Arab Saudi dan Uni Eropa Izinkan Masuk Orang yang Sudah Divaksin, Tapi Vaksin Asal China Tak Berlaku


Naviri Magazine - Ada berbagai jenis vaksin Covid-19 yang saat ini beredar dan mendapat persetujuan dari WHO untuk penggunaan darurat dalam mengurangi angka infeksi Covid-19. 

Tiap negara memiliki kebijakan sendiri-sendiri dalam memilih jenis vaksin yang ada. 

Namun karena banyak jenis vaksin dengan tingkat efikasi yang berbeda-beda pula membuat tidak ada kata sepakat soal vaksin yang berlaku secara internasional. 

Uni Eropa dan Arab Saudi bersiap membuka pintu negara mereka bagi warga internasional namun dengan syarat sudah harus divaksin. 

Sayangnya baik izin masuk Uni Eropa dan Arab Saudi tidak berlaku bagi mereka yang sudah divaksinasi dengan vaksin dari China. 

Sementara itu vaksin yang banyak beredar saat ini merupakan vaksin buatan China. 

Tidak hanya itu para pelaku perjalanan internasional yang datang ke Uni Eropa dan Arab Saudi banyak yang menggunakan vaksin dari China. 

Ada pun daftar vaksin yang memenuhi syarat masuk ke Arab Saudi adalah Pfizer, AstraZeneca, Moderna dan Johnson & Johnson. 

Lima vaksin asal China tidak ada dalam daftar. Termasuk di dalamnya Sinovac dan Sinopharm yang saat ini banyak digunakan oleh warga dunia. 

Kemudian pada 19 Mei 2021, Uni Eropa juga setuju untuk mengurangi pembatasan perjalanan terhadap pengunjung asing menjelang musim panas. 

Blok tersebut hanya menerima vaksin yang disahkan oleh European Medicine Agency (EMA), dan tidak termasuk vaksin buatan China. 

Terlepas dari rantai suplai yang cepat dan responsif, vaksin China tidak dinilai efektif oleh syarat perjalanan Uni Eropa dan Arab Saudi. 

Setelah pengumuman itu, Menteri Luar Negeri Pakistan pun meminta kerajaan Arab Saudi untuk memasukkan vaksin China ke dalam daftar, karena vaksin itu banyak digunakan negaranya. 

Malaysia juga menyuarakan keprihatinan yang serupa, saat Pemerintahnya berupaya mendiskusikan masalah ini dengan Arab Saudi. 

Hal itu disampaikan Menteri Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi Malaysia, Khairy Jamaluddin. 

“Jika mereka telah terdaftar atau telah divaksin dengan Sinovac, kami akan membahas masalah ini dengan Pemerintah Arab Saudi sesuai kelonggaran yang mereka buat,” tuturnya. 

Sebagian besar vaksin Sinopharm dan Sinovac telah diberikan kepada masyarakat China, yang sejauh ini telah memvaksinasi 243 juta orang. 

Pada bulan Maret 2021, China telah membagikan lebih dari 115 juta vaksinnya kepada sekitar 60 negara, termasuk Brasil, Turki, Pakistan, Indonesia dan Malaysia. 

Negara-negara tersebut pun bisa menghadapi larangan bepergian ke negara-negara Uni Eropa dan Arab Saudi. 

Sejauh ini, China hanya mengakui vaksin mereka sendiri, yang berarti warga asing juga akan menghadapi kesulitan dalam rangka perjalanan untuk pariwisata atau bisnis ke negara tersebut. 

Sehingga, jutaan orang yang tidak dapat memilih vaksin yang mereka dapatkan, harus menghadapi pilihan perjalanan yang terbatas untuk ke depannya. 

Hal itu pun akan memberikan konsekuensi yang ‘mengerikan’ bagi industri pariwisata internasional dan peluang bisnis di seluruh dunia.  

Related

News 2376562590945341551

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item