Kisah George Soros, Pakar Keuangan Paling Kontroversial di Dunia


Naviri Magazine - Dia dipuji sebagai ahli keuangan hebat, pakar investasi brilian, tapi juga dituduh sebagai biang keladi hancurnya perekonomian di banyak negara. Dialah George Soros, sosok kontroversial yang dikagumi sebagian pihak, dan dicaci pihak lain. 

Terlepas dari hal itu, dia berhasil mengumpulkan kekayaan dalam jumlah besar, mencapai 24,2 miliar dollar, dan namanya masuk dalam daftar orang-orang terkaya di dunia.

Ayah George Soros seorang pengacara. Dalam perang yang meletus di Rusia (selama Perang Dunia I), ayah George Soros sempat menjadi tawanan perang, tapi berhasil melarikan diri ke Budapest, Hongaria. Di Budapest itulah George Soros terlahir dengan nama György Schwartz, pada 12 Agustus 1930. Pada waktu Soros berusia 14 tahun, perang meletus di Hongaria. 

Tentara Soviet dan Nazi Jerman menggeledah rumah-rumah dan menangkapi orang-orang Yahudi. Keluarga Soros termasuk keturunan Yahudi yang masuk dalam razia pasukan Nazi. Soros berhasil selamat, setelah ayahnya membayar seorang pegawai Kementerian Pertanian Hongaria, yang kemudian membawanya kabur ke Inggris.

Di Inggris, George Soros hidup dalam kemiskinan, terlunta-lunta di jalanan. Beruntung, seorang pamannya membantu. Sang paman menyekolahkannya, hingga Soros mengenyam pendidikan di London School of Economics. 

Di kampus itu, Soros belajar ilmu ekonomi, hingga meraih gelar Bachelor of Science pada tahun 1952. Sedang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Soros menjadi pelayan restoran dan portir kereta api. 

Lulus dari kuliah tidak membuat Soros mudah mendapat pekerjaan. Dia mengirimkan lamaran ke berbagai tempat, juga menjalani berbagai profesi, dari penjaga toko souvenir sampai bekerja di bank Singer & Friedlander. 

Sampai kemudian, Soros memutuskan pindah ke New York, AS. Di sana ia kemudian bekerja sebagai analis pada perusahaan Wertheim sejak tahun 1959. Pada pekerjaan itulah dia mulai menemukan keahliannya, yaitu ketajaman dalam analisis keuangan.

Selama masa-masa itu pula, Soros mulai intens mempelajari analisis keuangan. Pada masa kuliahnya dulu, dia pernah mempelajari tesis karya Karl Popper mengenai theory of reflexivity, yaitu ide pencarian untuk menjelaskan hubungan antara pemikiran dengan realitas, yang digunakan sebagai dasar untuk memprediksi meletusnya gelembung ekonomi (economic bubbles). Soros berpikir untuk menerapkan teori itu di dunia keuangan dan investasi. 

Pada 1973, setelah cukup mengumpulkan uang dari pekerjaannya sebagai analis, Soros mengundurkan diri dari tempatnya bekerja, dan mendirikan perusahaan investasi yang kemudian dikenal dengan nama Quantum Fund. 

Targetnya adalah menghasilkan uang sekitar 500 ribu dollar dalam waktu lima tahun di Wall Street. Target itu tercapai. Pada akhir 1970-an, kekayaan George Soros telah mencapai 100 juta dollar.

Selain mendirikan perusahaan Quantum Funds, Soros juga mendirikan perusahaan lain, Soros Fund Management. Dua perusahaan itu mengalami perkembangan pesat dan terus membesar. 

Akhir 2006, Soros Fund Management membeli sekitar 2 juta saham Halliburton, suatu perusahaan multinasional raksasa AS yang menjadi kontraktor berbagai perusahaan minyak di dunia. Pada 2007, Quantum Funds meraih laba hampir 32 persen, dan mendatangkan kekayaan bersih sebesar 2,9 miliar dollar.

Kemampuan Soros dalam memprediksi pecahnya “economic bubbles”—sebagaimana yang telah dipelajarinya—merupakan modal utama untuk mengeruk kekayaan. Dia melakukan investasi di wilayah yang ekonominya sedang berkembang. Ketika perkembangan itu sudah mulai tidak wajar, ia segera menarik dana investasinya sebelum perkembangan ekonomi tersebut pecah. 

Kenyataan itulah yang kemudian menjadikan George Soros sering dituduh sebagai penyebab krisis, karena begitu dia menarik investasi miliknya, tak lama kemudian krisis terjadi di tempat itu.

Terlepas dari hal itu, George Soros telah membuktikan bahwa dia memang pakar investasi yang hebat. Melalui dua perusahaan investasi yang dimilikinya, dia menanam dan memainkan uang di berbagai negara untuk mengeruk keuntungan. Dia juga memiliki banyak perusahaan yang tersebar di berbagai negara. 

Analisis-analisis George Soros yang sering tepat bahkan menjadikannya dianggap sebagai “peramal ekonomi”. Sebelum krisis keuangan global terjadi pada tahun 2008, misalnya, jauh-jauh hari George Soros telah mengingatkannya dalam buku-buku yang dia tulis.

Mula-mula, George Soros mengingatkan akan datangnya badai ekonomi pada 2008, dalam bukunya yang pertama, The Alchemy of Finance, yang terbit pada 1987. Satu tahun kemudian, dia kembali memberi peringatan, dalam buku kedua, berjudul The Crisis of Global Capitalism. 

Lalu dalam buku ketiganya, The New Paradigm for Financial Markets, dia kembali memberi peringatan mengenai akan adanya “gelembung super” yang akan meledak pada 2008. 

Selama waktu-waktu itu, para ahli ekonomi, keuangan, dan perbankan tidak menghiraukan, bahkan tidak percaya peringatan-peringatan Soros. Sampai kemudian mereka terbelalak saat badai ekonomi itu benar-benar datang pada 2008, yang membuktikan prediksi Soros memang benar.

Kini, saat usianya telah senja, George Soros masih aktif dalam dunia keuangan, khususnya valuta asing. Dengan kekayaannya yang luar biasa, George Soros juga membangun yayasan amal bernama Soros Foundation, yang telah menyumbang jutaan dollar di berbagai negara.

Related

Figures 7473970961793199617

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item