Tiga Kasus Ini Membuktikan Virus Corona Benar-benar Menular Lewat Udara

Tiga Kasus Ini Membuktikan Virus Corona Benar-benar Menular Lewat Udara,   naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Perdebatan tentang 'rute' penularan virus berimplikasi besar kepada rekomendasi menghentikan penyebaran pandemi Covid-19. Banyak peneliti meyakini penularan terjadi terutama karena kontak dekat dan virus yang menumpang droplet dari batuk, bersin, dan bicara seorang yang terinfeksi.

Itu sebabnya mereka merasa cukup merekomendasikan cuci tangan pakai sabun sesering mungkin, dan menjaga jarak fisik untuk mematahkan penularan virus corona Covid-19. Data pelacakan kontak korban, kata Kate Grabowski, ahli epidemiologi penyakit menular di Johns Hopkins University di Baltimore, Maryland, mendukung rekomendasi itu.

“Kontak paling berisiko tinggi adalah orang-orang yang berbagi tempat tinggal bersama, atau orang-orang yang telah bersama dalam satu ruangan terbatas dalam periode cukup lama. Itu semua membuat saya percaya kalau penularan bisa terjadi lewat droplet," katanya.

Grabowski tak menepis penularan oleh aerosol juga bisa terjadi, tapi pada kejadian yang lebih jarang. Ini yang membuatnya berbeda dari Kim Prather, peneliti aerosol di University of California, San Diego, dan sebagian ilmuwan lainnya. Prather dan kelompok yang kedua ini mengatakan kalau studi kasus terhadap klaster-klaster besar penularan Covid-19 telah menunjukkan peran signifikan aerosol di udara.

Pemberitaan banyak orang yang sakit setelah berada di pertemuan dalam ruangan tertutup membuat Prather mulai mempertanyakan kecukupan dari rekomendasi social distancing dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) yang menetapkan jaga jarak 6 feet (1,8 meter).

Penularan dalam pertemuan-pertemuan di ruang tertutup, menurutnya, melibatkan virus yang menyebar dengan perilaku berbeda dari yang diperkirakan CDC.

 “Untuk seorang kimiawan atmosferik seperti saya, satu-satunya penularan itu bisa terjadi ketika Anda menempatkan virus itu di udara, dan membiarkannya menginfeksi dalam udara yang dihirup semua orang. Inilah yang terjadi," kata Prather.

Lebih banyak peneliti mempertimbangkan potensi penularan virus corona lewat udara pada contoh kasus kelompok paduan suara di Seattle, Washington, pada 10 Maret lalu. Saat itu sebanyak 61 anggota paduan suara Skagit Valley Chorale berkumpul untuk latihan bersama selama 2,5 jam.

Meski mengaku telah menerapkan protokol penggunaan hand sanitizer di pintu masuk, dan mereka tidak saling bersalaman dan berpelukan, sebanyak 33 di antaranya belakangan positif terinfeksi SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. Dua di antara anggota paduan suara itu bahkan meninggal karena infeksi virus itu.

Para peneliti menyimpulkan, virus mungkin menyebar dalam aerosol yang diproduksi dari menyanyi, dan seorang super-emitter yang memproduksi lebih banyak partikel aerosol. Meski mereka juga tidak bisa menepis penularan lewat obyek lain atau droplet yang berukuran lebih besar.

Tapi Lidia Morawska, peneliti aerosol di Queensland University of Technology, telah membuat pemodelan dari situasi kelompok paduan suara itu dan menyatakan tak perlu ada super-spreader untuk penularan yang telah terjadi.

Ventilasi yang tidak berkecukupan, waktu paparan yang cukup lama, dan aktivitas bernyanyi, disebutnya sudah cukup untuk menjelaskan besarnya jumlah orang yang terinfeksi.

Dalam kasus lain, sejumlah peneliti di Cina menggunakan teknik gas pelacak untuk menunjukkan bahwa aerosol yang terbawa embusan udara dari mesin AC di sebuah restoran di Guangzhou berada di balik terinfeksinya sepuluh orang dari tiga keluarga yang berbeda dan terpisah yang sedang makan malam di resto itu. Tidak ada pegawai atau kerabat yang duduk dekat unit mesin AC lain yang terinfeksi.

Kasus lain lagi, sebuah perjalanan wisata dalam bus wisata di Provinsi Hunan, Cina, telah menyebabkan delapan dari 49 orang dalam bus itu terinfeksi Covid-19. Satu di antaranya diketahui duduk di bangku yang berjarak sekitar 4,5 meter dari orang yang terinfeksi dan masuk-keluar bus lewat pintu yang berbeda dengannya.

“Itu mengecualikan kemungkinan penularan yang terjadi hanya lewat kontak langsung atau kontak dekat," kata Yang Yang, epidemiolog di University of Florida di Gainsville. Dia menambahkan, "Saya kira ada cukup bukti untuk kita pantas memperhitungkan penularan di ruangan tertutup, terutama ruangan yang tidak luas."

Related

Science 1549230823853636803

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item