Ini Perbedaan Orang Religius dengan Nonreligius Menurut Ilmuwan


Naviri Magazine - Ada golongan yang percaya Tuhan serta melakukan perintah-Nya. Namun ada pula orang yang teguh dengan keyakinannya untuk tidak mempercayai sang Pencipta. Lantas, bagaimana penelitian ilmiah membedakan keduanya? Berikut ulasannya.

1. Orang religius lebih bahagia

Orang yang mempercayai Tuhan membuat dirinya lebih bahagia. Ia senantiasa percaya terhadap rencana-Nya yang selalu terbaik sehingga membuatnya tenang dalam menjalani kehidupan.

Peneliti dari University of Wisconsin, Madison dan Harvard melakukan survei terhadap 3.108 orang dewasa, dan menanyai mereka mengenai aktivitas, kepercayaan dan komunitas agamanya. Setahun kemudian mereka kembali ditanyai pertanyaan yang sama. Mereka menemukan orang-orang yang dekat dengan Tuhan lebih puas dengan kehidupan yang mereka jalani ketimbang orang yang kurang religius.

"Kami menemukan bahwa kepuasan hidup yang dijalani seseorang bergantung dengan aspek spritual atau ibadah yang dijalani. Terlebih saat pergi ke tempat ibadah, mereka akan menemukan orang-orang yang juga religius sehingga hidup mereka lebih bahagia," ujar Chaeyoon Lim seperti dilansir Medical Daily.

2. Orang nonreligius lebih toleran

Orang yang kurang religius bisa berarti orang yang tidak percaya Tuhan seperti golongan Ateis, atau mereka yang menyimpang dari ajaran agama seperti kaum sekuler.

Sebuah penelitian yang dilakukan Duke University menemukan bahwa kelompok sekuler jauh lebih toleran dibanding golongan yang religius. Mereka cenderung bersikap sebagaimana mereka ingin diperlakukan oleh orang lain. 

Penelitian serupa juga menunjukkan bahwa moral yang dilakukan oleh kelompok sekuler didasarkan pada 'golden rule', yang mengajarkan untuk tidak dendam dan memperlakukan sesama dengan baik.

3. Orang religius lebih baik dalam menangani stres dan kegelisahan

Sebuah studi dari University of Toronto, Scarborough, menemukan bahwa keyakinan yang lebih tinggi kepada Tuhan membuat seseorang mampu mengatasi stres yang menderanya. 

Untuk mendapatkan temuan ini, peneliti meminta peserta untuk menulis tentang apa saja yang diajarkan agamanya, dan menanyai cara mereka mengatasi masalah dan kegelisahan dalam hidup.

4. Orang nonreligius lebih cerdas

Sebuah tinjauan dari 63 penelitian terkait hubungan antara kegeniusan dan faktor religius seseorang menemukan bahwa orang yang kurang religius ternyata memiliki pemikiran yang lebih cerdas ketimbang yang lainnya. 

Para peneliti mendefinisikan kecerdasan sebagai "kemampuan untuk berpikir, merencanakan, memecahkan masalah, memahami ide yang kompleks dan mampu belajar dari pengalaman.”

Menurut University of Rochester, orang yang cerdas lebih cenderung untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, orang-orang cerdas mungkin memiliki waktu untuk berpegang pada suatu keyakinan dan praktik keagamaan.

"Orang-orang cerdas biasanya menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah yang dapat menghasilkan manfaat jangka panjang," tulis Miron Zuckerman.

5. Orang religius memiliki fisik yang sehat

Mungkin karena bahagia dan jauh dari stres, orang yang meyakini satu agama lebih sehat dibanding orang yang kurang religius. Beberapa penelitian juga membenarkan hal ini.

Menurut penelitian yang dilakukan University of Missouri, Columbia, orang-orang yang memiliki penyakit kronis seperti cedera saraf tulang belakang, stroke, diabetes dan kanker, cenderung lebih membaik ketika mendekatkan diri kepada Tuhan.

"Dorongan untuk mencari agama dan dukungan spiritual dapat membantu individu dalam mengatasi stres dan gejala fisik yang berkaitan dengan masalah kesehatan," kata Brick Johnstone, seorang peneliti.

Penelitian serupa dari Yeshiva University Albert Einstein College of Medicine menemukan bahwa dari 92.395 wanita yang telah menopause dan sering menghadiri ritual keagamaan ternyata mengalami penurunan risiko kematian sebesar 20 persen.

6. Orang nonreligius lebih dermawan

Orang yang religius memang senang beramal, sayangnya hal ini tidak membuat dirinya lebih dermawan. Ini sering terjadi pada kelompok agama tertentu yang memberikan 10 persen dari pendapatannya untuk beramal.

Sementara jumlah masing-masing anggotanya pun bervariasi, biasanya didorong sebagai cara berterima kasih kepada Tuhan dan menunjukkan tingkat kepedulian tehadap sesama. Sementara itu, kaum ateis beramal didasarkan atas empati dan kasih sayang kepada sesama yang tak dibatasi jumlah tertentu.

Related

Science 3980100624788834152

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item