Rahasia di Balik Komputer-komputer Canggih Dalam Film Hollywood (Bagian 1)

Rahasia di Balik Komputer-komputer Canggih Dalam Film Hollywood, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Dalam film Iron Man dan atau komiknya, kita sering melihat Tony Stark menyusun barisan kode komputer guna memastikan segala macam gawai atau upgrade Iron Man suit bisa terbang dengan fitur autopilot, menemukan sumber energi baru, atau sekadar bisa terkoneksi dengan speaker bluetooth yang ada di kantornya.

Biasanya, kita dibuat bengong oleh tampilan interface komputer dalam kantor, laboratorium, dan helm Iron Man. Yang kita tak tahu adalah, ada orang yang pekerjaannya bikin tampilan komputer canggih dalam film-film seperti itu.

Mereka inilah yang dibayar untuk memikirkan jenis font, besarnya window atau variabel lain dalam user interface [UI], yang dilihat oleh Tony Stark. UI adalah sistem yang dibangun agar komputer bisa berinteraksi dengan manusia.

Dalam kehidupan nyata, raksasa teknologi seperti Apple rela mengucurkan miliaran dolar hanya untuk mendapatkan tampilan UI yang paling yahud. Perusahaan-perusahaan yang umumnya bercokol di Silicon Valley ini umumnya bakal menghabiskan banyak waktu dan sumber daya mereka untuk mengutak-atik font, text bubble dan sensitivitas layar, sampai mereka dapat yang mereka mau.

Sayangnya, para perancang UI bohongan dalam film tak bisa seleluasa itu. Budget yang dianggarkan pada mereka terbatas. Alhasil, perjuangan mendapatkan UI yang futuristik tapi tetap masuk akal bisa dibilang gampang-gampang susah.

Kalau mujur, karya mereka bakal membuat cerita lebih lancar, meski mereka tak kecipratan pujian yang seharusnya dari penonton. Kalau sedang jeblok, rancangan UI mereka bikin penonton bertanya-tanya, “Kok teknologi masa depan sepertinya cupu amat, sih?”

Guna memahami perjuangan para desainer UI fiktif ini, kita perlu mengenal Allan Torres, seorang penyelia desain di studio VFX dari Los Angeles, Cantine Creative.

Selama bekerja di Cantina, Torres ikut ambil bagian merancang perangkat God’s Ry dalam episode terbaru Fast and the Furious, membuat tampilan database DNA dalam Blade Runner 2049, dia juga yang bikin display UI di dalam helm Iron Man. Berikut wawancara dengannya.

Bisa diceritakan proses pengembangan UI dari konsep awal sampai ke produk akhir?

Alan Torres: Untuk proses kreatifnya, kami biasanya diberi skenario untuk kami baca, atau meeting dengan produser, penyelia efek visual dan sutradara.

Lho, penulis skenario tidak ikut meeting?

[Tertawa] Sayangnya, tidak. Bukan begitu cara kerja Hollywood. Itu juga yang kurang dari film-film Blockbuster.

Oke, jadi kita meeting. Dalam meeting itu, kita bahas adegan-adegan yang harus kami kerjakan, dan berusaha memahami bagaimana ceritanya, serta kebutuhan tampilan teknologinya. Lalu kami pulang dan kembali lagi ke meeting selanjutnya dengan ide paling out-of-the box yang kami punya—termasuk ide-ide yang sebenarnya tak bakal kami lakukan.

Film-film Marvel bisa dijadikan contoh yang baik karena desain yang dibuat bergantung pada cerita dan dunia fiktif yang sudah dibuat. Dalam banyak kasus, dunia ini kelewat fiktif dan kurang membumi. Tony Stark adalah salah satu karakter yang paling enak didesain, karena kita tahu kalau dia jenius banget sampai bisa bikin apa saja. Makanya, kita punya kebebasan kreatif yang luas saat merancang alat-alatnya.

Kami biasanya mengadakan presentasi yang membeberkan semua perangkat yang kami ingin tampilkan dalam film. Lalu, kami bisa ketemu lagi atau ngobrol lewat telepon dengan klien. Merekalah yang bakal bilang “kami suka yang ini” atau sebaliknya “kami tidak suka yang ini.”

Lalu kami akan menyesuaikan dengan permintaan klien. Ujung-ujungnya, proses mendesainnya bakal tek-tokan terus seperti ini. Cuma ya semua itu buat kepentingan cerita dalam filmnya.

Begitu klien senang, kami akan menerima plate atau potongan adegan yang harus kami imbuhi dengan rancangan kami. Setelah itu, kami buat animasi rancangannya, dan mengirimnya ke klien, dan menerima feedback dari mereka.

Itu kalau kliennya agak pilih-pilih, ya. Soalnya, begitu mereka lihat hasilnya dalam film, mereka bakal ngasih permintaan macam-macam, seperti “eh, teksnya bisa lebih besar lagi?” Kalau sudah begini, kami sadar kalau naskahnya memang tak bagus-bagus amat.

Pernah dapat klien yang malah ingin mengecilkan ukuran rancangan atau malah seringnya klien seperti di atas?

Tidak selalu minta yang lebih besar, sih. Contoh yang paling gampang adalah Blade Runner [2049]. Saya terbiasa mengantisipasi koreksi pedas dari klien, tapi di film itu Denis [Villenueve] punya visi yang begitu kuat dalam kepalanya. Menurutnya, font besar tak bakal ada di dunia, dan minta kami mengecilkannya.

Anda punya template UI? Atau kalian bikin tiap UI semua dari awal?

Dua-duanya. Saya selalu berusaha membuat tiap proyek punya identitasnya masing-masing. Cuma di Cantina, kamu punya arsip elemen desain UI yang besar, yang selalu bisa kami utak-atik jika diperlukan.

Di film-film Marvel misalnya, kami bisa membuat UI berdasarkan UI yang sudah ada sebelumnya. Semangat filmnya sudah ada, jadi kami cuma tinggal mempercantik saja mengikuti tantangan kreatif baru, tak usah bikin lagi dari awal.

Baca lanjutannya: Rahasia di Balik Komputer-komputer Canggih Dalam Film Hollywood (Bagian 2)

Related

Technology 1963836555767559282

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item