Sejarah Panjang Masjid Istiqlal, Masjid Kebanggaan Indonesia (Bagian 2)

 Sejarah Panjang Masjid Istiqlal, Masjid Kebanggaan Indonesia, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Sejarah Panjang Masjid Istiqlal, Masjid Kebanggaan Indonesia - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Kubah Masjid Istiqlal 

Kubah besar dengan diameter 45 meter, terbuat dari kerangka baja stainless steel dari Jerman Barat dengan berat 86 ton, sementara bagian luarnya dilapisi keramik. Diameter 45 meter merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan, sesuai dengan nama Istiqlal itu sendiri.

Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin, yang dibuat oleh K.H Fa’iz. Bagian dalam di bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Alfatehah, Surat Thaha ayat 14, Ayat Kursi, dan Surat Al Ikhlas.

Dari luar atap bagian atas kubah, dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan dan Bintang, yang terbuat dari stainless steel, dengan diameter 3 meter dan berat 2,5 ton

Dari dalam, kubah ditopang 12 pilar berdiameter 2,6 meter, dengan tinggi 12 meter. Angka ini merupakan simbol kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu 12 Rabiul Awal.

Seluruh bagian di gedung utama dilapisi marmer yang didatangkan langsung dari Tulungagung, seluas 36.980 m2.

Lantainya ditutupi karpet merah, sumbangan dari pemerintah Kerajaan Arab.

Gedung pendahulu dan emper samping

Tinggi: 52 meter
Panjang: 33 meter
Lebar: 27 meter

Bagian ini memiliki lima lantai, yang terletak di belakang gedung utama, diapit 2 sayap teras. Luas lantainya 36.980 m2 dengan dilapisi 17.300 m2. Jumlah tiang pancangnya sebanyak 1.800 buah.

Di atas gedung ini ada sebuah kubah kecil. Fungsi utama gedung ini, setiap jamaah dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat perluasan shalat, bila gedung utama penuh.

Teras raksasa

Teras raksasa terbuka seluas 29.800 m2 terletak di sebelah kiri belakang gedung induk. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Arah poros teras ini mengarah ke Monumen Nasional, menandakan masjid ini adalah masjid nasional.

Selain itu, teras ini juga berfungsi sebagai tempat acara-acara keagamaan, seperti MTQ, dan pada emper tengah dahulu biasa digunakan untuk manasik (latihan) haji.

Emper keliling

Emper ini mengelilingi teras raksasa dan emper tengah, yang sekelilingya terdapat 1.800 pilar guna menopang bangunan emper.

Panjang: 165 meter
Lebar: 125 meter

Bedug raksasa

Di sudut sebelah tenggara, terdapat bedug raksasa yang berfungsi sebagai alat pertanda waktu shalat. Bedug merupakan salah satu ciri keislaman Indonesia, dimana hanya terdapat di masjid-masjid Indonesia.

Bedug ini terbuat dari kayu meranti dari Kalimantan Timur, yang konon berumur 300 tahun. Garis tengah/diameter depan adalah 2 meter, sedangkan diameter belakang adalah 1,71 meter. Sementara panjang keseluruhan adalah 3 meter, dengan berat total 2,3 ton.

Kulit pada bedug adalah kulit sapi. Dibutuhkan 2 lembar kulit sapi dari 2 ekor sapi dewasa. Bagian depan adalah kulit sapi jantan, sedangkan bagian belakang adalah kulit sapi betina. Untuk menempelkan kulit ini dibutuhkan 90 paku yang terbuat dari kayu Sonokeling, yang pembuatannya membutuhkan waktu 60 hari di Jepara Jawa Tengah.

Kaki penopang bedug disebut Jagrag, setinggi 3,8 meter. Pada kakinya terdapat tulisan Allah dalam segilima, yang melambangkan rukun Islam dan waktu shalat. Di sisi lain terdapat tulisan “Bismillahirrahmanirrahim”. Pada keempat sisi kakinya terdapat tulisan dua kalimat syahadat.

