Sejarah Pedang Excalibur dan Raja Arthur yang Melegenda

Naviri Magazine - Excalibur adalah legenda terkenal di Inggris, tentang sebuah pedang yang punya kekuatan mistis di tangan Raja Arthur. Tapi benarkah pedang itu ada, atau hanya mitos?

Dalam legenda dikisahkan, siapa pun yang mampu mencabut pedang Excalibur yang tertancap pada batu, kelak akan menjadi Raja Inggris. Dan ternyata Arthur yang mampu mencabut pedang legendaris yang juga dikenal dengan nama Caliburn tersebut.

Secara logika, hal ini tentu saja tidak mungkin, sama halnya dengan cerita rakyat di Indonesia. Yang secara nyata di luar nalar, namun dipercaya oleh nenek moyang terdahulu, hingga cerita rakyat dianggap sebagai sejarah.

Bahkan tentang Excalibur juga ada dua pandangan, yang pertama prosa Merlin karya Robert de Boron. Dalam karyanya, Robert mengatakan bahwa pedang yang Arthur tarik dari sebuah batu tersebut merupakan pedang Excalibur.

Kemudian, yang kedua, pandangan dari sebuah karya berjudul King Arthur and His Knights (1903), karya Maude L. Radford. Ia menyatakan bahwa pedang Excalibur diperoleh Raja Arthur dari Lady of the Lake. Excalibur didapat dari seorang wanita penunggu danau.

Dari dua pandangan ini, entah mana yang benar, Excalibur hingga kini tak diketahui rimbanya.

Untuk mengetahui kebenaran Excalibur yang sangat fenomenal, pasti tak lepas dari sosok Arthur. Banyak orang yang sudah meneliti sampai kini, terutama para sejarawan.

Dari ungkapan para sejarawan yang meneliti, akhirnya setuju kisah Arthur bukanlah cerita dari Wales, namun dari Celtics. Karena, menurut budaya Celtics, kata Art berarti beruang; nama Arthur terkesan asing di budaya Wales.

Bahkan nama Arthur pertama kali muncul dalam puisi Y Gododdin, yang berasal dari abad ke-7 M. Dalam puisi karya Aneirin, Arthur tidak terlalu banyak dibahas. Aneirin hanya menyebut Arthur sebagai orang perkasa yang “tidak dapat dibandingkan kehebatannya dengan orang lain sezamannya”.

Kemudian kisah tentang Arthur lainnya terdapat dalam Culhwch and Olwen dan Dream of Rhonabwy, dari abad ke-11. Tetapi mungkin sumbernya lebih tua lagi umurnya.

Di luar tradisi Wales, nama Arthur dikenal pertama kali dalam De Excidio Britanniae karangan St. Gildas, seorang pendeta dari Inggris Utara, pada pertengahan abad ke-6. Tetapi karangan ini lebih banyak menuturkan masa akhir kekuasaan Romawi di Inggris, dan lahirnya raja-raja baru.

Bahkan Arthur dikisahkan lebih lengkap dalam Annales Cambriae. Buku yang menceritakan rentang sejarah Inggris dari tahun 447 sampai 957 M ini menceritakan banyak kejadian penting tentang kehidupan Arthur.

Dua kejadian paling penting yang diceritakannya adalah pertempuran Badon yang menewaskan 900 orang Anglo Saxon, dan kematian Arthur dan Medrout (Mordred) dalam peperangan di Camlann. Namun, menurut Nennius, Arthur bukan seorang raja. Arthur hanya seorang Dux Bellorum atau panglima perang, yang bekerja untuk Raja Britania Raya dalam peperangan mengusir Bangsa Saxon.

Sulit sekali mencari jejak Excalibur dan Arthur, sebab kisahnya banyak dibumbui hal mistis dan hewan-hewan rekaan, seperti unicorn dan naga.

Bahkan sosok Arthur selalu dihubungkan dengan berbagai tempat di Inggris bagian Selatan. Berbagai lokasi seperti benteng Tintagel, Cadbury, Glastonbury, hingga Stonehenge, dianggap sebagai peninggalan Raja Arthur. Sayangnya, bukti-bukti sejarah tidak mendukung teori ini.

Yang pasti, legenda Excalibur masih tetap misteri, walau legenda itu menjadi pemersatu Inggris di kala para raja sedang goyah. Bahkan kisah yang ada hingga kini adalah sebuah kisah gado-gado yang memasukkan tokoh Merlin dan sebagainya, yang membuat cerita Arthur dan Excalibur semakin jauh dari fakta nyata.

Kesimpulannya, Excalibur hanyalah mitos, namun sudah mendarah daging di telinga rakyat Inggris.