Asal Usul Lahirnya Bukit Algoritma yang Akan Jadi Pusat Teknologi di Indonesia (Bagian 2)

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya ( Asal Usul Lahirnya Bukit Algoritma yang Akan Jadi Pusat Teknologi di Indon...


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Asal Usul Lahirnya Bukit Algoritma yang Akan Jadi Pusat Teknologi di Indonesia - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Bangunan yang mangkrak di sekeliling kebun, kata Dhanny, adalah bonus bagi para mitra yang berinvestasi. Ibaratnya, kata dia, beli kebun gratis rumah atau vila. Sayangnya, rencana ini tak selamanya mulus. Peminatnya masih segelintir, terbukti dari banyak bangunan terbengkalai. Dhanny menyalahkan akses jalan. 

“Makanya saya berharap Tol Bocimi [Bogor-Ciawi-Sukabumi] segera beroperasi,” katanya. “Jika sudah beroperasi, akses makin mudah dan kami optimis peminat semakin banyak.” 

Dhanny mengaku tak terlalu memusingkan profit. Ia bilang berbisnis harus melihat prospek jangka panjang. “Bisnis sawit itu paling tidak 10 tahun baru bisa optimal,” katanya. 

Tahun ini, kata Dhanny, kebun sawitnya memasuki masa puncak produktif dan siap dipanen. Hasil dari kebunnya sempat dijual ke PTPN VIII sebagai mitra utama. Belakangan, karena embargo sawit di Eropa dan harga pasaran jatuh, ia harus menjual hasil kebunnya hingga ke Lampung. 

Bertemu Budiman Sudjatmiko dan Melahirkan Proyek ‘Bukit Algoritma’ 

Saat keluarga Handoko kesulitan mengembangkan lahan ekowisata dan berburu di Cikidang, jalan keluarnya bertemu dengan apa yang diimpikan politikus Budiman Sudjatmiko. Budiman mendeklarasikan Inovator 4.0, sekumpulan pegiat inovasi digital dengan jargon “Kerja dan Membangun Indonesia dengan Data”, pada September 2018. 

Dhanny, yang hanya mendengar di media soal deklarasi tersebut, tertarik dengan konsep Inovator 4.0. Ia mengaku tak mengenal Budiman secara personal sebelumnya. “Saya kenal dia lewat temannya teman, lah,” kata Dhanny. “Karena tertarik lewat gagasan tersebut, saya minta dikenalkan. Dari obrolan itu muncul gagasan soal Bukit Algoritma.” 

“Waktu itu saya cuma baca-baca di berita, Budiman mencari inovator. Maka, saya tawarkan ruang untuk tumbuh kembang. Dan tercapailah kesepakatan itu. Budiman sudah memperkenalkan investor-investor dan diaspora yang saat ini tengah belajar atau bekerja di luar negeri.” 

Keduanya lantas bertemu di kantor pengacara Dhanny di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, sekira awal 2019. Budiman menyambut tawaran Dhanny. 

“Di sana [Cikidang] sudah ada enam gedung, satu hotel, dan 120 rumah kebun. Jadi nanti ini kayak kampus, bukan industri,” kata Budiman. “Jadi kami mengajak investasi sumberdaya manusia, tak cuma di perkotaan tapi juga ekosistem desa.” 

Investor nantinya, kata Budiman, bisa membeli, menyewa, atau melakukan bagi hasil. Ia mengatakan saat ini sudah ada investor asal Kanada yang sudah menandatangani perjanjian. Ia menolak memberikan nama investor dengan alasan non-disclosure agreement. 

Salah satu ilmuwan yang telah diajak oleh Budiman adalah Iding Achmad Haidir, ahli konservasi satwa liar dan keanekaragaman hayati yang baru saja lulus dari Universitas Oxford. Iding menyambut baik tawaran Budiman untuk turut mengembangkan Bukit Algoritma. 

“Saya waktu itu diajak teman saya yang dosen di ITB, katanya, ‘Ini ada yang mencari ilmuwan untuk membuat inovasi.’ Saya lalu ketemu Budiman dan setelah mendengarnya, saya sepakat dengan idenya,” kata Iding. 

Iding selama ini membandingkan, ilmuwan lulusan luar negeri yang pulang ke Indonesia hanya bekerja di sektor administratif di lembaga negara tanpa memakai ilmu yang telah dipelajari untuk berkontribusi terhadap sains. Ekosistem di ‘Bukit Algoritma’, menurutnya, bisa memberi ruang inovasi teknologi yang selama ini tidak didukung oleh industri. 

“Pas saya di Oxford, saya diberi ruang sendiri untuk mengerjakan penelitian dan tidak setiap hari membuat laporan. Kalau di Indonesia, setiap hari Anda harus membuat laporan, rapat, tak ada ruang untuk berinovasi. ‘Bukit Algoritma’ ini jadi kesempatan untuk menjadi center of excellence.” 

