Krisis yang Terjadi di Bumi Bisa Menyebabkan Manusia Jadi Kanibal


Naviri Magazine - Seorang peneliti Swedia mengajukan pertanyaan kontroversial di sebuah acara seminar. "Bisakah kita membayangkan bahwa kita akan memakan daging manusia?" tanya dia.

Magnus Söderlund adalah peneliti perilaku manusia dari Stockholm School of Economics, yang memberi pertanyaan itu di acara Gastro Summit di Stockholm, Swedia. 

Ia mengatakan bahwa konsekuensi dari semakin meningkatnya temperatur global adalah makanan akan semakin sulit didapat. Hal ini akan membuat manusia terpaksa mencari alternatif lain.

Menurut Söderlund, alternatif lain itu bisa termasuk serangga semacam belalang, atau cacing. Tapi, ia menambahkan, alternatif lain itu juga termasuk daging manusia. Söderlund mengatakan bahwa dengan terbiasa memakan daging manusia, orang-orang mungkin akan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak begitu tabu.

Söderlund tidak meneliti nutrisi atau nilai ekonomi dari suplai global makanan manusia. Ia mempelajari reaksi psikologi orang, seperti para peserta Gastro Summit, ketika mendapat pertanyaan tersebut.

Sebenarnya, ide untuk menggunakan kanibalisme untuk menyuplai makanan manusia bukan hal baru. Pada 2018 lalu, ahli biologi evolusi Richard Dawkins membuka pertanyaan apakah mungkin untuk membuat daging dari sel manusia di laboratorium untuk dikonsumsi.

Sama seperti Söderlund, Dawkins juga menganggap ide kanibalisme sebagai suatu hal yang menarik. Hal ini, menurut Dawkins, bisa mengungkap apakah manusia bisa melawan faktor jijik untuk melakukan suatu hal yang dianggap baik, seperti mengurangi emisi gas rumah kaca.

Meski begitu, ide kanibalisme penuh masalah. Genevieve Guenther, direktur End Climate Silence, organisasi nonprofit yang peduli pada perubahan iklim, mengatakan bahwa kanibalisme bukan solusi bagi perubahan iklim.

"Memberi ide bahwa kanibalisme adalah solusi bagi perubahan iklim, sama buruknya dengan menentang bahwa perubahan iklim benar-benar ada," ujar Guenther sebagaimana dilansir Business Insider.

"Saya rasa ini seharusnya tidak ditanggapi serius," lanjut dia.

Bagi Dawkins dan Söderlund, kanibalisme mungkin menjadi cara untuk mempersiapkan masa depan ketika sejumlah sumber makanan hilang. Sebab, di masa depan, bencana akibat perubahan iklim seperti banjir, kekeringan, dan panas ekstrem, akan semakin sering terjadi. Hal itu bisa membuat sejumlah hasil pertanian dan perkebunan jadi sulit tumbuh.

Söderlund memberi saran untuk mengambil daging dari mayat manusia, dan menjadikannya makanan bagi manusia lain. Sedangkan Dawkins menyarankan untuk mengembangkan sebuah sel dari manusia, dan menjadikannya daging di laboratorium.

Tapi, tentu saja ada masalah etis di balik dua saran itu.

"Ide bahwa kita bisa melakukan hal ini, secara sistematis dan rasional sangat absurd," kata Guenther. “Ini bisa berarti bahwa kebudayaan kita telah turun menjadi barbar," lanjut dia.

Di samping itu, banyak cara lain, yang tidak separah itu, yang bisa memastikan manusia bisa memiliki cukup makanan di masa depan.

Misalnya, dengan meningkatkan cara kita mengelola makanan. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), yang dibentuk Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), pernah menerbitkan laporan bahwa seperempat makanan di seluruh dunia terbuang. Jadi, dengan meningkatkan cara makanan dipanen, disimpan, dan dikirim, kita bisa mengatasi masalah kekurangan makanan, tulis laporan itu.

Selain itu, ide kanibalisme juga bisa berbahaya bagi manusia. Sebab, ada penyakit mematikan yang berhubungan dengan praktik memasak dan memakan daging manusia.

Tetapi, perubahan iklim pernah mendorong para pendahulu manusia modern untuk melakukan kanibalisme. 100.000 tahun lalu, Bumi mengalami peningkatan drastis temperatur global yang membuat banyak spesies besar punah.

Hal ini membuat sejumlah manusia Neanderthal di Eropa Barat tidak memiliki sumber makanan yang konsisten. Menurut hasil riset yang dipublikasikan di Journal of Archaeological Science pada April 2019, kondisi ini membuat manusia Neanderthal melakukan praktik kanibalisme.

Kendati demikian, Guenther mengatakan jika masyarakat modern sekarang melakukan kanibalisme, ini berarti kebudayaan manusia sudah berada di tahap sangat parah akibat perubahan iklim.

"Jika kita sampai pada titik di mana kita menjadikan mayat manusia sebagai sumber makanan, kita berarti memiliki masalah yang lebih besar di tangan kita," ujar Guenther.

"Ini berarti bahwa kita telah gagal memitigasi krisis iklim," imbuhnya.

Related

Science 131698434929266972

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item