Kisah dan Rahasia Sukses Warren Buffett, Miliuner dan Investor Terhebat di Dunia


Naviri Magazine - Nama lengkapnya Warren Edward Buffett. Ia lahir di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat, pada 30 Agustus 1930. Dikenal sebagai orang hebat dalam bidang investasi, Warren Buffett telah menunjukkan kecerdikannya sejak remaja, bahkan telah memulai bekerja sejak kecil. Di masa kecilnya, Buffett ikut bekerja di toko grosir milik kakeknya, Ernest Platt Buffett.

Memasuki usia 11 tahun, Warren Buffett bekerja mandiri sebagai loper koran, dan mulai belajar bermain saham. Di sela-sela waktunya menjadi loper koran, dia suka berkeliling di sekitar lapangan golf, mencari bola golf yang hilang, kemudian menjualnya dengan harga murah ke pemain golf. 

Karena ketekunannya bekerja sejak kecil, dan kesabarannya mengumpulkan uang, Buffett telah memiliki tabungan sebesar 1.200 dollar ketika berusia 14 tahun. Uang itu kemudian ia belikan tanah pertanian, yang lalu ia sewakan pada petani lokal. Dari situ, Buffett mulai mendapatkan passive income.

Warren Buffett bersekolah di Rose Hill Elementary School pada 1942 di Omaha. Setelah itu, ia melanjutkan studi di Alice Deal Junior High School, dan berlanjut di Woodrow Wilson High School, hingga lulus dari University of Pensylvania dan University of Nebraska. 

Masih belum cukup, ia lalu mendaftar kuliah di Columbia University, ketika tahu bahwa Benjamin Graham dan David Dodd—yang merupakan analis keuangan terkemuka kala itu—mengajar di sana. Buffett lulus dari Columbia University pada 1951, dengan meraih gelar Master of Science di bidang ekonomi.

Dengan semua pengetahuan yang diperolehnya dari pendidikan, dan dengan semua pengalaman bisnis yang pernah dilaluinya, Buffett kemudian mendirikan perusahaan Berkshire Hathaway pada 1962, dan memegang saham perusahaan tersebut sebesar 38 persen. Melalui Berkshire Hathaway, Buffett membeli perusahaan asuransi, perusahaan permata, utilitas, hingga perusahaan makanan.

Perusahaan-perusahaan yang dibelinya selalu diperbaiki hingga sebaik mungkin, fundamental bisnisnya ditingkatkan, sehingga kinerja keuangannya meningkat. Perusahaan-perusahaan yang semula nyaris bangkrut bisa berubah menghasilkan keuntungan setelah ditangani Warren Buffett, hingga menarik minat para investor. 

Karena kemampuan itu pula, saham Berkshire Hathaway—perusahaan induk yang digunakan Buffett untuk mengakuisisi berbagai perusahaan lain—terus meroket naik di pasar modal. Pada Juli 2007 sampai Januari 2008, misalnya, nilai saham Berkshire Hathaway melejit hingga 35 persen. Kemudian, pada Desember 2010, harga sahamnya menembus level tertinggi sepanjang masa, menjadi 150.000 dollar per lembar.

Dalam berbisnis, Buffett punya prinsip unik, yang ia sebut “dua aturan”. Aturan pertama, jangan pernah rugi dalam berbisnis. Aturan kedua, jangan pernah lupa aturan pertama. 

Menggunakan aturan yang dibuatnya sendiri itu, Buffett terbiasa bermain untuk jangka panjang, karena ia menyadari bahwa permainan jangka pendek—dalam bisnis—tidak menguntungkan. 

Kenyataan itu telah ia pelajari sejak berusia 11 tahun, ketika ia membeli saham pertamanya, Cities Services, seharga 38,25 dollar per lembar. Setelah itu, dia menjual kembali saham tersebut seharga 40 dollar. Ternyata, harga saham yang dijualnya naik terus, dan beberapa tahun kemudian mencapai 200 dollar per lembar. 

Kenyataan itu memberinya pelajaran untuk tidak terburu-buru melepas saham. Hal itu bisa dibilang kebalikan dari kebiasaan yang dilakukan kebanyakan pemain saham lain, yang selalu buru-buru menjual sahamnya ketika melihat harga naik sedikit. 

Warren Buffett melakukan langkah sebaliknya—ia tak pernah buru-buru melepas sahamnya, karena ia berinvestasi untuk jangka panjang, pada saham-saham perusahaan yang produknya ia kenal dengan baik.

Kenyataan itu pula yang menjadikan Warren Buffett tidak pernah mau membeli saham Microsoft atau perusahaan dotcom, ketika era internet mulai mendunia. Langkahnya itu pernah ditertawakan para investor lain, tapi terbukti langkah Buffett justru menghindarkannya dari kerugian. 

Pada awal tahun 2000-an, ketika bisnis dotcom mengalami kehancuran, banyak investor yang mengalami kerugian besar, sementara Warren Buffett selamat, karena tidak ikut-ikutan berinvestasi di bidang itu.

Investasi jangka panjang, bagi Buffett, sama dengan membeli bisnis. Meski dia dikenal sebagai pakar investor di bidang saham, namun Buffett tidak mau berprinsip membeli saham, melainkan membeli bisnis. 

Sebagai misal, Buffett tetap mempertahankan sahamnya di Coca-Cola, meski saham perusahaan tersebut jatuh pada 1998-1999. Buffett bersandar pada tren jangka panjang, dan keyakinannya terbukti bahwa sahamnya di Coca-Cola akhirnya mencetak keuntungan.

Kini, setelah bertahun-tahun terkenal sebagai investor hebat dan berhasil mengumpulkan kekayaan hingga 72,7 miliar dollar, Warren Buffett pun dikenal sebagai salah satu orang paling kaya di dunia, sekaligus pakar investor yang sulit ditandingi. 

Menyangkut kekayaannya, Warren Buffett pernah menyatakan bahwa dia akan menyumbangkan hartanya setelah meninggal. Namun, pada Juni 2006, dia mempercepat niat itu. 

Dia menyumbangkan sebagian besar sahamnya di Berkshire Hathaway hingga 31 miliar dollar. Dia menyumbangkan derma itu melalui yayasan milik Bill Gates, yaitu Bill and Melinda Gates Foundation. Buffett memang berkawan karib dengan Bill Gates serta istrinya.

Meski terkenal sebagai orang kaya-raya, namun Warren Buffett juga terkenal sebagai pribadi bersahaja. Ia tinggal di rumah sederhana yang ia beli 40 tahun lalu, di Omaha. Selain sosoknya yang bersahaja, kehidupan pribadi Warren Buffett juga cukup unik. Dia menikah dengan Susie Thompson pada 19 April 1952. Mereka memiliki 3 orang anak, yaitu Susan Buffet, Howard Graham Buffet, dan Peter Buffet.

Pada 1977, Susie Thompson meninggalkan Warren Buffett, dan pindah ke San Francisco. Mereka tidak lagi tinggal satu atap, namun secara hukum tidak pernah bercerai, hingga Susie kemudian meninggal pada 2004. 

Sebelum meninggal, Susie sempat memperkenalkan Buffett dengan seorang temannya, Astrid Menks, yang bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe di Omaha. Satu tahun setelah Susie meninggalkan Buffett, Astrid Menks hidup bersama Buffett, atas restu Susie, dan mereka masih hidup bersama sampai sekarang.

Related

Figures 3908465782204350806

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item