Jangan Makan Ikan Ini Jika Tak Mau Berhalusinasi dan Melihat ‘Hal-hal Aneh’


Naviri Magazine - Kalau kamu pernah mengunjungi Marseille, sebuah kota pantai di selatan Perancis, kamu tidak boleh melewatkan seafood mereka—bau lautan tercium menuju Old Port, pusat masakan ikan bream, ikan perch, dan ikan kerapu. Tapi berhati-hatilah, karena di tengah semua masakan laut ini, ada sosok pengganggu: ikan salema, atau saupe, dalam bahasa Perancis.

Ikan bergaris kuning ini dikenal sebagai “ikan gila,” karena kulitnya, apabila dimakan, sanggup menimbulkan halusinasi.

Seorang turis yang pernah berlibur di Côte d’Azur mengatakan bahwa setelah mengonsumsi salema panggang di sebuah restoran, dia tidak sanggup menyetir. Lebih dari dua jam berikutnya, dia merasa sama sekali tidak terganggu oleh binatang dan serangga besar. 

Di sebuah restoran lainnya, di Saint-Tropez, seorang pemakan salema mengira dia menjadi gila, dan meyakini dia sanggup “melihat” teriakan orang dan kicauan burung.

Dr. Luc de Haro, seorang ahli toksikologi di Pusat Anti-Racun Marseille, telah menyaksikan beberapa insiden macam ini. “Halusinasi visual dan pendengaran, rasa mengantuk, sulit melihat... beberapa orang mengaku melihat Batman atau gajah pink. Setiap dua atau tiga tahun, ada kasus baru. Dan masih banyak yang tidak terdokumentasi karena pasien mengalami amnesia ringan setelahnya.”

Konon, Bangsa Romawi dulu sering menggelar pesta makan ikan salema dengan tujuan mabok bareng.

Di beberapa forum internet, nelayan mengaku menangkap ikan salema dan mencampurnya dengan ikan lain untuk membuat hidangan bouillabaisse. Mengonsumsi ini bisa menyebabkan mimpi buruk, sakit perut, kelumpuhan dan “otak kesetrum.” (“Saya melihat malaikat maut menjemput,” ingat seorang penderita.) 

Efeknya serupa dengan psychedelic mushroom, kata Luc de Haro. “Ini bukan lagi tentang persepsi realita yang rusak—tapi penderita cenderung membayangkan imej-imej baru. Dan seringkali si penderita seolah sedang diserang.”

Lantas apa yang membuat “ikan gila” bisa memberi efek halusinasi dan mabuk? Karena ikan-ikan ini hobi makan ganggang. Salema adalah ikan herbivora—satu-satunya di Mediterranean. Salah satu makanan favoritnya adalah caulerpa taxifolia, sejenis ganggang yang berkembang biak di pantai Marseille dan mengandung neurotoksin. 

Ikan salema hanya memakannya di akhir musim panas ketika tidak ada pilihan makanan lainnya. Di titik inilah para ikan mulai mengandung elemen halusinogenik. Ikan ini kemudian dibawa pulang oleh turis Jerman dan Inggris untuk “dinikmati”—ikan ini sering dijual menggunakan label aman “ikan bream.”

Kini, hanya tersisa tiga negara yang masih terus mengonsumsi salema: Perancis, Tunisia, dan Israel. Di Marseille, kamu tidak akan menemukan salema dalam menu bistro di Old Port. Kebanyakan nelayan yang menangkap salema melemparnya kembali ke laut, akibat reputasinya yang buruk. Jarang sekali ada warga Marseille yang doyan makan ikan ini.

Kunci memasak salema adalah segera membuang isi perutnya setelah dipancing, supaya ganggang terfermentasi di ususnya tidak ikut kita konsumsi.

Untuk bisa menyicipi ikan ini dalam citarasa terbaiknya, kamu harus mengetuk pintu koki-koki pemberani. Salah satunya adalah juru masak Valeilles of Montmirail di Villa Marie-Jeanne, sebuah rumah makan khas mediterranian yang masih memasak menggunakan api tungku. “Salema tidak disukai di Perancis, tapi di Tunisia, ikan ini digemari—seringkali direbus bareng buncis, kentang, tomat dan bumbu-bumbu lainnya.”

Di kampung halamannya, Provence, cicit pendiri klub sepakbola Olympique Marseille ini mengasapi ikan salema di atas jarum pinus atau memasaknya dalam bentuk filet dengan saus yang mengandung ikan karper, ikan teri, ketumbar dan merica. 

Lantas bagaimana dengan mereka yang tidak ingin merasakan pengalaman psikedelik setelah makan?

“Kunci memasak salema adalah segera membuang isi perutnya setelah ia ditangkap, dan mencegah ganggang yang ia makan berfermentasi ke dalam usus.”

Bagi pemilik restoran bernama Christian Qui, salema idealnya disajikan dalam saus tartar, dan dilengkapi dengan minyak zaitun dan kuning telur. “Ini demi menyembunyikan rasa lemaknya yang agak kuat, bahkan kadang agak tengik, tergantung musimnya.”

Qui, seorang pencinta ikan mentah sejati, memahami sistem pasar ikan Old Port lebih baik dari siapa pun—dan sering membeli salema dari sana untuk disajikan di restorannya Sushi Qui. Di bawah tangan Qui, salema benar-benar dinikmati untuk cita rasanya, bukan efek samping yang berlebihan. 

Salema disajikan dalam dosis kecil, tanpa juga berusaha menghilangkan efek psikedeliknya. “Saya bisa merasa mengambang sedikit kadang-kadang, tapi tidak sampai berhalusinasi. Biarpun begitu, saya tidak pernah menyajikan salema lebih dari setengah filet.”

Kecuali memang ada permintaan khusus. Di satu musim panas, beberapa seniman Inggris telah mendengar kisah legenda “ikan halu.” Mereka meminta menyiapkan masakan salema agar mereka bisa merasakan efeknya. Dengan harga hanya enam euro per kilogram di Old Port, rasanya popularitas salema tidak akan pernah kendor.

Related

Science 6997148867521032347

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item