Alhambra, Peninggalan Masa Lalu dari Kejayaan Islam di Spanyol


Naviri Magazine - Alhambra atau al-hamra (Yang Berwarna Merah) adalah bangunan bersejarah yang terdiri dari kompleks istana, dengan dikelilingi benteng kokoh. Bangunan ini terletak di sebuah bukit di Granada, Andalusia, Spanyol.

Tempat ini dinamakan Alhambra karena mengacu pada tiga hal: Pertama, batu-batuan yang dipakai untuk lantai dan dinding berwarna kemerah-merahan. Kedua, pendiri bangunan ini dikenal dengan sebutan Al-hamra karena memiliki jenggot kemerah-merahan, yaitu Muhammad bin al-Ahmar. Dia merupakan Amir Granada pada masa kekuasaan Dinasti Bani Nasr di Spanyol.

Ketiga, istilah ini bisa juga mengacu pada Dinasti Bani Nasr atau Nasrid Dynasty, sebagai penguasa yang membangun tempat ini. Di kalangan suku-suku Arab, Bani Nasr dikenal dengan sebutan Bani al-Ahmar. Kelompok ini merupakan bagian dari orang Arab Qahtani (berasal dari Yaman) dari suku Bani Khazraj.

Alhambra ini memiliki beberapa bagian, seperti Palaces of the Ambassadors, Palace of the Lions, dan Mexuar. Bagian utama dari tempat ini selesai dibangun pada abad ke-14 Masehi oleh Yusuf I (1333–1353) dan Muhammed V (1353–1391). 

Seperti umumnya bangunan Islam di daratan Iberia, konsep dasar arsitektur Alhambra berbentuk segi empat atau quadrangles. Ini yang membedakannya dari bangunan dengan arsitektur Romawi atau Byzantium.

Istana ini dihiasi banyak kaligrafi di dinding-dindingnya. Salah satu yang menonjol adalah kalimat la ghaliba illallah, “There is no victor but God” (tidak ada pemenang kecuali Allah). Dalam buku-buku, kaos, dan souvenir yang dijual di sekitar Alhambra, kalimat ini banyak diterjemahkan, menjadi “There is no conqueror but God” (tidak ada penakluk kecuali Allah). 

Setelah jatuh ke tangah Kristen, ada beberapa penambahan pada Alhambra. Seperti Courtyard of the Palace atau halaman istana yang dibangun oleh Charles V dengan model Romawi.

Proses pergantian kekuasaan dan agama

Meski Alhambra dibangun oleh kerajaan Islam ketika Islam berjaya di Spanyol, namun kini Islam di Negeri Matador hanya masa lalu. Masyarakat sekitar Alhambra tentu saja bukan lagi orang Islam. Sementara itu, jumlah umat Islam di Spanyol sangat kecil, sekitar dua juta atau empat persen dari total penduduk Spanyol.

Mereka bukan sisa-sisa dari umat Islam dari masa kejayaan Islam di sana pada abad pertengahan. Mereka adalah orang-orang baru yang berpindah dari berbagai negara, terutama Maroko, pada masa setelah penjajahan.

Sebelum Reconquista pada 1492, Islam merupakan agama yang dominan di Spanyol. Namun setelah Reconquista, sebagian besar dari mereka diusir atau dibunuh, atau dipaksa berpindah agama.

Sekitar 100 tahun setelah Reconquista, kembali terjadi pengusiran besar-besaran, mencapai ratusan ribu orang, terhadap keturunan bangsa Arab dan Yahudi yang sudah berpindah agama ke Kristen. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1602 dan dikenal dengan sebutan Expulsion of the Moriscos (Spanyol: Expulsión de los moriscos, Catalan: Expulsió dels moriscos) ini merupakan perintah King Philip III.

Related

History 57019066415295047

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item