Pada bagian Jagrag, keseluruhan ada 27 kaligrafi ukiran Surya Sangkala (tahun matahari) yang merupakan pengaruh kebudayaan Hindu, sementara pada bagian atas ada ornamen ukiran menyerupai naga, yang merupakan pengaruh Budha. Sehingga secara keseluruhan, bedug ini merupakan wujud akulturasi Islam dengan berbagai kebudayaan lain yang ada di Indonesia.

Menara/Minaret

Tinggi: 6.666 centimeter = 66,66 meter
Diameter: 5 meter

Bangunan menara meruncing ke atas, berfungsi sebagai tempat muazin mengumandangkan azan. Di atasnya terdapat banyak pengeras suara, yang dapat menyuarakan azan ke kawasan sekitar masjid.

Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang, terbuat dari kerangka baja tipis. Angka 6.666 merupakan simbol dari jumlah ayat yang terdapat dalam Al Quran.

Halaman dan air mancur 

Halaman Masjid Istiqlal seluas 9,5 hektar. Halaman ini dapat menampung kurang lebih 800 kendaraan sekaligus, melalui 7 buah pintu gerbang masuk yang ada. Di halaman masjid terdapat tiga jembatan, yang panjangnya sekitar 21 sampai 25 meter.

Di dalam kompleks masjid, di sebelah selatan, terdapat air mancur yang berada di tengah-tengah kolam, seluas ¾ hektar. Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter.

Halaman masjid Istiqlal dikelilingi pepohonan yang rindang, agar suasana masjid terasa sejuk, sehingga akan menambah kekhusyukan jamaah beribadah di masjid.

Tempat wudhu, air, dan penerangan

Tempat wudhu terdapat di beberapa lokasi di lantai dasar, yaitu di sebelah utara, timur, maupun selatan gedung utama. Tempat ini dilengkapi keran khusus sebanyak 660 buah, sehingga secara bersamaan 660 orang dapat berwudhu sekaligus.

Sedangkan toilet terdapat juga di lantai dasar sebelah timur, di bawah teras raksasa. Toilet ini tersedia untuk 80 orang, yang terbagi dua kompleks, untuk pria dan wanita. Selain itu juga terdapat 52 kamar mandi yang dapat dikunci, dan beberapa toilet di lantai sebelah selatan 12 buah, barat 12 buah, dan timur 28 buah.

Untuk keperluan wudhu, kamar mandi dan toilet ini, dipasok sebanyak 600 liter setiap hari per menit dari PAM.

Penerangan masjid Istiqlal menggunakan listrik dari PLN, selain juga menggunakan 3 generator berkekuatan masing-masing 110 kva, dan sebuah generator besar 500 kva. Pendingin ruangan hanya digunakan bagi ruangan-ruangan kantor di lantai bawah, dengan menggunakan sistem kontrol terpusat.

Lantai dasar

Lantai dasar masjid ini luasnya 2,5 ha, dahulu dibiarkan kosong dan hanya digunakan dalam keadaan darurat untuk menampung masyarakat DKI Jakarta bila dalam keadaan bahaya. Namun, sejak tahun 1978, atas perintah Presiden Soeharto, lantai ini digunakan untuk kantor organisasi keagamaan.

Sekarang, masjid ini semarak dengan berbagai aktivitas umat muslim dan organisasi Islam. Ada MUI, Dewan Masjid Asia dan Lautan Teduh, Dewan Masjid Indonesia, Pusat Perpustakaan Islam Indonesia, LPTQ dan BP4 Pusat.

Bahkan di atas lahan di sekeliling masjid Istiqlal, sebagian dipergunakan untuk kegiatan ekonomi, warung makan, cenderamata, dan terutama setiap hari Jum’at ramai dipenuhi pedagang dan pembeli sehabis menunaikan shalat Jumat, yang dikenal dengan pasar Jumatan.

Related

Moslem World 1639734972496666646

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item