Resesi Dunia Akibat Wabah Corona Diperkirakan Tidak Akan Lama

Resesi Dunia Akibat Wabah Corona Diperkirakan Tidak Akan Lama naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Dampak virus corona atau Coronavirus Desease-2019 (Covid-19) terhadap perekonomian dunia memang luar biasa. Bahkan hampir pasti ekonomi global bakal terkontraksi (tumbuh negatif) kali pertama sejak 2009.

Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara menerapkan pembatasan aktivitas publik. Sekolah diliburkan, perkantoran dan pabrik tutup sementara, rumah ibadah tidak lagi terbuka bagi jamaah, restoran tidak melayani makan-minum di tempat, dan sebagainya.

Ini dilakukan untuk mempersempit ruang gerak penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Risiko penularan semakin besar ketika terjadi kerumunan, sebab virus menyebar seiring intensitas interaksi dan kontak antar manusia.

Namun upaya untuk melindungi nyawa jutaan orang itu harus dibayar dengan harga tinggi. Ekonomi nyaris lumpuh karena aktivitas manusia di luar rumah sangat minim. Dunia usaha lesu, konsumen pun begitu.

Dunia usaha dan konsumen sama-sama lesu

Dari sisi dunia usaha, Purchasing Managers's Index (PMI) manufaktur AS versi IHS Markit berada di angka 48,5, terendah sejak Agustus 2009. Sementara PMI jasa pada periode yang sama tercatat 39,8, terendah sejak Oktober 2009.

Dari sisi konsumen, The Conference Board mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS sebesar 120. Turun cukup jauh dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 132,6 dan menjadi yang terendah sejak Juli 2017.

"Keyakinan konsumen menurun tajam karena persepsi terhadap prospek ekonomi jangka pendek. Peningkatan intensitas Covid-19 dan volatilitas di pasar keuangan meningkatkan ketidakpastian mengenai prospek ekonomi dan lapangan kerja," kata Lynn Franco, Senior Director of Economic Indicators The Conference Board, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Oleh karena itu, tidak heran banyak pihak yang memperkirakan AS bakal jatuh ke jurang resesi. Bahkan pejabat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) pun sudah bicara soal resesi.

"Apabila bisnis tidak bisa dibuka kembali, maka Anda akan melihat gelombang kebangkrutan. Ini akan membuat proses pemulihan jadi lebih lama. Resesi sudah di sini," kata Neel Kashkari, Presiden Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed cabang Minneapolis, seperti dikutip dari Reuters.

Corona selesai, masalah selesai

Namun ada harapan. Meski AS bakal resesi, tetapi mungkin tidak akan lama. Ini terlihat dari proyeksi kemungkinan resesi yang dirilis oleh The Fed cabang New York dan Cleveland.

The Fed New York memperkirakan peluang terjadinya resesi pada Maret 2021 (12 bulan mendatang) adalah 18,47%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 30,73%.

Sementara The Fed Cleveland meramal risiko resesi di Negeri Adidaya dalam 12 bulan ke depan adalah 20,59%. Juga turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 33,78%.

Bisa jadi karena sifat dari resesi akibat corona berbeda dengan yang sebelumnya, misalnya saat krisis keuangan global (Global Financial Crisis/GFC) 2008-2009. Krisis 12 tahun lalu itu berpusat di AS gara-gara meletusnya gelembung aset terkait properti bernama sub-prime mortgage.

GFC membuat pasar keuangan AS berantakan, dan menular ke seluruh dunia. Butuh waktu lama untuk memperbaiki kerusakan yang begitu besar.

Pada masa GFC, The Fed menurunkan suku bunga acuan sampai nyaris 0% untuk menstimulasi ekonomi yang porak-poranda. The Fed baru berani menaikkan suku bunga pada Desember 2015, pertanda bahwa mereka sudah yakin betul ekonomi benar-benar pulih sehingga tidak lagi membutuhkan stimulus. Artinya proses perbaikan dan pembangunan kembali, fondasi sektor keuangan yang hancur karena GFC memakan waktu 6-7 tahun.

Lain dengan pandemi virus corona, yang sejatinya adalah krisis kesehatan. Sebab-musababnya jelas, dan begitu sebab-musabab itu hilang maka hilang sudah semua masalah.

Ketika serangan virus corona melambat atau bahkan hilang sama sekali, tidak ada lagi buntutnya. Semua masalah kelar, tuntas-tas.

Oleh karena itu, walau dampak pandemi virus corona begitu dahsyat dan bisa membikin resesi, tetapi rasa sakit yang luar biasa itu hanya sementara. Ekonomi akan bangkit dalam waktu yang tidak terlalu lama, karena memang sudah tidak ada penghalang lagi.

"Kami malah meyakini AS saat ini sudah resesi. Meski kontraksi ekonomi sepertinya akan signifikan, tetapi sifatnya temporer. Kami memperkirakan ekonomi akan kembali tumbuh pada kuartal III-2020," kata Michelle Meyer, Ekonom Bank of America Merrill Lynch, seperti dikutip dari Reuters.

Pendapat senada dikeluarkan Sharmin Mossavar-Rahmani, Chief Investment Officer di Goldman Sachs. Dia memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam akan tertekan pada semester I-2020 dan pulih pada paruh kedua.

"Pada kuartal II-2020, ekonomi AS akan mengalami kontraksi terdalam setelah krisis keuangan global. Namun akan ada pertumbuhan yang kuat pada semester II. Prakiraan ini sangat tergantung pada seberapa lama dan parah penyebaran virus dan seberapa efektif kebijakan fiskal dan moneter untuk memberikan dukungan," papar Mossavar-Rahmani, seperti diberitakan Reuters.


Related

News 8933365234661965060

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item