Kisah Nyata Orang-orang yang Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Nyata Orang-orang yang Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Ernest Shackleton

Ernest Shackleton adalah seorang penjelajah Anglo-Irlandia yang pada tahun 1914 merencanakan ekspedisi Trans-Antartika. Dalam ekpedisinya tersebut, kapal “Endurance” miliknya terjebak dalam es beku selama 10 bulan, sebelum es jadi lunak dan kapal bisa melanjutkan kembali perjalanannya. 

Kemudian mereka terdampar kembali selama 5 bulan. Karena perbekalan semakin menipis dan pertolongan tidak kunjung datang, dia memerintahkan 3 anak buahnya untuk mencari pertolongan dengan kapal kecil atau perahu ke pulau terdekat, Pulau Gajah. 

Pulau tersebut ternyata tidak berpenghuni. Kemudian dia memerintahkan kembali 5 anak buahnya untuk menjemput ke 3 orang tadi. Dengan berjalan kaki selama 17 hari atau berjarak 800 mil menerobos ganasnya cuaca terburuk di dunia sebelah utara pulau Georgia, akhirnya mereka menemukan stasiun atau pangkalan pengamatan, dan diselamatkan atas bantuan pemerintah Chili. 

Dari 28 orang yang ikut dalam ekspedisi tersebut, tidak satu orang pun yang tewas. Setelah penjelahan yang heroik tersebut, pada tahun 1921 dia kembali ke benua tersebut dalam rangka penelitian dan program ilmiah. Sebelum ekspedisi berjalan, dia keburu tewas karena serangan jantung, dan pihak keluarga meminta dia dikuburkan di sana.

Lebih dari 40 tahun setelah penjelajahan Trans Antartika yang dipimpin Ernest
Shackleton, ada penjelajah Trans-Antartika kembali oleh Commonwealth pada tahun 1955-1958. Yang artinya tidak sembarangan orang dapat pergi ke sana pada waktu itu.

John Adams and the Bounty Mutineers

Setelah pemberontakan di Inggris yang terkenal di 1789, dan beberapa bulan berlayar di sekitar timur pulau Fiji, John Adams dan kapal The Bounty Mutineers memutuskan untuk menetap di Kepulauan Pitcairn, untuk menghindari Angkatan Laut Inggris. Mereka membakar perahu, dan karam di dasar laut. 

Mereka yang ada di pulau tersebut adalah 9 kru kapal 6 orang pria Tahiti, dan 11 wanita. Satu di antaranya mempunyai seorang bayi. Singkat cerita, mereka tidak bisa kembali, dan hidup menetap, mempunyai keturunan di pulau tersebut. Karena populasinya yang terus meningkat, banyak dari penduduknya yang tinggal di Australia dan New Zealand.

Kemudian, pada 1808, kapal “Topaz” tiba di Pulau Pitcairn, dan menemukan tempat Adams menetap dengan masyarakat yang damai. Angkatan Laut Inggris atau Royal Navi memberikan grasi kepadanya pada tahun 1825, dan dia meninggal empat tahun kemudian.

Ibu kota Pitcairn, Adamstown, adalah nama untuk John Adams.

Jan Pelgrom and Wouter Loos

Pada tahun 1629, kapal Batavia atau Hindia Belanda/Indonesia dengan 316 awak kapal hancur dan terdampar di sebelah barat pantai Australia barat, tepatnya di pulau Abrolhors. Kebanyakan dari mereka selamat. 

Mereka dipimpin oleh orang yang sangat jahat, Jeronimus Kornelius. Singkat cerita, sebelum bantuan tiba, sebanyak 125 perempuan dan anak-anak tewas dan dikubur secara masal. Karena kekejamannya di pulau tersebut, Jan Pelgrom dan Wouter Loos melarikan diri, dan tiba di benua Australia, menetap, dan tinggal bersama suku Aborigin.

Kemungkinan, kedua pria tersebut adalah orang Eropa pertama yang menetap di benua Australia, sebelum kedatangan pelaut dari Inggris dengan membawa tahanan pada tahun 1788, yang dijadikan koloni Inggris.

Juana Maria

Pulau San Nicholas tadinya adalah pulau yang makmur. Karena konflik berdarah dengan pemburu anjing laut Rusia, jumlah penduduk di pulau tersebut turun drastis, hanya menjadi 20 orang dari 1.835 penduduk asli amerika (penduduk di sana menentang perburuan anjing laut di perairannya). 

Pada tahun 1835, atas perintah Charles Hubbard di Santa Barbara, Amerika memutuskan untuk mengadakan misi penyelamatan ke pulau San Nicholas tersebut, guna mengambil sisa penduduk yang masih hidup. Ketika kapal sampai di pulau tersebut, seluruh penduduk diangkut ke kapal, tetapi meninggalkan Juana Maria seorang diri di pulau tersebut, karena badai yang cepat datang.

Pada tahun 1850, seorang misionaris dari Santa Barbara, pastur Gonzalez, memerintahkan Thomas Jeffries untuk mencari Juana Maria, dengan bayaran 200 US$, tetapi gagal. Meskipun gagal, sekembalinya dari ekspedisi tersebut Thomas Jeffries bisa menceritakan semua kendalanya. 

Pada tahun 1853, ekspedisi yang dipimpin kapten George Ndiver berhasil sampai di pulau San Nicholas, dan menemukan jejak kaki. Betapa terkejutnya sang kapten mendapati seorang perempuan mengenakan pakaian dari kulit dan bulu itik liar yang dijahit bersama. Ia tinggal di tempat yang terbuat dari tulang ikan paus. 

Setelah dibawa ke Santa Barbara, 7 hari berikutnya ia meninggal karena disentri. Sebelum meninggal, ia dibaptis dengan nama Juana Maria. Tidak banyak cerita yang dikupas dari keterangan Juana Maria karena keterbatasan bahasa, nama aslinya pun tidak ada yang tahu.

John F. Kennedy and Crew 

Pada 1943, John F. Kennedy kala itu masih berusia 26 tahun, sebagai nakhoda Kapal PT-109. Pada suatu malam, kapal perusak Jepang tiba-tiba muncul dan menghancurkan kapal PT-109 yang diawaki para kru JFK. Sebanyak 2 orang awak kapal tewas di TKP, sementara yang selamat dan luka-luka terjun ke air dan mengayuh reruntuhan kapal mereka ke sebuah pulau terdekat, berjarak 6 km! 

Dengan hiu dan buaya yang mengancam, akhirnya mereka sampai ke pulau terdekat, setelah menempuh perjalanan selama 5 jam. Selama 2 hari mereka tanpa makan dan minum di pulau tersebut. 

Lalu, dengan gagasan JFK, mereka mencari pulau yang lebih besar, yang kala itu bernama Olasana, dan dapat bertahan hidup dengan memakan buah kelapa. Mereka semua ditemukan oleh para anggota Pramuka setelah 6 hari.

Related

History 3827180360947103832

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item