Kisah di Balik Telinga Van Gogh yang Tidak Kelihatan dalam Lukisan


Naviri Magazine - Vincent Willem Van Gogh adalah pelukis pasca-impresionis Belanda, sekaligus salah satu pelukis terbesar dalam sejarah seni Eropa. Ia memulai karirnya sebagai pelukis pada tahun 1880, dan mencapai tingkat perkembangannya yang penuh saat tinggal di Arles, Prancis, ketika ia mulai mengenal gaya impresionisme dan neo-impresionisme yang memiliki warna-warna cerah.

Pada 17 Maret 1901, sebanyak 70 lukisan karya Van Gogh ditampilkan di sebuah galeri di Paris, Prancis. Para kolektor dari berbagai belahan dunia rela merogoh uang banyak untuk mendapatkan salah satu lukisannya. 

Pada 1987, salah satu lukisan karyanya, Sunflowers, bahkan terjual dengan harga hingga 40 juta dollar di balai lelang Christie. Tetapi Van Gogh tidak menyaksikan semua kesuksesan itu, karena telah meninggal bertahun-tahun sebelumnya… dalam keadaan miskin karena tak mampu menjual karya lukisnya!

Salah satu lukisan terkenal Van Gogh adalah lukisan potret dirinya, yang memperlihatkan perban menutupi telinganya. Ada apa dengan telinga Van Gogh?

Seperti yang disebutkan di atas, perkembangan lukisan Van Gogh mencapai puncaknya ketika ia tinggal di Arles, Prancis. Ia pindah ke sana pada tahun 1888, dan tinggal bersama Paul Gauguin, seniman yang jadi sahabatnya. Sepasang sahabat itu menjalani kehidupan dengan rukun dan menyenangkan, sampai kemudian terjadi perselisihan di antara mereka. 

Itu masa-masa buruk bagi Van Gogh, karena pada waktu itu dia mulai merasa dirinya gila. Dua orang dokter yang merawatnya mendiagnosis Van Gogh menderita epilepsi yang cukup parah. 

Sampai kemudian, dalam suatu pertengkaran, Van Gogh sempat mengancam Gauguin dengan pisau. Pertengkaran itu tidak berlanjut, tetapi Van Gogh sangat menyesali perbuatannya, sehingga memotong telinganya sendiri.

Setelah itu, dengan kebingungan, ia memasukkan potongan telinganya ke dalam amplop, lalu dengan sinting menyerahkannya kepada wanita setempat. Si penerima langsung pingsan begitu mengetahui isi amplop yang diterimanya. Van Gogh selamat dari kecelakaan tragis itu, namun ia harus membebatkan perban pada telinganya yang luka, dan pada waktu itulah ia melukis potret dirinya.

Beberapa bulan setelah kejadian itu, Van Gogh merasa dirinya semakin gila, sampai akhirnya memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya di rumah sakit jiwa Saint Paul-de-Mausole di Saint-Rémy-de-Provence, Prancis. 

Di rumah sakit jiwa itu ia tetap melukis, bahkan menghasilkan 150 lukisan dalam setahun. Namun, perasaan depresi kemudian membuatnya menembak diri sendiri pada 27 Juli 1890, dan meninggal dua hari kemudian.

Ia mati sendirian, dalam keadaan depresi di rumah sakit jiwa, serta miskin karena tak mampu menjual lukisannya. Seumur hidup, satu-satunya lukisan yang berhasil dijualnya hanya Red Vineyard at Arles—uangnya habis dalam beberapa hari untuk makan. Sering kali kehidupan para genius memang tragis.

Related

History 6479366356874080035

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item