkan tantangan besar bagi banyak negara yang tidak memiliki sistem perawatan kesehatan menyeluruh.

Informasi yang dapat dipercaya tentang berapa banyak kematian berlebih yang disebabkan atau tidak disebabkan oleh COVID-19 mungkin tidak tersedia dalam waktu yang lama. Namun, angka kematian ini sudah menunjukkan bahwa jumlah korban jiwa dari pandemi akan jauh lebih tinggi di seluruh dunia daripada yang dilaporkan saat ini.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 6941152655089874333

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item