Terkena PHK, Pria Ini Nekat Mudik Jalan Kaki dari Cibubur ke Solo

Terkena PHK, Pria Ini Nekat Mudik Jalan Kaki dari Cibubur ke Solo, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Seorang supir bus pariwisata mengambil keputusan yang cukup nekat. Maulana Arif Budi Satrio mudik dengan berjalan kaki dari Cibubur ke Solo. Keputusan itu diambil setelah ia terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahaan tempatnya bekerja.

Satrio merupakan pengemudi bus pariwisata sejak 2017 lalu. Karena pandemi COVID-19 ini membuat sektor pariwisata cukup terkena dampaknya, bahkan hingga bisnis bus pariwisata. Satrio juga maklum jika perusahaannya melakukan PHK pada sejumlah pegawai dan kru bus.

"Saat di-PHK, belum ada gaji, belum ada THR dan lainnya," kata dia ketika ditemui di tempat karantina di Graha Wisata Niaga Solo.

Satrio memilih untuk mudik ke Solo, setelah kontrakan yang ditempatinya diberikan kepada temannya yang lebih membutuhkan. Kontrakan Satrio seharusnya baru akan selesai pada bulan Juni yang akan datang.

"Sementara kontrakan saya berikan ke tetangga depan rumah, yang kontrakannya sudah habis dan diusir. Karena kasihan tetangga itu memiliki anak kecil, saya meminta tetangga itu untuk menempati kontrakan saya," ucapnya.

Satrio juga sempat mencoba untuk mudik dengan menggunakan bus. Tetapi bus yang dipesannya tidak sesuai harapan. "Yang dipesan angkutan bus, yang datang mobil ELF. Saya enggak mau, akhirnya enggak jadi berangkat," katanya.

Satrio juga sempat menggunakan kendaraan pribadi, namun penjagaan yang cukup ketat membuatnya harus kembali memutarbalikkan kendaraannya ke tempat asal.

Keputusan untuk berjalan kaki pun diambil oleh Satrio. Ia berangkat dari Cibubur pada 11 Mei 2020, usai salat Subuh. Bekal yang dibawa hanya dua tas yang terdiri dari tas gendong dan tas srempang, serta sepatu yang dibungkus kresek.

"Saya memutuskan jalan kaki karena Allah memberikan dua kaki. Saya niatkan untuk pulang dengan berjalan kaki," kata Satrio.

Celana pendek dan kaos menjadi alat penutup tubuhnya selama di perjalanan. Tak lupa Satrio juga menggunakan penutup wajah agar terhindar dari debu dan virus. Sedangkan untuk berjalan, ia lebih memilih mengenakan sandal jepit ketimbang sepatu.

"Kalau pakai sepatu enggak kuat, saya lebih enak memakai sandal jepit ini," kata dia sembari menunjukkan sandal jepit berwarna kuning yang hingga kini masih dipakainya.

Satrio, yang merupakan seorang mualaf, harus terus berjuang untuk berpuasa dan terus berjalan. Jalan yang paling berat diakui Satrio saat dirinya menapaki jalanan di wilayah Karawang Timur hingga Tegal.

"Di sepanjang perjalanan dua kota itu cuaca panasnya minta ampun. Tetapi setelah memasuki Brebes dan Pekalongan, cuaca mulai agak adem," tuturnya.

100 kilometer merupakan jarak yang ditempuh Satrio setiap harinya. Ia berjalan 12-14 jam per hari, dan menyempatkan diri untuk beristirahat di berbagai tempat.

"Saking lamanya berjalan di bawah terik matahari, kulit saya sampai kayak terbakar. Sedangkan kalau malam, saya istirahatnya kadang tidur di SPBU maupun warung-warung tempat pemberhentian truk," akunya.

Dimarah-marahi

Perjalanan Satrio pun harus terhenti saat memasuki wilayah Gringsing pada 14 Mei 2020. Aksi nekat mudik jalan kakinya itu diketahui oleh sejumlah rekannya yang tergabung dalam wadah Pengemudi Pariwisata Indonesia (Peparindo).

"Di Gringsing langsung dijemput teman-teman Peparindo. Dan saya dimarah-marahin sama ketuanya di Jakarta karena tidak ngomong. Kalau saya ngomong pasti saya gagal pulang, karena akan dibantu oleh teman-teman Peparindo di Jakarta," katanya.

Satrio pun dibawa menuju Sekretaris Peparindo Jawa Tengah di Ungaran, pada sore harinya. Ia pun tidak diperbolehkan jalan kaki lagi untuk meneruskan perjalanannya hingga ke kota tujuan, Solo.

"Saat di Semarang itu sebenarnya saya ingin bertemu Gubernur Jawa Tengah, Pak Ganjar, untuk menyampaikan warga kita (Jawa Tengah) di Jakarta yang nasibnya sangat kasihan. Dan juga nasib travel-travel dari Jawa Tengah yang ditahan di Polda (Metro Jaya)," ujarnya.

Ia akhirnya diantarkan menuju Solo, setibanya Satrio langsung menjalani karantina di Graha Wisata Niaga Solo. Ia masuk ke tempat karantina itu pada 15 Mei 2020 sekitar pukul 08.00 WIB.

"Awalnya sempat takut juga karena embel-embel nama karantina. Tapi ternyata malah di sini nyaman dan penuh kekeluargaan. Kami di sini benar-benar dihargai, makan enak dan ada hiburan juga," ungkapnya.

Rencananya, setelah menjalani masa karantina selama 14 hari, Satrio akan pulang ke rumahnya yang beralamat di Kelurahan Sudiroprajan, Solo. Dan solat idul fitri di kampung halamannya.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 4671632011893386009

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item