Apakah Indonesia Sudah Benar-benar Masuk Resesi? Ini Penjelasannya

Apakah Indonesia Sudah Benar-benar Masuk Resesi? Ini Penjelasannya

Naviri Magazine - Indonesia diperkirakan kembali membukukan deflasi pada September 2020. Jika terwujud, maka deflasi akan terjadi sepanjang kuartal III-2020.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi September pada 1 Oktober. Konsensus pasar yang dihimpun memperkirakan terjadi deflasi -0,03% secara bulanan (month-to-month/MtM). Ini membuat inflasi tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 1,43% dan inflasi inti tahunan 2%.

Sebelumnya, deflasi sudah terjadi pada Juli dan Agustus masing-masing -0,1 dan -0,05%. Jadi kalau September betul-betul deflasi lagi, maka deflasi akan terjadi sepanjang kuartal III tanpa terputus.

Deflasi, apalagi sampai berbulan-bulan seperti ini, mencerminkan ekonomi sedang 'sakit'. Dunia usaha tidak berani menaikkan harga karena khawatir permintaan semakin anjlok. Konsumen pun cenderung menahan pembelian karena ketidakpastian pendapatan, apakah besok masih bisa gajian atau tidak.

Ya, tanda-tanda pelemahan daya beli memang semakin nyata. Ini terlihat dari pergerakan inflasi inti yang terus menukik.

Inflasi inti berisi harga barang dan jasa yang susah bergerak (persisten). Jadi kalau harga yang susah bergerak saja sampai turun, apalagi dalam kecepatan yang konstan, maka berarti permintaan sedang benar-benar lesu karena rumah tangga menahan belanja.

Sepertinya pelemahan konsumsi rumah tangga semakin hari kian terlihat nyata. Sementara konsumsi rumah tangga adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi pengeluaran.

Oleh karena itu, kontraksi atau pertumbuhan negatif PDB pada kuartal III-2020 adalah sebuah keniscayaan, mustahil untuk dihindari. Ekonomi Indonesia sudah mengalami kontraksi pada kuartal sebelumnya. Dengan demikian, Indonesia akan segera sah masuk jurang resesi karena PDB menyusut dalam dua kuartal beruntun.

Okelah, kuartal III-2020 memang sudah begitu, tidak bisa terselamatkan. It is what it is. Sekarang yang penting bagaimana ke depan, sebab kalau resesi berkepanjangan, katakanlah sampai minimal dua tahun, itu namanya sudah depresi.

So, apakah Indonesia juga rentan masuk ke jurang yang lebih dalam yaitu depresi?

Sepertinya tidak. Sebab ekonomi Ibu Pertiwi diperkirakan sudah bangkit tahun depan. Bukan sekadar bangkit, tetapi mencatat pertumbuhan yang cukup impresif.

Dalam laporan terbaru Bank Dunia berjudul From Containment to Recovery, disebutkan bahwa resesi yang dialami Indonesia tidak separah negara-negara tetangga Asia Timur dan Pasifik lainnya. Sebab ketergantungan Indonesia terhadap perdagangan internasional relatif minim. Indonesia juga tidak terlampau bergantung terhadap pengiriman uang dari luar negeri (remitansi).

"Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan Filipina dalam hal eksposur terhadap dunia melalui perdagangan, pariwisata, dan remitansi. Jadi output ekonomi Indonesia mengalami dampak yang lebih ringan ketimbang Filipina," sebut laporan Bank Dunia.

Indonesia memang akan segera menyongsong resesi. Namun kalau untuk depresi, rasanya kok tidak ya. Semoga.

Related

News 7280810022710935079

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item