Lebih dari 80% Pendapatan UMKM Anjlok Gara-gara Pandemi Corona

Lebih dari 80% Pendapatan UMKM Anjlok Gara-gara Pandemi Corona

Naviri Magazine - Badan Pusat Statistik (BPS) membeberkan hasil survei dampak pandemi covid-19 terhadap pelaku usaha di Indonesia. Dalam survei ini BPS membagi dua kategori menurut skala usaha, yakni Usaha Mikro Kecil (UMK) dan Usaha Menengah Besar (UMB).

Secara umum lebih dari 80 persen pelaku usaha menyatakan pendapatannya anjlok sejak adanya pandemi covid-19. Sebanyak 84 persen UMK pendapatannya turun, 13 persen tetap, dan dua persen meningkat.

"Sementara 82 persen UMB menyatakan bahwa pendapatannya cenderung turun sejak adanya pandemi, 14 persen tetap, dan tiga persen pendapatannya meningkat," jelas Kepala BPS Suhariyanto dalam video telekonferensi pers di Jakarta.

Dari sisi UMK, sebanyak 59,8 persen masih melakukan operasi normal, 24,2 persen melakukan pengurangan kapasitas, 10,1 persen memutuskan berhenti beroperasi, 5,4 persen menerapkan Work from Home (WfH), dan 0,5 persen melebihi kapasitas.

Sementara dari sisi UMB, sebanyak 49,4 persen masih melakukan operasi normal, 28,8 persen melakukan pengurangan kapasitas, 5,0 persen memutuskan berhenti beroperasi, 16,3 persen menerapkanWork from Home (WfH), dan 0,5 persen melebihi kapasitas.

"Ada beberapa pelaku usaha yang kegiatan bisnisnya justru melebihi normal, itu untuk komoditas-komoditas tertentu misalnya industri makanan minuman (mamin) berupafrozen food, industri jamu, minuman, penjualan masker, penjualan sepeda, jasa layanan internet, dan internet provider. Persentasenya kecil, tetapi di tengah covid-19 mereka justru bergerak dan mendapatkan keuntungan yang lebih dibandingkan normal," paparnya.

Sementara untuk sektor yang mengalami penurunan pendapatan, BPS membaginya mengikuti lapangan usaha pertumbuhan ekonomi. Paling terdampak adalah akomodasi dan mamin yang 92,47 persen di antaranya mengalami penurunan pendapatan.

Diikuti sektor jasa lainnya yang 90,90 persen di antaranya mengalami penurunan pendapatan. Lalu sektor transportasi dan pergudangan sebanyak 90,34 persen, konstruksi 87,94 persen, industri pengolahan 85,98 persen, serta sektor perdagangan sebesar 84,60 persen.

Menurut Suhariyanto, kondisi ini sejalan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 di mana sektor yang mengalami kontraksi paling tajam adalah transportasi dan pergudangan dengan pertumbuhannya minus 30,84 persen. Kemudian akomodasi dan pergudangan dengan pertumbuhannya yang terkontraksi sebanyak minus 22,02 persen.

"Artinya mereka yang terdampak pada kuartal kedua pada bulan Juli ini masih mengalami kesulitan. Tentunya kita harapkan ke depan berbagai pelaku usaha ini akan bisa survive dan pelan-pelan bisa kembali pulih," harap Suhariyanto.

Survei dampak covid-19 terhadap pelaku usaha dilakukan pada 10-26 Juli 2020 dan melibatkan 34.559 responden yang terdiri dari 6.821 UMB, 25.256 UMK, dan 2.482 pertanian.

Related

News 8067938158782437591

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item