Asal Usul Persatuan Wartawan Indonesia dan Hari Pers Nasional


Naviri Magazine - Persatuan Wartawan Indonesia, yang biasa disingkat PWI, adalah organisasi wartawan pertama di Indonesia.

Sebagai organisasi profesi, PWI didirikan pada 9 Februari 1946 di Solo. Munculnya PWI diwarnai aspirasi perjuangan para pejuang kemerdekaan, baik mereka yang ada di era 1908, 1928, maupun klimaksnya, 1945.

Sebelum lahirnya, PWI dibentuk sebuah panitia persiapan pada awal Januari 1946. Sebagai organisasi profesi, PWI menjadi wahana perjuangan bersama para wartawan.

Organisasi PWI lahir mendahului SPS (Serikat Penerbit Suratkabar). Aspirasi perjuangan kewartawanan Indonesia yang melahirkan PWI juga yang melahirkan SPS, empat bulan kemudian, yakni pada Juni 1946.

Bertempat di gedung musium pers Solo (saat ini), pada 9 Februari 1946, diadakan pertemuan untuk membentuk Persatuan Wartawan Indonesia. Tidak pada saat itu tanggal 9 Februari ditetapkan sebagai Hari Pers Nasional (HPN). Gagasan ini baru muncul pada Kongres Ke-16 PWI di Padang. 

Ketika itu, bulan Desember 1978, PWI Pusat masih dipimpin Harmoko. Salah satu keputusan Kongres adalah mengusulkan kepada pemerintah agar menetapkan tanggal 9 Februari sebagai HPN. Ternyata semua ini harus menunggu tujuh tahun lagi untuk dapat disetujui. 

Melalui Surat Keputusan Presiden No. 5/1985, hari lahir PWI resmi menjadi HPN. Boleh jadi, ini merupakan usaha lobi tingkat tinggi Harmoko, yang sejak 1983 menjadi Menteri Penerangan. 

Sebenarnya, 9 Februari 1946 memang punya nilai historis bagi komunitas pers di Indonesia. Sebab, pada hari itulah diselenggarakan pertemuan wartawan nasional yang melahirkan PWI, sebagai organisasi wartawan pertama pasca kemerdekaan Indonesia, dan menetapkan Sumanang sebagai ketuanya. 

Namun, PWI bukan organisasi wartawan pertama yang didirikan di Indonesia. Jauh sebelum itu, di zaman Belanda, sejumlah organisasi wartawan telah berdiri dan menjadi wadah organisasi para wartawan. Satu di antaranya yang paling menonjol adalah Inlandsche Journalisten Bond (IJB). Organisasi ini berdiri pada 1914 di Surakarta. 

Pendiri IJB antara lain Mas Marco Kartodikromo, yang mengaku murid Tirto Adhi Surjo, kemudian juga pendiri lainnya adalah Dr. Tjipto Mangunkusumo, Sosro Kartono, dan Ki Hadjar Dewantara. 

IJB merupakan organisasi wartawan pelopor yang radikal, dimana sejumlah anggotanya sering diadili, bahkan ada yang diasingkan ke Digul oleh penguasa kolonial Belanda. 

Selain IJB, organisasi wartawan lainnya adalah Sarekat Journalists Asia (berdiri 1925), Perkumpulan Kaoem Journalists (1931), serta Persatoean Djurnalis Indonesia (1940). 

Berbagai organisasi wartawan tersebut tidak berumur panjang, akibat tekanan dari pemerintahan kolonial. Pada 1984, melalui Peraturan Menteri Penerangan Harmoko (Permenpen) No. 2/1984, PWI dinyatakan sebagai satu-satunya organisasi wartawan atau wadah tunggal, yang boleh hidup di Indonesia. Dan setahun setelah menjadi wadah tunggal, pada 1985, PWI berhasil mengegolkan HPN. 

Related

Indonesia 2037562392746964942

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item