Membentuk Kerja Sama Operasional bernama PT Kiniku Bintangraya 

Demi memuluskan proyek ‘Bukit Algoritma’, Budiman dan Dhanny sepakat mendirikan kerja sama operasional (KSO) antara PT Bintangraya Lokalestari dan PT Kiniku Nusa Kreasi bernama PT Kiniku Bintangraya. 

PT Kiniku Nusa Kreasi mulai beroperasi pada 2018 dengan memusatkan diri pada industri elektronika, teknologi informasi, telekomunikasi dan pemasaran, termasuk akses yang baik dalam jaringan rantai pemasok komponen smartphone. 

Tedy Tri Tjahyono, menjabat Sekjen Inovator 4.0, duduk sebagai direktur, sementara Budiman sebagai direktur utama. Selain kedua orang ini ada Dani Firmansyah dan Mariyanto selaku pemegang saham dan menjabat direktur dan komisaris. Budiman mengatakan KSO baru dibentuk awal April tahun ini dan sudah didaftarkan di notaris. 

“Cuma belum didaftarkan ke Ditjen AHU saja,” jawabnya. “KSO ini nantinya yang akan jadi pengelola. Kiniku Nusa Kreasi yang akan mengelola dana investasi, sementara Bintangraya selaku pengelola lahan.” 

Saat ini hanya Budiman, Tedy, dan Dhanny yang mengisi jabatan direksi. KSO ini telah menggandeng perusahaan konstruksi pelat merah PT Amarta Karya (AMKA). Keduanya telah menandatangani nota kesepahaman pada 7 April. Budiman mengaku telah menghubungi setiap BUMN yang bergerak di bidang konstruksi, tapi hanya Amarta Karya yang merespons dan tertarik dengan proyek tersebut. 

Kendati menjadi salah satu BUMN tertua yang didirikan pada 1962, hasil nasionalisasi NV Constructie Werk Plaatsen De Vri'es Robbe Lindeteves, nama AMKA relatif tidak terlalu terdengar dalam kancah industri infrastruktur Indonesia. Nikolas Agung, Direktur Utama PT Amarta Karya, mengatakan perusahaan memang tengah “tidur dan mencoba bangkit.” 

Nikolas baru menjabat sebagai direktur selama enam bulan setelah sebelumnya di PT Wijaya Karya (WIKA). Ia mengaku baru bertemu Budiman lewat seorang kawan beberapa saat sebelum penandatanganan kontrak. 

“[Kita] memang harus mulai memikirkan proyek teknologi tinggi. Proyek prestisius, proyek yang monumental. Ada kecocokan kami di situ. Saya berterima kasih sekali sama Budiman karena mempercayakan Amarta Karya untuk menjadi mitra utama dalam pembangunan Bukit Algoritma,” kata Nikolas. 

Nikolas mengatakan, dua hari setelah penandatanganan kontrak, tim Amarta Geospasial Solution telah melakukan pemetaan. “Kami sudah capture data, koordinat yang sesuai feasibility study awal. Dari situ kami sudah mulai mapping, jalannya, volume, jalan tol ke kawasan, termasuk kavling siap bangun, termasuk gedung-gedung. Kami sudah dapat koordinatnya,” jelas Nikolas. 

AMKA nantinya, jelas Nikolas, bertugas membangun infrastruktur terkait dengan akses jalan dalam kawasan, pematangan lahan, penyiapan pembangkit listrik, jaringan listrik di lokasi proyek, air bersih, air kotor, manajemen sampah, dan beberapa gedung penunjang. Tahap pertama ini, klaimnya, bisa beres tiga tahun. 

Saat ditanya kekhawatiran soal proyek bisa saja mangkrak, Nikolas mengaku optimis sebab KSO sudah memiliki lahan yang aman untuk pembangunan. “Tinggal dijalankan saja,” katanya. “Kenapa saya berani bilang jalan? Karena perusahaan KSO Budiman sudah ada lahan clean and clear. Investasi ada, lahan clear, proyek maju terus.” 

Budiman mengklaim, dalam tiga tahun dana sebesar Rp18 triliun bisa masuk tanpa sepeser pun membebani APBN. “Investor sudah kami carikan,” katanya. “Amerika, Eropa, Asia, Timur Tengah… itu banyak yang tertarik.” 

“Sebentar lagi groundbreaking,” tambah Budiman. “Kemungkinan Mei 2021. Habis itu sudah ada startup yang akan masuk, mungkin setelah Lebaran.” 

Adapun Dhanny Handoko juga sudah membuat angan-angan: “Nanti 60 persen untuk Bukit Algoritma, 40 persen untuk ruang terbuka hijau seperti perkebunan dan tanah pekarangan.” 

Related

News 8111964715968130340

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item